Batobo

Pantun Batobo merupakan salah satu sastra lisan yang dikenal di wilayah budaya Kampar, Kuantan Singingi, dan Indragiri Hulu. Pantun ini dilagukan oleh para petani ketika kegiatan Batobo dilakukan. Batobo adalah kegiatan gotong royong untuk mengerjakan ladang yang dilakukan bersama-sama. Anggota Batobo bergiliran mengerjakan sawah mereka yang tergabung dalam kelompok tersebut.Biasanya anggota Batobo terdiri dari 10 sampai 15 orang. Mereka bekerja mulai dari pagi hingga tengah hari. Kemudian dilanjutkan setelah waktu Zuhur sampai masuk waktu Ashar. Sebagai hiburan pengobat penat dan letih, maka para petani saling berpantun. Pantun inilah yang disebut dengan Pantun Batobo. Pantun Batobo merupakan salah satu bentuk karya sastra yang tergolong ke dalam sastra lisan. Dalam pantun ini terdapat metafor-metafor serta penggunaan tanda bahasa yang menarik.Keberadaan pantun Batobo terancam punah karena kegitan Batobo sudah berangsur ditinggalkan. Ditambah lagi perubahan dari berladang atau sawah berganti dengan perkebunan sawit. Sehingga kegiatan bergotong-royong dan berpantun akan semakin sulit ditemukan di masyarakat.

Pada Tahun 2017 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Batobo  menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda tersebut dengan Nomor Resgistrasi 201700480

 

(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 97) 

0 komentar: