Tampilkan postingan dengan label TOKOH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TOKOH. Tampilkan semua postingan
Prof Dr Sri Indarti SE MSi terpilih menjadi Rektor Universitas Riau (Unri) periode 2022-2026. Ia memperoleh suara terbanyak berdasarkan rekapan hasil akhir proses pemungutan suara Pemilihan Calon Rektor Unri.

Sri Indarti merupakan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unri itu meraih 48 suara dari total 77 suara, yang terdiri atas 50 suara senat dan 27 suara dari Kuasa Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia dalam Pemilihan Calon Rektor Unri tahun 2022.

Sri indarti mengungguli kandidat calon rektor lainnya, yaitu Dr Ir Deni Elfizon MSc dengan jumlah 14 suara, Prof Dr Iwantono MPhil meraih jumlah 15 suara,. Sri Indarti merupakan "Srikandi" pertama terpilih sebagai calon rektor Unri. Pemilihan dan penetapan calon rektor ini diikuti sebanyak 50 orang Senat Unri dan perwakilan dari Kemdikbudristek sebanyak 35 persen suara selaku kuasa Mendikbudristek.

Sebagai rektor terpilih, ada dua hal menjadi arah kebijakan Sri Indarti, yakni menjadikan Unri PTNBH dan go internasional tahun 2025 dengan tagline “Srikandi Unri 2022-2026 Kreatif, Amanah, Networking, Dedikasi dan Integritas”.

Tentunya dengan tagline ini menjadi hal yang memajukan universitas dengan pola dua program arah kebijakan, kemudian kampus merdeka dimana untuk mencapai tujuan PTNBH tahun 2025 dan go internasional dengan dukungan center of excellent di setiap fakultas dan wawasan kebangsaan yang menjadi sangat penting saat ini untuk menjadi negara bersatu dan kuat.

Berikut Profil Singkat Rektor Wanita Pertama Universitas Riau :

Prof Sri saat ini menjabat Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unri selama dua periode. Sebelum menjabat Dekan, wanita kelahiran Sungai Salak, Indragiri Hilir, 9 April 1965, pernah menjabat Sekretaris Jurusan Manajemen tahun 2001-2003.,Ketua Jurusan Manajemen 2 (dua) periode, Ketua Program Studi S2 Manajemen. Terakhir sebagai Wakil Dekan I (Bidang Akademik) FEB UNRI Periode 2010-2014.

Sejak SMP kelas 1, si sulung dari tiga bersaudara itu sudah terbiasa hidup mandiri dan jauh dari orang tua, Indarti kecil tinggal di desa dan jauh dari kota, sejak SMP Sri Indarti ngekos karena dari rumah ke sekolah butuh waktu satu malam perjalanan. Setelah lulus dari SMP Negeri 1 Rengat, dan SMA Negeri 8 Pekanbaru, Sri melanjutkan kuliah di jurusan Manajemen FEB Unri dan lulus pada tahun 1987.

Setahun menyandang sarjana, Sri langsung mengabdikan diri ke almamater sebagai dosen di jurusan Manajemen FEB Unri tahun 1988.Tahun 1994 setelah menikah dan mempunyai 2 orang anak, ia melanjutkan S2 di Universitas Andalas, selesai pada tahun 1997. Kemudian melanjutkan studi S3 di Universitas Brawijaya, selesai tahun 2010.

 

Mahmud Marzuki selain tokoh kemerdekaan juga merupakan tokoh pendiri dan pengembang Muhammadiyah di daerah Kampar. Perjuangan yang dilakukannya bukan saja menentang serta menghadapi penjajah namun juga mengentaskan masyarakat Kampar yang saat itu masih terbelenggu oleh kebodohan khususnya dari segi pendidikan. Salah satu bukti peran sertanya dalam pengentasan kebodohan pada saat itu adalah dengan mendirikan Perguruan-perguruan Muhammdiyah yang sampai saat ini masih ada di Bangkinang.Mahmud Marzuki lahir di Desa Kumantan Bangkinang pada tahun 1911 dari ayah bernama Pakih Rajo dan ibu Hainah. Ayahnya berasal dari Kubang Putih Bukittinggi dan ibunya dari KumantanBangkinang. Mahmud Marzuki adalah anak tunggal dari kedua pasangan ini. Pada tahun 1918 Mahmud Marzuki masuk ke Sekolah Desa (Volkschool), pada tahun 1921 beliau tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena kekurangan biaya. Untuk mengisi waktunya oleh ibunya beliau disekolahkan ke sekolah agama pada sore hari. Namun karena tekadnya yang tinggi untuk tetap melanjutkan sekolah maka pada tahun 1928, beliau masuk ke Pesantren Tarbiyah Islamiyah Bangkinang dengan bantuan biaya dari mamaknya Engku Kadhi Rajo. Selama belajar di pesantren ini Mahmud Marzuki merupakan seorang santri yang pandai dan cakap dalam berpidato. Pada akhir tahun 1935 beliau berangkat menuju India untuk belajar dan menambah pengetahuan dan wawasannya di Perguruan Islam Nazmia Arabic College Lucknow India. Setelah beliau menamatkan studinya, pada tahun 1938 beliau kemudian kembali ke Bangkinang.

Pada akhir tahun 1938 untuk memenuhi permintaan gurunya, beliau mengajar di Pesantren Tarbiyatul Islamiyah Bangkinang. Mahmud Marzuki selain giat dalam mengajar, beliau juga aktif dalam menyebarkan dakwah di sekitar wilayah Bangkiang. Beliau memiliki cita-cita untuk mencerdaskan tunas-tunas muda Islam yang akan mewarisi kemajuan Islam kelak, sedangkan dakwah yang ditujukan kepada orang-orang tua untuk menambah pengetahuan tentang agama dan mempertebal keimanan dalam mengahadapi musuh-musuh yang ingin menghancurkan Islam.

Sebagai langkah pertama yang dilakukannya dalam menunjang kegiatan pendidikan dan dakwah yang ia cita-citakan itu, maka pada tahun 1939 beliau masuk sebagai anggota Muhammadiyah ranting Penyasawan. Menjelang berakhirnya tahun 1939 berkat kegiatan dakwahnya, ranting-ranting Muhammadiyah tumbuh pesat dan berkembang. Bangkinang yang semula merupakan satu ranting Muhammadiyah berubah menjadi Cabang yang membawahi 47 ranting. Berkat hasil yang beliau lakukan, maka pada tahun awal tahun 1940 beliau diangkat sebagai Pimpinan Muhammadiyah cabang Bangkinang.

Kemudian pada akhir tahun 1940, beliau berangkat ke Payakumbuh. Disana beliau ditempatkan sebagai pengajar pada sekolah Tsanawiyah Muhammadiyah Payakumbuh. Pada tahun 1941, karena ketenarannya beliau diangkat sebagai Pimpinan Muhammadiyah Payakumbuh. Selama di Minangkabau ini pula Mahmud Marzuki bertemu dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah Minangkabau seperti Buya Hamka, Buya Mualimin, Buya Rasyid dan lain-lain, yang merupakan teman seperjuangannya dalam membangun Muhammadiyah. Pada tahun 1942 beliau kembali ke Bangkinang atas permintaan masyarakat Bangkinang, dengan alasan pada waktu itu masyarakat sangat membutuhkan seorang tokoh/pemimpin dalam masa-masa yang sulit dan genting untuk menghadapi penjajahan Jepang di Bangkinang. Langkah pertama yang diambil sekembalinya beliau dari Payakumbuh adalah memperkuat ukhwah islamiyah (persatuan) di kalangan masyarakat untuk menghadapi penjajah dengan jalan dakwah dan ceramah-ceramah yang membakar dan mengobarkan semangat anti penjajah. Selain itu guna menggalang pesatuan masyarakat, ranting-ranting Muhammadiyah yang berada di daerah Bangkinang kemudian lebih diaktifkan sebagai penggerak dan pusat perlawanan terhadap penjajah seperti pendirian Kepanduan Muhammadiyah Hizbul Wathan.

Pada tahun 1942 itu juga beliau mendirikan Sekolah Menengah Muhammadiyah (yang sekarang menjadi Sekolah Mualimin Muhammadiyah Bangkinang, tempat dimana beliau dimakamkan). Selama masa penjajahan ini, beliau juga pernah ditahan dan di bawa ke Pekanbaru. Selama masa penahanan, beliau bersama-sama dengan tokoh pejuang lainnya disiksa oleh tentara Jepang selama 23 hari.
Pada tanggal 5 september 1945, berita kemerdekaan RI baru tersiar di Bangkinang yang dibawa oleh orang-orang yang datang dari Bukittinggi lewat selebaran-selebaran yang ditempelkan dibeberapa tempat di Bangkinang. Berita ini kemudian dicek langsung oleh Mahmud Marzuki dengan H. M. Amin ke Kepala Kantor Pos dan Telegraf Bangkinang. Dan ternyata benarlah berita kemerdekaan itu, namun belum bisa disebarkan karena pada waktu itu Jepang masih berkuasa di Bangkinang. Pada hari Rabu tanggal 6 September 1945 (bertepatan dengan shalat Idul Fitri 1365 H), Mahmud Marzuki sebagai Khatib pada waktu itu dalam khotbahnya menyiarkan secara langsung kepada masyarakat luas akan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Lapangan Beringin. Dalam akhir khotbahnya beliau mengajak masyarakat untuk berkorban mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai tersebut.

Pada tanggal 8 September 1945 diadakan rapat untuk membahas,tindak lanjut dari berita proklamasi yang telah tersebar luas itu. Rapat ini dipimpin oleh Mahmud Marzuki. Salah satu Hasil rapat ini menyimpulkan bahwa bendera merah putih harus segera dikibarkan di pusat-pusat pemerintahan di Bangkinang, oleh karena itu masyarakat secara bersama-sama untuk dapat hadir pada upacara bendera di lapangan muka kantor demang Bangkinang pada hari senin tanggal 11 september 1945. Tanggal 11 September 1945 itu merupakan upacara penaikan bendera merah putih di Bangkinang yang dipimpin oleh Mahmud Marzuki sebagai pemimpin upacara.

Pada tanggal 10 september 1945, terbentuklah Komite Nasional Indonesia Bangkinang dengan ketua I adalah Mahmud Marzuki. Mahmud Marzuki wafat pada tanggal 5 agustus 1946 akibat sakit yang dideritanya (diperkirakan diperoleh semasa beliau ditahan dan disiksa oleh tentara Jepang). Mahmud Marzuki dimakamkan di depan Sekolah Mualimin Muhammadiyah yang beliau dirikan. Atas ketokohan dan perjuangan (baik dalam pendidikan, dakwah dan tokoh pejuang kemerdekaan) beliau, maka Pemkab. Kampar mengusulkan Beliau sebagai Pahlawan Nasional dari daerah Kampar ke pemerintah pusat dari tahun 2004.


"Marzuki, dan sejumlah tokoh lainnya seperti Malik Yahya, M Amin serta lainnya bergerak secara diam-diam dalam satu kesatuan ilegal yaitu gerakan rahasia menyebar bibit nasional dan anti penjajah. Agama merupakan senjata yang ampuh untuk menghimpun mereka dan menggerakkan rakyat melawan penjajah Jepang, Marzuki dan tokoh lainnya kala itu, menyemangatkan untuk melawan Jepang sebagai kafir. Selanjutnya gerakan yang dia lalukan memboikot beberapa hasil panen padi. Warga diminta untuk tidak menyerahkan seluruh hasil panennya. Usaha yang dilakukan berjalan dengan baik, padi yang diberikan ke Jepang sebagian diisi dengan gabah.

Pada 6 September 1945, bertepatan Hari Raya Idul Fitri, dilaksanakan salad Id di lapangan tengah sawah Simpang Kubu, Air Tiris saat ini. Marzuki kala itu menyampaikan khotbahnya di hadapan masyarakat. "Penutup khotbahnya Mahmud Marzuki menyampaikan kepastian kemerdekaan yang telah dibacakan Bung Karno dan Hatta. Rakyat diminta bersedia berkorban mempertahankan kemerdekaan.

Sehingga pada Senin 11 September 1945, Marzuki mengajak seluruh masyarakat berkumpul di depan Kantor Demang Bangkinang untuk menggelar upacara kemerdekaan. Kabar ini terdengar oleh Jepang, sehingga bala tentaranya dikerahkan di lapangan tersebut.

"Di hadapan 2.000 warga Marzuki pidato mengajak agar seluruh rakyat terutama yang hadir bertekad mempertahankan Merah Putih tetap di tiangnya,

Nama Mahmud Marzuki sudah beberapa kali diusulkan untuk dikukuhkan sebagai pahlawan nasional ke Tim Peneliti Pengkaji Gelar Nasional (TP2GN) dan hingga saat ini usulan tersebut belum disetujui oleh Pemerintah Republik Indonesia, nama Mahmud Marzuki diabadikan sebagai Jalan di Kumantan di sekitar Sekolah Mualimin.


Makam Mahmud Marzuki terletak di Jalan Raya Bangkinang-Pekanbaru km 60, tepatnya di lingkungan MTsN Mualimin Muhammadiyah yang berada di bawah Yayasan Mualimin Muhammadiyah Bangkinag. Makam terletak di sebelah utara bangunan sekolah. Orientasi makam adalah utara-selatan. Makam berada dalam areal pagar yang terbuat dari tembok berlapis keramik warna biru dan pagar besi, dengan luas 3,5 m x 2,5 m. Pada bagian pagar besi sebelah selatan terdapat tulisan Mahmud Marzuki, yang juga terbuat dari besi. Secara umum tidak terdapat nisan pada makam ini. Yang menandai lokasi makam ini hanya berupa tembok keliling (seperti jirat) yang dilapisi keramik warna biru dengan luas 2 m x 2,70 m dan tinggi 15 cm. Pada bagian tengah-tengah makam ini terdapat inskripsi dari semen bertulisan “Ayahanda Mahmud Marzuki Wafat 1946”.

Makam Mahmud Marzuki ini telah ditetapkan Sebagai Cagar Budaya oleh BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 10/BCB-TB/B/03/2007.



Margenie Winarti menjadi Wakil Indonesia di Ajang Miss Grand International 2014, di Thailand. Margenie Winarti yang biasa disapa MG merupakan dara cantik asal provinsi Riau. 





Profil Singkat Margenie Winarti Miss Grand International 2014 perwakilan Indonesia asal Riau

Nama: Margenie Winarti
Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru 19 Maret 1992
Orang Tua: Soenarijo dan SH Erna Willianti,SH
Anak Pertama dari 3 Bersaudara
Hobby: Traveling, Badminton, Golf, Renang
Makanan Favorite: Sate Padang, Ayam Bakar
Minuman Favorite: Jus Sirsak, Jus Mangga
Lulusan: UCSI University, Kuala Lumpur, Malaysia (cum laude) BA(Hons) in Marketing

Prestasi:
- Miss Grand International Indonesia 2014
- Miss Earth Indonesia Air 2014
- Runner up 2 Puteri Indonesia 2014
- Miss Sophie Paris Bc Rina (Riau) 2014
- Wakil Indonesia di Ajang Miss Chinese Cosmos Southeast Asia 2014
- Miss Soleil Malaysia 2012
- Murid Beasiswa di UCSI University 2011-2014

Prestasi Olahraga & Ekstrakulikuler:
- Kapten tim Dodgeball Wanita UCSI University 2011-2013
- Juara 2 Kompetisi Dodgeball Asia Tenggara Campuran 2013
- Juara 2 Kompetisi Dodgeball Nottingham Open
- Juara 1 Dodgeball Champions League 2011
- Juara 1 Badminton antar Murid Indonesia di Malaysia (Ganda Campuran) 2011
- Juara 2 Badminton antar Murid Indonesia di Malaysia (single) 2011 





Margenie Winarti minta dukungan penuh

Lebih kurang selama sebulan Margenie Winarti akan dikarantina di Thailand, dan MG sangat berharap dukungan dari seluruh rakyat Indonesia untuk dapat mengharumkan Indonesia. Dukungan untuk Margenie Winarti dapat diberikan melalui :
Fb: http://www.facebook.com/missgrandinternationalindonesia2014
Twitter: @missgrandindo
Instagram: @missgrandindonesia

Dukungan untuk Miss Favorite akan dimulai tanggal 1 Sept 2014 hingga pukul 18.00 tanggal 7 Oktober 2014  dengan cara klik Like di untuk Miss Grand International Indonesia pada alamat : 

http://www.missgrandinternational.com/?page=vote_detail&cont=148

Untuk memberikan pilihan (vote) kepada MG hanya dapat dilakukan bagi pengguna akun facebook dan vote hanya dapat dilakukan sekali saja, setelah melakukan pilihan (vote) dengan mengklik : http://www.missgrandinternational.com/?page=vote_detail&cont=148

kemudian tekan panel (tombol) like, kemudian share ke akun facebook anda dan anda dapat memberikan komentar.






Ir. H. Muhammad Lukman Edy, MSi merupakan salah seorang tokoh politik Indonesia saat ini. Pria kelahiran Teluk Pinang, Riau, 26 November 1970 ini memulai karirnya sebagai seorang kontraktor sebelum menjajaki dunia politik. Sederet jabatan penting sempat ia pegang walaupun usianya masih cukup muda.


Ia pernah diberi tanggung jawab sebagai Ketua Asosiasi Kontraktor Air Indonesia (AKAINDO) Riau, Direktur Utama PT Inti Grup (Konsultan dan Kontraktor), Komisaris PT Transmalindo Energi (pertambangan dan power plan), Komisaris PT Megah Karya Prima (kontraktor), dan Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Daerah Riau. Lukman Edy juga pernah menjadi Komisaris Harian Rakyat Riau dan merupakan pendiri tabloid politik Pondasi.

Suami Gustini Zulianti ini memiliki perjalanan karir politik yang tergolong mulus tanpa hambatan berarti. Ia bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) lalu mencalonkan diri dan terpilih sebagai anggota DPR Riau pada periode 1999-2004 mewakili Kepulauan Riau. Di periode selanjutnya, yakni 2004-2005, ia berhasil kembali dilantik sebagai anggota DPR namun mewakili Kabupaten Indragiri Hilir. Edy biasa ia disapa, selanjutnya terpilih untuk memegang jabatan sebagai Sekjen PKB versi Muhaimin. Jabatan Sekjen PKB itu mengantarnya menjadi menteri termuda dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Kendati Gus Dur, Ketua Dewan Suryo PKB sempat mempermasalahnnya karena dianggap bukan mewakili PKB. 


Pria yang menamatkan studi Magisternya di Universitas Padjajaran ini kemudian menjadi salah satu menteri pada Kabinet Indonesia Bersatu I. Lukman Edy dipanggil Presiden SBY pada 5 Mei 2007 ke Cikeas dan diajak berdiskusi tentang pembangunan daerah tertinggal. Dan kemudia ia dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Percepatan Daerah Tertinggal (PPDT) untuk menggantikan Syaifullah Yusuf. Ia dilantik dalam usia yang tergolong sangat muda, yakni 37 tahun. 


Sebagai konsekuensi keputusan untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPR, Lukman Edy memilih undur diri dari jabatan sebagai menteri. Pria kelahiran 1970 ini maju sebagai calon anggota DPR mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) Riau 2 yang meliputi Kabupaten Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Kuantan Singingi. Berhasil melenggang ke Senayan, Lukman Edy juga berhasil terpilih sebagai ketua Fraksi PKB di MPR.


Saat ini Suami dari Hj Gustini Zulianti sedang menempuh studi S3 di Universitas Malaya, Malaysia. Dan saat ini Lukman Edy  tengah mencalonkan diri dalam Pemilihan Gubernur Riau dengan menggandeng ketua PDIP Riau, Surya Khusaini untuk mendampinginya sebagai Calon Wakil Gubernur.

PENDIDIKAN
  • SDN 01 Cinta Raja Pekanbaru
  • SMPN 04 Pekanbaru
  • SMAN 06 Pekanbaru
  • S1 Teknik Sipil Univ.Brawijaya, Malang (tamat 1995)
  • S2 Magister Sains pada program Administrasi Pembangunan, Univ.Padjajaran, Bandung (tamat 2004)

KARIR
  • Ketua DPD Gapensi, Riau
  • Ketua Bidang Sertifikasi dan Akreditasi Kadin, Riau
  • Ketua Asosiasi Kontraktor Air Indonesia (AKAINDO), Riau
  • Direktur Utama PT Inti Grup (Konsultan dan Kontraktor)
  • Komisaris PT Transmalindo Energi (pertambangan dan power plan)
  • Komisaris PT Megah Karya Prima (kontraktor)
  • Komisaris Harian Rakyat Riau, Pekanbaru
  • Pendiri tabloid politik Pondasi
  • Anggota DPRD Riau, utusan Kepulauan Riau, 1999-2004
  • Anggota DPRD Riau, utusan Kabupaten Indragiri Hilir, 2004-2005
  • Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Daerah Riau, 2004-2009
  • Ketua Bidang Perencanaan dan Anggaran KONI Riau, 2004-2009
  • Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kabinet Indonesia Bersatu, 2007-2009
  • Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Riau 2 (2009)


PENGHARGAAN

  • Sosialisasi nonstop 26 jam tanpa putus (versi Museum Rekor Indonesia


dr. H. Agus Widayat, MM lahir di Bumi Angling Dharma Kota Bojonegoro Provinsi Jawa Timur. Agus Widayat kecil menyelesaikan Pendidikan SD pada tahun 1966, Agus melanjutkan pendidikan SMP hingga SMA di Bojonegoro. Agus melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan tamat pada tahun 1980. Agus melanjutkan Pendidikan Strata 2(S2) di Universitas Airlangga dan mendapat gelar akademis MM. Semasa di bangku kuliah Agus aktif berorganisasi, diantaranya ia pernah menjadi Ketua HMI Universitas Brawijaya pada tahun 1978-1980.


Agus memulai karirnya sebagai Abdi Negara pada tahun 1985 dan saat itu ia bertugas di rumah Sakit Umum Pekanbaru, pada tahun 1986 agus pindah tugas ke Dumai sebagai Kepala Puskesmas Dumai Timur, kemudian Agus pernah menjabat sebagai kepala Dinas Kesehatan Dumai pada tahun 1999-2009. Sebelum menjadi Wakil Walikota Dumai, Agus menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Kesra dan SDM ada tahun 1999-2000. Hingga  saat ini Agus Widayat menjabat sebagai Wakil Walikota Dumai, Agus terpilih sebagai Wakil Walikota Dumai setlah ia berpasangan dengan Khairul Anwar mampu mengungguli calon lainnya dalam pemilhan langsung Walikota Dumai.

Semasa bekerja sebagai PNS, Agus Widayat aktif diberbaga organisasi seperti : IDI, ICMI, PMI, KAHMI dan Muhammadiyah (hingga sekarang masih sebagai ketua). Bahkan Aagus Widayat pernah meraih prstasi yang membanggakan sebagai seorang Dokter, Agus pernah menjadi Dokter Teladan Tingkat nasional.

Berbekal pengalaman dan kesuksesan menjadi birokrasi terutama di bidang Kesehatan,  dr.H. Agus Widayat bersama H.Herman Abdullah mencalonkan diri srebagai Gubernur dan Calon Gubernur Riau . Drs.H.Herman  Abdullah MM dan dr.H. Agus Widayat,MM mendeklarasikan diri sebagai Bakal Calon Gubernur Riau dan Bakal calon wakil Gubernur Riau 2013-2018.

Dengan dukungan dukungan dari delapan partai politik yaitu : Gerindra, PBB, PDS, PPNU, PDK, PKPB, Partai Patriot, dan Partai Buruh,  akhirnya herman Abdullah dinyatakan Sebagai Calon Gubernur Riau dan Calon Wakil Gubernur Riau. Agus Widayatd DAN Herman Abdullah mendapatkan Nomor Urut 1 di Ajang Pemilihan Gubernur Riau.

Sosok Herman abdullah sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Riau,khususnya warga Kota ekanbaru. Drs. H. Herman Abdullah M.M. lahir di Pekanbaru, 18 Juli 1950 adalah Walikota Pekanbaru selama 2 periode. Berkat tangan dingin Herman Abdullah Kota Pekanbaru berubah menjadi Kota Besar yang berkembang terutama di kawasan Sumatera. Selama kepemimpinannya ia banyak melakukan pembenahan di Pekanbaru. Antara lain di bidang kebersihan dan tata kota, dimana pada masa pemerintahannya, Pekanbaru berhasil meraih Piala Adipura sebanyak tujuh kali berturut-turut yaitu pada tahun 2004 hingga tahun 2011. Untuk Tahun 2011 , Pekanbaru berhak mendapatkan Adipura Kencana untuk kategori Kota Besar, Adipura Kencana diberikan kepada Kota Pekanbaru atas keberhasilan menjaga keberhasilan kota Pekanbaru sebagai kota terbersih selama tujuh tahun berturut-turut.

Sepanjang penyelenggaraan Adipura, Kota pekanbaru telah 7 kali mendapatkan Piala       
Herman Abdullah adalah alumni Universitas Andalas Padang  (Unand). Herman Abdullah begitu mencintai Almameternya Unand, bahkan herman Abdullah didaulat menjadi ketua Ikatan Alumni (IKA) Unand Cabang Riau, bahkan nama Herman Abdullah sempat  mencuat saat bersaing dengan Wamen Mentri Pendidikan Nasional Prof.Dr.Fasli Jalal sebagai kandidat Ketua Umum IKA-UNAND.

Karir PNS Herman Abdullah terus menanjak hingga akhirnya, Herman Abdullah menjadi Kepala Bappeda Kota Pekanbaru, dan saat itu Herman Abdullah ditunjuk menjadi  Ketua Umum PSPS Pekanbaru dan sukses mengantarkan PSPS PEKANBARU  ke Divisi Utama. Selanjutnya karir Herman Abdullah mencapai titik tertinggi seorang Birokrat yaitu Sekretaris Kota Pekanbaru, hingga akhirnya Herman Abdulah menjadi  walikota Pekanbaru selama dua periode.

Tidak hanya sukses berkarir sebagai PNS, Herman Abdullah juga merupakan salah satu kader terbaik Partai Golkar. Herman Abdullah pernah menjabat berbagai posisi strategis di Organisasi Massa Golkar dan Herman juga pernah menjabat
Ketua DPD GOLKAR Tk. II Pekanbaru pada tahun 1993-1997. Disela-sela kesibukannya Herman Abdullah mampu membuat sebuah buku yang ia beri judul : Dari Kota Pinggiran Menjadi Bandar Metropolis : Jejak Langkah H.Herman Abdullah Membangun kota Pekanbaru.


Berbekal pengalaman dan kesuksesan menjadi Walikota Pekanbaru selama dua Periode, Herman Abdullah menjadi Calon Gubernur Riau. Drs.H.Herman Abdullah MM dan  dr.H. Agus Widayat,MM mendeklarasikan diri sebagai Bakal Calon Gubernur Riau dan Bakal calon wakil Gubernur Riau  2013-2018. Dengan dukungan dukungan dari delapan partai politik yaitu : Gerindra, PBB, PDS, PPNU, PDK, PKPB, Partai Patriot, dan Partai Buruh, akhirnya herman Abdullah dinyatakan Sebagai Calon Gubernur Riau dan Herman Abdullah mendapatkan Nomor Urut 1 di Ajang Pemilihan Gubernur Riau.


Penghargaan Yang Pernah diraih Herman Abdullah :

  • Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun Presiden RI 2000
  •  Manggala Karya Kencana Presiden RI 2004
  •  Satya Lancana Wira Karya dan Bakti Koperasi 2004
  •   Satya Lencana Pembangunan Presiden RI 2005
  •  Tanda Jasa Bintang Jasa Pratama

Pengalaman Organisasi Herman Abdullah :



  • Ketua umum Senat Mahasiswa FE UNAND tahun 1975-1977
  • Wakil Ketua DPD KNPI Tk. II Pekanbaru tahun 1980-1983
  • Ketua umum DPD KNPI Tk. II Kota Pekanbaru tahun 1983-1986 
  •  Wakil DPD AMPI Tk. I Riau tahun 1985-1990
  •  Wakil Ketua DPD KNPI Tk. I Riau tahun 1987-1990
  • Kepala biro Pemuda DPD GOLKAR Tk. I Riau tahun 1988-1993
  •  Bagian pemenangan Pemilu DPD GOLKAR Tk. II Pekanbaru 1988-1993
  •  Ketua DPD KNPI Tk. I Riau tahun 1990-1993
  • Wakil Ketua ISEI cabang pekanbaru tahun 1993
  • Ketua DPD GOLKAR Tk. II Pekanbarutahun 1993-1997
  • ketua PDK KOSGORO Tk. I Riau tahun 1997- 2004
  • ketua Korpri Kota Pekanbaru tahun 1999-2004 
  • Kwarcab Pramuka 2000-2005 
  • Ketua Umum KONI Kota Pekanbaru tahun 2001
  • Ketua PSPS Pekanbaru tahun 2006-2011

Calon Gubernur Riau Drs.H.Herman Abdullah MM dan  dr.H. Agus Widayat,MM mendeklarasikan diri sebagai Bakal Calon Gubernur Riau dan Bakal calon wakil Gubernur Riau  2013-2018. Pasangan HA (Herman Abdullah dan Agus Widayat)  mendapat dukungan dari delapan partai yaitu : Gerindra, PBB, PDS, PPNU, PDK, PKPB, Partai Patriot, dan Partai Buruh.

Penghargaan
Beberapa penghargaan yang diraih oleh Herman Abdullah di antaranya :
  1. Penghargaan Upakarti dan Jasa Kepedulian Sektor IKM Presiden RI 2009
  2. Tanda Jasa Bintang Jasa Pratama
  3. Satya Lencana Pembangunan Presiden RI 2005
  4. Satya Lancana Wira Karya dan Bakti Koperasi 2004
  5. Manggala Karya Kencana Presiden RI 2004
  6. Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun Presiden RI 2000

      berikut ini adalah biodata dan perjalan kepemimpinan HERMAN ABDULLAH, MM :
      

Tentang Herman Abdullah, MM

Riwayat pekerjaan
1. Walikota Pekanbaru
2. Sekretaris Daerah Kota Pekanbaru 3. Ketua Bappeda kota Pekanbaru
PENGHARGAAN :
1. Upakarti dan Jasa Kepedulian Sektor IKM PresidenRI 2009 2. Tanda Jasa Bintang Jasa Pratama 3. Satya Lencana Pembangunan Presiden RI 2005 4. Satya Lancana Wira Karya dan Bakti Koperasi 2004 5. Manggala Karya Kencana Presiden RI 2004 6. Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun Presiden RI 2000
Pengalaman Organisasi :
1 Kepala biro Pemuda DPD GOLKAR Tk. I Riau tahun 1988-1993 2 Bagian pemenangan Pemilu DPD GOLKAR Tk. II Pekanbaru 1988-1993 3 Walikota Pekanbaru periode 2001-2006 & 2006-2011 4 Ketua DPD GOLKAR Tk. II Pekanbarutahun 1993-1997 5 ketua PDK KOSGORO Tk. I Riau tahun 1997- 2004 6 Ketua Kwarcab Pramuka 2000-2005 7 Ketua PSPS Pekanbaru tahun 2006-2011 8 ketua Korpri Kota Pekanbaru tahun 1999-2004 9 Wakil Ketua ISEI cabang pekanbaru tahun 1993 10 Ketua umum Senat Mahasiswa FE UNAND tahun 1975-1977 11 wakil Ketua DPD KNPI Tk. II Pekanbaru tahun 1980-1983 12 Ketua umum DPD KNPI Tk. II Kota Pekanbaru tahun 1983-1986 13 Wakil DPD AMPI Tk. I Riau tahun 1985-1990 14 Wakil Ketua DPD KNPI Tk. I Riau tahun 1987-1990 15 Ketua DPD KNPI Tk. I Riau tahun 1990-1993 16 Ketua Umum KONI Kota Pekanbaru tahun 2001
Puteri Indonesia 2013 adalah kontes pemilihan Puteri Indonesia yang ke-17. Malam grand final akan diselenggarakan di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Jakarta, pada tanggal 1 Februari 2013. Tiga puluh delapan finalis dari 33 provinsi akan berkompetisi memperebutkan gelar Puteri Indonesia. Edisi terakhir Puteri Indonesia diselenggarakan pada tahun 2011, namun karena jadwal Miss Universe ditunda hingga Desember 2012, maka Pemilihan Puteri Indonesia 2012 ditiadakan dan ditunda hingga awal tahun 2013. Puteri Indonesia 2011 Maria Selena dari Jawa Tengah akan memahkotai penggantinya. Pemenang Puteri Indonesia 2013 akan mewakili Indonesia dia ajang Miss Universe 2013 sementara Runner Up 1/Puteri Indonesia Bumi 2013 akan mewakili Indonesia di ajang Miss Earth 2013 dan Runner Up 2/Puteri Indonesia Pariwisata 2013 akan mewakili Indonesia di ajang Miss International 2013.

                        

Pada Ajang Putri Indonesia 2013,Provinsi Riau diwakili oleh   Surayya Ardillah.
Surayya Ardillah merupakan Dara asal Kabupaten Kampar, Ayya begitu ia disapa. Ayya sangat optimis dan berkeyakinan  mampu menembus lima besar (Top 5) ajang tahunan yang akan diselenggarakan awal Bulan Februari 2013. Optimisme Ayya cukup beralasan kami melihat Ayya cukup cerdas dan selain itu optimisme Ayaya juga diyakini oleh mentornya. Menurut mentornya Raymond MP, Ayya cukup cerdas dan memiliki  public speaking and personality, table manner yang cukup baik.

                         
Surayya Ardillah saat ini sedang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta. Top 5 menjadi target saya  di Malam Final Pemilihan Putri Indonesia 2013, saya ingin membuat bangga tanah Melayu ungkap Ayya. Surayya Ardillah memohon Doa dan Restu dari seluruh lapisan masyarakat Riau.
  Ayya berharap kepada seluruh masyarakat Riau dapat mendukung Riau dengan cara kirim sms  ketik PPIK(spasi) RIAU kirim ke 7288

                             

Ditengah acara Songket Menjulang Marwah di  The Premiere Hotel Pekanbaru tampak seorang Dara Cantik yang bernama  Surayya Ardillah. Surayya Ardillah merupakan Perwakilan Riau di Ajang Putri Indonesia 2013.
                         

Surayya Ardillah merupakan Dara asal Kabupaten Kampar, Ayya begitu ia disapa terlihat sangat akrab dan supel dengan siapapun, bahkan kami Riaudailyphoto bersama Onehopephotography sempat melakukan wawancara singkat dan sesi photo bersama ayya. Ayya sangat optimis dan berkeyakinan  mampu menembus lima besar (Top 5) ajang tahunan yang akan diselenggarakan Februaribulan depan. Optimisme Ayya cukup beralasan kami melihat Ayya cukup cerdas dan selain itu optimisme Ayaya juga diyakini oleh mentornya. Menurut mentornya Raymond MP, Ayya cukup cerdas dan memiliki  public speaking and personality, table manner yang cukup baik.

                    

Surayya Ardillah saat ini sedang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta. Top 5 menjadi target saya  di Malam Final Pemilihan Putri Indonesia 2013, saya ingin membuat bangga tanah Melayu ungkap Ayya. Surayya Ardillah memohon Doa dan Restu dari seluruh lapisan masyarakat Riau.
 
                             
Salah satu kandidat bakal calon gubernur Riau dalam pemilihan Gubernur Riau yang mengemuka saat ini adalah Jon Erizal. Didukung bulat oleh PAN dan anggota Konfederasinya PBR, PAN yang merupakan partai terkuat ketiga di DPRD Riau ini tidak akan mengalami kendala berarti dalam mengusung Jon Erizal sebagai bakal calon Gubernur Riau. Selain dukungan dari DPP PAN di antaranya Ketua Umum sendiri Hatta Rajasa dan pengurus PAN Riau seperti T. Zulmizan Assegaf, dukungan juga dinyatakan oleh DPP PBR dan Pengurus PBR Riau. Bahkan terakhir PKS juga mendeklarasikan dukungan kepada Jon Erizal

Biodata 
Nama : H. Jon Erizal, SE, MBA
Tempat/Tanggal Lahir : Bengkalis, 30 Desember 1961
Orangtua : (Alm) H. Muhammad Yatim Awal (Ayah), Hj. Torlina (Ibu)
Nama Istri : Hj. Rita Benny Latief  
Anak : 
  •  Vasthi  Juwita Permata Erizal, Program Magister (S2), University, Inggris
  •  Azura Fidya Kirana Erizal, mahasiswi Royal Melbourne Institute Technology (RMIT), Australia
  • Vania Madina Erizal, siswi kelas I, SMA Bina Nusantara, Jakarta. 
  • Bangga Alam Pradana Erizal, siswa kelas III  SMP Islam  Al Azhar, Jakarta
Alamat : 
  • Kampung Parit Bangkung, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Riau
  • Jalan Pertanian, Bengkalis, Riau
  •  Jl. Paus Ujung Ruko VI No. 4 Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Pendidikan :
  • SD Negeri 8  Bengkalis, tamat 1974
  •  SMP  Negeri 1  Bengkalis, tamat 1997
  • SMA  Negeri 24 Jakarta, tamat 1981
  • Fakultas Ekonomi, Universitas Jayabaya, Jakarta, tamat 1987
  • Magister  Manajemen, Pascasarjana UGM, Yogyakarta, tamat 2012.
Pekerjaan : Pengusaha bidang perminyakan dan gas.
Jabatan :
  •  Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN)
  •  Ketua Yayasan Masjid Cut Mutia, Jakarta
  • Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat.




Selasa, 7 Februari 2012, 12 DPC Partai Demokrat Riau sepakat untuk mengusung Mambang Mit, Ketua DPD Demokrat Riau, Caretaker Pengprov PSSI Riau sekaligus Wakil Gubernur Riau sebagai calon Gubernur Riau dari Partai Demokrat. Dengan kursi yang dimiliki oleh Demokrat Riau yang termasuk 2 besar bersama Golkar, maka Mambang Mit merupakan salah satu kandidat bakal calon Gubernur Riau yang hampir dipastikan melaju dalam Pilkada Riau 2013.

Namun demikian Mambang Mit masih menunggu. Ketentuan Pilkada menurut UU sangat menentukan pilihan Mambang Mit. Ini sangat berarti dalam strategi pemenangan. Jika sistem pemilihan melalui anggota DPRD, tentu Mambang mencari cawagub yang memiliki pengaruh kuat di parpol, sebaliknya jika masih menggunakan pilkada langsung, tentu pendamping yang dipilih yang populer di mata masyarakat.
Semenjak kepemimpinan Demokrat di bawah kendali Mambang, prestasi Demokrat dalam pilkada Riau cukup menjanjikan. Jika pimpinan sebelumnya, Zulkifli AS dinilai gagal, yang meskipun calon-calon kepala daerah didukung mayoritas mutlak kursi di DPRD, tapi nyatanya keok, termasuk Pilkada Dumai sendiri yang mengusung Zulkifli AS. Di bawah Mambang, Demokrat memenangkan semua pilkada, di antaranya Pilwako Pekanbaru, Pilbup Kampar dan Pilbup Rohul. Semua keberhasilan ini merupakan motivasi besar bagi tokoh Riau asal Inhu yang biasa dipanggil ayah ini. Dukungan pun bahkan datang dari partai rival, diberitakan Yopi Arianto, Bupati Inhu, sekaligus Ketua DPC Golkar Inhu, memberikan dukungan terhadap Mambang Mit.

Namun demikian, langkah Mambang masih ada halangan. Ada empat kader demokrat yang dinilai potensial menjadi calon gubernur, yakni Mambang Mit, Achmad, Firdaus dan Jefri Noer, sementara Mambang sendiri sebagai bagian dari incumbent dianggap turut bertanggung jawab terhadap masalah kepemimpinan Riau saat ini.


Biografi

Mambang Mit lahir di saat derasnya perjuangan. Saat dilahirkan, ayahnya sedang bergerilya di hutan. Hanya sang paman yang membawa ibunya, Raja Nuraidah yang ada saat dia dilahirkan di Tanah Busuk, Air Molek, 13 April 1949. Oleh sang paman dia diberi nama M. Abdullah Syukur, karena bersyukur atas kelahirannya pada masa sulit itu. Namun, dua bulan kemudian, surat sang ayah, Raja Mit Niat,  mengubah namanya menjadi Raja Mambang Mit.


Pendidikan

Karir

Mambang Mit adalah birokrat asli dari PNS. Saat Rusli Zainal dan Wan Abu Bakar memenangkan pemilihan Gubernur dan dilantik tahun 2004 yang lalu, Rusli Zainal memilih Mambang yang saat itu Sekdako Batam sebagai Sekdaprov Riau. Mambang merupakan bantuan berharga bagi Rusli yang berasal dari swasta karena wakilnya Wan Abu Bakar juga bukan orang pemerintahan. Tetapi, keharmonisannya dengan Mambang menyebabkan hubungannya dengan Wan Abu Bakar retak. Dan pada Pilkada Langsung Riau, Rusli Zainal akhirnya resmi mengusung Mambang Mit menjadi Wakil Gubernur dan menang dengan gemilang.

Senin, 20 Desember 2010 Mambang Mit dilantik oleh Ketua Umum PB PGI Pusat Arifin Panigoro menjadi Ketua Umum Pengprov PGI (Persatuan Golf Indonesia) Riau.

Saat pembekuan Pengprov PSSI Riau yang dipimpin oleh Indra Mukhlis Adnan, yang merupakan calon gubernur Riau dari Golkar. Selama menjadi caretaker, Mambang berhasil meyakinkan ketua PSSI, Johar Arifin sehingga Riau menjadi tuan rumah event sepakbola internasional, Piala Asia U-22.


Penghargaan

Pada Jumat , 25 April 2008, Mambang Mit mendapat penghargaan Bintang Legiun Veteran RI (LVRI) yang diserahkan secara simbolik oleh Ketua DPP LVRI, Soemartono.  (riaucodingcom)
Tanggal 25 Mei 2012 lalu Riaudailyphoto.com berkesempatan ngobrol-ngobrol dengan pemilik Semat Tembaga H. Encik  Amrun Salmon di Kediamannya jalan Kuantan VII Pekanbaru. EncikAmrun Salmon putra kelahiran Siak yang mengenyam pendidikan di ISI Yogyakarta merupakan pencipta Batik Riau.Kala itu H. Encik Amrun Salmon merupakan Pengurus Dekranasda Provinsi Riau melakukan percobaan pembuatan batik,dibuatlah percobaan demi percobaan yang akhirnya dapat menghasilkan suatu pola baru dengan membuat batik tulis/colet berpola. Pola yang dipakai mengambil ilham dari tabir belang budaya melayu Riau yang  bergaris memanjang dari atas kebawah dengan motif-motif Melayu yang ada. Motif ini terutama terdapat pada tabir pelaminan Melayu Riau. Dari motif-motif yang ada ini pula dikembangkan menjadi sebuah motif yang baruyang diberi nama sesuai aslinya. Dari pengembangan motif tradisional yang ada diciptakan motif baru yang tak lari dari akarnya, yaitu antara lain : Bungo Kesumbo, Bunga Tanjung, Bunga Cempaka, Bunga Matahari, Kaluk Berlapis, dan lain-lain. Batik Riau ini tumbuh berkembang dan diberi nama “Batik Tabir”. Hingga saat ini setidaknya Encik Amrun Salmon telah menciptakan empat motif seperti motif tabir, sosou, tabur dan gelombang. 



Menurut H. Encik Amrun Salmon batik merupakan suatu aktivitas memberi warna dan motif pada suatu bidang yang dibatasi dengan lilin. Namun kini batik tersebut telah dimodifikasi dan dikembangkan dengan berbagai macam motif  dan corak diluar pakem atau motif standartnya yang biasa digunakan para pengrajin batik di jawa. Batik Riau merupakan salah satu pengembangannya, Batik Riau memiliki warna, ragi, ragam corak dan motif  dengan sentuhan Melayu yang dikembangkan melalui tekat.


Sejauh ini upaya yang dilakukan H. Encik Amrun Salmon kurang mendapat dukungan dan perhatian dari Pemerintah Daerah. Menurut Encik Amrun Salmon seharusnya pemerintah memahami apa yang diperlukan pencipta dan pengrajin batik tersebut. Kalau tidak, ya seperti sekarang. Apalagi pasaran Batik Riau anjlok sejak pihak-pihak pemilik modal bahkan pemilik kebijakan melempar motif ini di pasaran dan mencetaknya secara pabrikan dengan ukuran bal ratusan meter.Hingga saat ini semua motif Batik Riau milik Encik Amrun Salmon belum bisa dipatenkan karena keterbatasan dana.





Kini diusianya yang senja H. Encik Amrun Salmon memiliki kekhawatiran siapa yang akan melanjutkan dan meneruskan Batik Riau miliknya. Menurut Encik Amrun Gerai Semat Tembaga miliknya dulu memiliki banyak pekerja pengrajin batik,namun kini ia memiliki dua pekerja saja, hali ini terjadi karena semakin berkurangnya order permintaan Batik riau dan juga semakin menjamurnya Batik Riau cetak yang dijual di Toko-Toko Kain di Riau bahkan juga diluar Riau. Batik Riau di Semat Tembaga merupakan Batik Tulis Asli menggunakan tangan manusia dengan tingkat kesulitan yang rumit.


Meski telah wafat 2008 lalu di Kota Paris, ibu kota Prancis pada usia 100 tahun, Salim adalah seorang pelukis Indonesia yang telah menetap lama di Prancis. Maestro seangkatan pelukis Affandi ini walaupun sering disebut dari Medan (kota besar pesisir Sumatera Timur zaman itu), sebenarnya terlahir di Bagansiapi-api, 3 September 1908 dan meninggal di Prancis 14 Oktober 2008 .





Pelukis Salim telah berpulang ke Rahmatullah tanggal 13 Oktober 2008 pukul 17:15 waktu setempat. Pelukis Salim meninggal dunia di rumah sakit Neuilly Sur Seine-Paris, Prancis, dalam usia 100 tahun 1 bulan 10 hari. Sampai saat terakhir pikiran beliau masih cerdas, malah menanyakan berapa skor pertandingan sepak bola antara Prancis dan Rumania. Salim telah mempererat hubungan Perancis dan Indonesia melalui karyanya.

Salim beribukan orang Melayu Bagansiapi-api bernama Nuraini dan berayah seorang Melayu keturunan Persia bernama Salahuddin. Salim kecil merantau ke Medan di umur 11 tahun namun tak lama menetap di sana. Perjalanan hidupnya berpindah-pindah dari Medan ke Belanda yang dibawa oleh sepasang orang tua angkat berkebangsaan Jerman-Belanda, dan pada umur 20 tahun menetap di Prancis. 


salim
Dalam sebuah kutipan yang ditulis website dari Canada http://www.cyberpresse.ca yang dimiliki LA Presse (Cyberpresse Inc. Montreal Canada) menyebutkan, walaupun diaa telah lama hidup di dunia Barat/Eropa, tetapi dia tidak kehilangan akar asalnya dalam melukis. Website itu juga memberitakan bahwa karya-karyanya telah banyak dipamerkan di Amsterdam, Paris, Jenewa dan bahkan di Jakarta.


Bahkan Association Franco-Indonesienne dalam website-nya menyebutkan: Begitu sedihnya berbagai pihak tentang kematian Salim yang dianggap sebagai manusia yang humanis, seorang teman, murah hati, lucu, suatu vitalitas meluap, dan sering membuat orang penasaran.
KIM TENG ? 



Tang Kim Teng lahir di sebuah rumah sederhana di pinggir kota Singapura pada Maret 1921. Nama kecilnya A Ngau. Ayahnya bernama Tang Lung Chiu dan Maknya Tan Mei Liang. Ia anak ketiga dari 5 bersaudara. Leluhurnya berasal dari kampung Kwanchiu, Tiongkok. Kim Teng pernah tinggal di Siak, Sungai Pakning, Bengkalis, dan Pekanbaru. Ia berasal dari keluarga amat sederhana. Mereka pindah-pindah untuk mencari kehidupan lebih baik.

Ketika berusia 4 tahun, dari Singapura, Kim Teng bersama keluarganya pindah ke Pulau Padang, Bengkalis, Riau. Ayahnya kerja jadi tukang masak camp di sana. Tak berapa lama, mereka pindah lagi ke daerah Siak Kecil, masih di Kabupaten Bengkalis. Di sini kerja Lung Chiu, ayahnya, serabutan. Tahun 1931, saat usia Kim Teng 10 tahun, keluarga putuskan pindah dari Siak Kecil ke Sungai Pakning. Di situ, mereka menumpang di sebuah rumah orang Tionghoa kaya dekat kantor Bea Cukai. Namanya Sun Hin atau biasa disapa ‘Toke Gemuk’. Di sini, profesi Lung Chiu sama dengan di Siak Kecil, kerja serabutan. Tahun 1934 mereka pindah lagi ke Pulau Bengkalis. Waktu itu usia Kim Teng 13 tahun. Mereka juga sewa rumah sederhana di Jalan Makau-sekarang Jalan Hokian. Di Bengkalis Lung Chiu kerja jadi tukang masak di sebuah sekolah Tionghoa. Bagi Kim Teng, ayahnya seorang pekerja keras dan ulet.




1. Riwayat Hidup
Idrus Tintin (Penyair), dilahirkan di Rengat, Riau, 10 November 1932, dari seorang emak bernama Tiamah dan bapak bernama Tintin. Ibunya Tiamah, berasal dari Penyimahan dan menetap di Enok Dalam, Melayu Timur, Indragiri (sekarang termasuk wilayah Indragiri Hilir, Riau). Sementara bapaknya Tintin, berasal dari Lubuk Ambacang, Indragiri (sekarang termasuk wilayah Kabupaten Kuantan Singingi, Riau). Idrus Tintin merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, yaitu Mohammad Boya (sulung), Mustika, Idrus Tintin, dan Norma (bungsu). Sejak kecil, oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, ia dipanggil Derus. Ayahanda Idrus Tintin bekerja pada Jawatan Pelayaran Indonesia kemudian dipindahtugaskan sebagai Nahkoda Kapal Patroli Pemerintah ke Laut Cina Selatan, Tarempa, Kepulauan Riau. Dengan berbagai pertimbangan, ayahnya akhirnya memutuskan pindah ke Tarempa dan menetap di sana bersama keluarganya.

Idrus Tintin memulai riwayat pendidikannya di Sekolah Rakyat Tarempa, kemudian pindah ke Sekolah Rakyat di Rengat. Kepindahannya ini disebabkan kondisi Tarempa pada waktu itu dibombardir oleh pasukan Jepang pada tanggal 14 Desember 1941. Dalam peristiwa tersebut tidak kurang dari 300 orang masyarakat sipil, termasuk ayahandanya, menjadi korban dan meninggal dunia pada tahun 1942. Sepeninggal ayahandanya, ia bersama keluarga akhirnya kembali ke Tanjung Pinang dan meneruskan sekolah hingga selesai. Usai menyelesaikan pendidikan di Sekolah Rakyat, Idrus Tintin melanjutkan pendidikan di Chugakko (sekolah tingkat pertama) milik Jepang, namun tidak selesai. Pada akhir tahun 1944 ia ke Tembilahan untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Muhammdiyah, itupun tidak diselesaikannya. Tahun 1947 Idrus Tintin kembali ke Rengat dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertamanya. Ia juga pernah mengikuti kursus Sekolah Menengah Pertama (SMP) di sore hari untuk program ekstranei hingga lulus. Setelah itu, ia melanjutkan sekolah ke Tingkat Menengah Atas Sore Tanjung Pinang.

Selama hidupnya, Idrus Tintin telah melakoni berbagai pekerjaan. Sekitar tahun 1943, ia dititipkan oleh emaknya di asrama Dai Toa Kodomo Ryo, yaitu asrama penampungan yatim piatu milik Pemerintah Pendudukan Jepang. Karena pandai berbahasa Jepang, ia diterima bekerja di Sentral Telepon Pendudukan Jepang. Tidak lama setelah itu ia dipindahkan ke asrama Kubota dan bekerja di Biro Okhabuthai di Tanjung Pinang. Ia bekerja di biro tersebut selama 5 bulan. Saat berumur 16 tahun, pada bulan Februari 1949, ia kembali lagi ke Tembilahan dan bergabung menjadi TNI. Ia juga pernah bekerja sebagai pegawai negeri sipil di beberapa tempat antara lain; sebagai Staf Q Brigade DD Angkatan Darat TNI, Juru Tulis Kantor Camat Tarempa, Jawatan Penghubung Sosial Kewedanaan Pulau Tujuh, Tarempa dan guru honorer selama 17 tahun di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Pekanbaru, Riau.

Dalam dunia seni peran/teater, berbagai pengalaman telah ia peroleh dan berbagai sumbangsih telah ia berikan. Itu dimulainya sejak tahun 1943 saat bermain drama dalam bahasa Jepang produksi Raja Khadijah. Tahun 1944 di Tanjung Pinang, ia menggelar sandiwara dengan ide cerita Nosesang, dimana cerita ini bertutur tentang kehidupan petani dan nelayan. Tahun 1945 di Rengat, beberapa kali ia bermain sandiwara bersama grup Seniman Muda Indonesia (SEMI) asuhan Agus, Moeis dan Hasbullah. Pada tahun 1952, ia kembali ke Tarempa dan mendirikan sebuah sanggar sandiwara bernama “Gurinda”.

Untuk menimba ilmu dan memperluas wawasan seni peran yang telah ia geluti, pada tahun 1959, ia memutuskan mengembara ke Pulau Jawa. Di sinilah,  Idrus berkenalan dengan seniman-seniman Jawa antara lain; Asrul Sani, Rendra, B. Jayakesuma, Soekarno M. Noor, Ismet M. Noor, Teguh Karya, Chairul Umam, dan seniman lain. Pertemuan inilah yang menjadi titik tolak perkenalan Idrus dengan seni peran/teater modern/kontemporer. Selama berada di Jawa, ia sempat menjadi peserta dalam berbagai forum diskusi para seniman, baik formal maupun non-formal, terutama yang membicarakan tentang pemeranan dan penyutradaraan.

Pada tahun 1961, Idrus Tintin kembali menetap di Rengat dan membentuk sebuah kelompok teater. Sejak menetap di Riau, setiap ada perayaan hari-hari besar, Idrus selalu tampil bermain teater. Tahun 1964, Idrus mengikuti Festival Drama di Pekanbaru yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Riau. Naskah yang dipentaskan adalah naskah Pasien. Tahun 1968, Idrus menyutradarai pertunjukan teater modern di Gedung Trikora Pekanbaru berjudul Tanda Silang. Tahun 1974, bersempena Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, Idrus menyutradarai pertunjukan teater kolosal di Balai Dang Merdu Pekanbaru dengan judul Harimau Tingkis. Pada tahun yang sama, ia bersama Armawai KH. menubuhkan wadah pembinaan teater di Riau yang diberi nama “Teater Bahana.”

Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 di usia 71 tahun, akibat penyakit stroke. Ia meninggalkan 7 orang anak dan dua orang istri, Mahani dan Masani. Ia dikebumikan di pemakaman raja-raja Rengat, berdekatan dengan Masjid Raya Rengat Indragiri Hulu.


2. Pemikiran/Pengaruh

Banyak tokoh kesenian sependapat bahwa Idrus lebih menonjol dengan keaktorannya dalam dunia teater dari pada dunia kepenyairan. Oleh sebab itu, Idrus lebih menonjol aspek oralnya dari pada aspek tulisnya. Dilihat dari sisi ini, memang ketungkuslumusan Idrus, oleh beberapa pengamat, dianggap sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk menjadikan hal-hal tragedik menjadi komedik. Dalam teater memang sulit dilupakan bahwa Idrus merupakan sosok yang berhasil mendobrak dominasi sandiwara tradisional/klasik yang disebut “teater cis.” Dalam pemikiran Idrus, sandiwara tradisional atau klasik terkesan eksklusif (menutup diri) terhadap unsur-unsur baru. Berbeda halnya dengan teater modern atau kontemporer yang penuh nuasa alternatif dan kreasi. Pemikiran Idrus Tintin tersebut, banyak memberikan pengaruh pada para seniman di daerah Provinsi Riau, seperti Pekanbaru, Bengkalis, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Tanjung Pinang, Batam, dan lain-lain.



1. Riwayat Hidup 

Soeman Hs dilahirkan di Desa Batantua, Bengkalis, Riau, Indonesia, pada tanggal 4 April 1904 dari pasangan bapak Wahid atau dikenal /Lebai /Wahid Hasibuan, dan ibu Tarumun Pulungan. Kedua orangtuanya berasal dari Desa Hutanopan, Kecamatan Barumun, Tapanulis Selatan. Ayahnya, Wahid Hasibuan, termasuk keturunan bangsawan yang pernah menjadi kepala adat (/Kuria)/ dan guru ngaji (/lebai)/. Soeman Hs adalah anak ketiga dari enam orang bersaudara, yaitu Raman (sulung), Riban, Abdurrachim, Hamzah dan Juma?at (bungsu). 

Pada tahun 1912, dalam usia tujuh tahun, Soeman Hs mulai belajar di Sekolah Melayu /Gouevernement Inlandsch School /(GIS), sederajat Sekolah Dasar dan tamat 1918. Setelah itu, ia mengikuti ujian masuk Sekolah Calon Guru /(Normaal Cursus)/ di Medan. Dari 24 orang peserta, hanya 6 orang yang diterima termasuk Soeman Hs yang menempati juara ke-4. Selama menempuh pendidikan di Sekolah Calon Guru tersebut, ia mendapat bantuan beasiswa dari pemerintah Belanda sebesar Rp.4 perbulan. Tahun 1920, ia telah menyelesaikan pendidikan di /Normaal Cursus,/ kemudian melanjutkan ke /Normal School/ (sekolah guru yang sebenarnya) di Langsa, Aceh Timur dan selesai 1923.

Selesai di /Normal School/ Langsa, Soeman Hs kembali ke Batantua. Setelah tiga bulan di Batantua, ia diangkat menjadi guru Bahasa Indonesia di HIS (sekolah Belanda) di Siak Sri Indrapura. Tahun 1930, ia diangkat menjadi Kepala Sekolah Melayu dan Penilik Sekolah di Pasir Pengarayan. Menjelang Kemerderkan RI tahun 1945, ia ditunjuk menjadi ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Pasir Pengarayan. Semasa masih menjabat Ketua KNIP, pada tahun 1946 ia diangkat menjadi Anggota DPR di Pekanbaru Riau. Kemudian tahun 1948, ketika Yogyakarta diduduki Belanda, ia diangkat menjadi Komandan Pangkalan Gurilla (KPG) Rokan Kanan. Tahun 1950, menjabat sebagai Kepala Jawatan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Kabupaten Kampar, Pekanbaru yang berakhir tahun 1960. Baru saja memasuki masa pensiun, tahun 1961, Soeman Hs diangkat menjadi anggota Badan Pemerintahan Harian (BPH) merangkap sebagai kepala Bagian Keuangan di Kantor Gubernur Riau oleh Kaharuddin Nasution (Gubernur Riau waktu itu). Sampai tahun 1998, Soeman Hs masih menjabat Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Daerah Riau dan Ketua Yayasan Setia Dharma. 

Soeman Hs mulai menggemari sastra ketika ia masih belajar di Sekolah Melayu. Untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang sastra, ia sering mengikuti pembicaraan ayahnya dengan para saudagar yang datang ke rumahnya tentang kehidupan di Singapura. Dari pembicaraan tersebut, ia kemudian banyak berkhayal dan memperoleh banyak inspirasi, serta beberapa cerita. Selain itu, ia juga banyak memperoleh inspirasi dengan banyak membaca buku di perpustakaan. Dua buku yang diminati ketika itu, /Siti Nurbaya/ karya Marah Rusli dan /Teman Duduk/ karya M. Kasim. Kepengarangan Soeman Hs juga muncul berkat dorongan dari gurunya, M. Kasim, yang sering menceritakan pengalamannya menulis. Tulisan-tulisan Soeman Hs telah dimuat dalam majalah ibukota maupun di beberapa harian lainnya. Di harian /Indonesia Raya/ ia tercatat sebagai penulis tetap, dan di majalah /Harmonis,/ Jakarta (1977-1978) ia khusus mengisi kolom /Menyelami Bahasa Indonesia/. Di antara tulisannya yang pernah dimuat dalam kolom tersebut, yaitu: /Senyum dan Tawa, Kalau Hari Panas Lupa Kacang Akan Kulitnya, Marilah Kita Bersikap Hidup Sederhana/, dan lain-lain. Selain itu, ia juga pernah menjadi pengasuh ruang siaran /Pembinaan Bahasa Indonesia/ di Stasiun RRI Pekanbaru yang ditayangkan dua kali seminggu. Pada tahun 1972, ia sempat menerbitkan sebuah majalah anak-anak bernama /Nenek Moyang,/ meskipun hanya beberapa kali terbitan karena kesulitan dana.

Soeman Hs meninggal dunia pada hari Sabtu 8 Mei 1999 di rumahnya, Jl. Tangkubanperahu, Pekanbaru dalam usia 95 tahun.Ia meninggalkan seorang istri bernama Siti Hasnah dan 9 orang anak yakni Syamsul Bahri (sulung), Sawitri, Syamsiar, Faharuddin, Mansyurdin, Burhanuddin, Najemah Hanum, dan Rosman (bungsu), serta sejumlah cucu dan cicit. 




2. Pemikiran 

Berkaitan dengan dunia kesusastraan, Soeman Hs memiliki pandangan tersendiri, yaitu:

Si Koyan diketahui masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai seorang laki-laki yang kuat. Daya kekuatan lelaki yang melegenda ini adalah satu koyan (se-koyan), yang dalam hitungan orang-orang melayu KEPULAUAN MERANTI adalah sama beratnya mencapai 2 ton. Selain punya kekuatan yang dahsyat, lelaki suku Akit ini juga diyakini kebal senjata. Karena itulah, menurut khabar yang beredar, sepak terjang Si Koyan yang paling mengejutkan adalah tentang pembantaian yang dilakukannya terhadap 32 orang tentara Belanda di daerah kampung tua bernama Pereban di Kabupaten Kepulauan Meranti.


Si Koyan dipercayai berasal dari Suku Akit. Beliau hidup pada zaman perang kemerdekaan. Sempat berjuang membantu Sultan dalam mengusir penjajahan. Selain itu, kisah yang paling mengesankan tentulah tentang Si Koyan yang pernah membantu Presiden Republik Indonesia Pertama ; Ir. Soekarno saat bersama sama di dalam pengasingan Belanda di Digul.

Dalam Banyak kisah perjalanannya, Koyan selalu dikaitkan dengan kisah mistik berbau faham animisme yang kental. Lelaki yang dikenal sangat setia pada Sultan Siak ini pernah menggemparkan istana kerajaan Johor yang kala itu diperintah oleh Sultan Ibrahim.