Tampilkan postingan dengan label ISTANA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ISTANA. Tampilkan semua postingan

Indragiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Indra” yang berarti mahligai dan “Giri” yang berarti kedudukan yang tinggi atau negeri, sehingga kata indragiri diartikan sebagai Kerajaan Negeri Mahligai. Kerajaan Indragiri diperintah langsung dari Kerajaan malaka pada masa Raja Iskandar yang bergelar Narasinga I. Pada generasi Raja yang ke 4 (empat) barulah istana Kesultanan Indragiri didirikan oleh Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan NaraSinga II yang bergelar Zirullah Fil Alam. Istana Kerajaan Indragiri salah satu objek Wisata Riau yang paling ramai dikunjungi.


ISTANA KERAJAAN INDRAGIRI
Indragiri derived from the Sanskrit of "Indra", which means palace and "Giri" which means a high status or country, so the word is defined as the Empire State Indragiri kingdom of Indragiri palace ordered directly from the Kingdom of Malacca at the time of Raja Iskandar whose surname Narasinga I. On the generation of the King of the 4 (four) then the Sultanate of Indragiri palace was founded by Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan NaraSinga II who holds Zirullah Fil Alam.
Kerajaan Indragiri diperkirakan berdiri tahun 1298 dengan raja pertama bergelar Raja Merlang berkedudukan di Malaka. Demikian pula dengan penggantinya Raja Narasinga I dan Raja Merlang II, tetap berkedudukan di Malaka. Sedangkan untuk urusan sehari-hari dilaksanakan oleh Datuk Patih atau Perdana Menteri. pada tahun 1473, waktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam (Sultan Indragiri IV), beliau menetap di ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua sekarang.
PUING PUING GERBANG ISTANA RAJA INDRAGIRI PERANAP

Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat. Dalam masa pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura.

                                                   TANGGA MASUK KE ISTANA

PUING-PUING ISTANA RAJA PERANAP

Kini Kerajaan Indragiri di Peranap hanya dapat dilihat dari puing-puing reruntuhan bangunan Istana yang tidak terawat dan berada dalam semak belukar.

Istana Raja Peranap ini dapat dijumpai di RW Kampung Baru sekitar 500m dari Pasar Peranap Kecamatan Peranap kabupaten Indragiri Hulu. Istana ini posisinya berhadapan langsung dengan Sungai Indragiri.

Kini puing-puning Istana Raja Indragiri Peranap menjadi salah satu Ikon Wisata Riau khususnya di Indragiri Hulu.
Istana Sayap awalnya dibangun oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 M).  Sebelum bangunan itu selesai beliau mangkat dan diberi gelar Marhum Mangkat di balai. Selanjutnya pembangunan Istana diteruskan sampai selesai oleh pengganti beliau yakni Sultan Syarif Hasyim II ( (1892- 1930M).



Pada awalnya Pusat Kerajaan Pelalawan berada di Sungai Rasau (anak Sungai Kampar), berlokasi di Kota Jauh dan Kota Dekat. Ketika Tengku Sontol Ali menjadi Sultan Pelalawan, belaiu berazam memindahkan Istananya dari muara Sungai Rasau ke pinggir Sungai Kampar, tepatnya di muara sungai Rasau yang disebut' Ujung Pantai',karena itu Istana sebelumnya dinamakan ISTANA UJUNG PANTAI. Namun ketika Sultan Syarif Hasyim II melanjutkan pembangunan Istana yang  melanjutkan pembangunan Istana yang sedang terbengkalai karena mangkatnya Tengku Sontol Ali,maka beliau membangun dua sayap disamping kanan dan kiri Istana yang dijadikan balai. Maka Istana inipun dinamakan "ISTANA SAYAP"

Bangunan disebelah Kanan Istana (sebelah hulu) disebut "Balai Sayap Hulu"yang berfungsi sebagai Kanor Sultan, dan bangunan disebelah kiri istana (sebelah hilir) dinamakan "Balai Hilir"  yang berfungsi sebagai Balai Penghadapan bagi seluruh Rakyat Pelalawan. 
ISTANA SAYAP PELALAWAN
Sekitar tahun 1896 bangunan Istana Sayap selesai seluruhnya, dan  Sultan Sharif Hashim II  berpindah dari Istana kota Dekat di Sungai Rasau ke Istana Sayap di Ujung Pantai. Sejak itu, pusat pemerintahan  Kerajaan pelalawan menetap di pinggir sungai Kampar yang sekarang  menjadi Desa pelalawan dan menjadi Ibu Kota Kecamatan Pelalawan.

Untuk mengenang jasa Sultan Syarif Hasyim II yang memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Pelalawan dari Sungai rasau ke pinggir Sungai Kampar ketika mangkatnya beliau di beri gelar MARHUM KAMPAR II.

Di Istana Sayap,bangunan induk adalah tempat Sultan beserta Keluarga dan orang-orang yang bertugas disana. Di bangunan ini pula terdapat Ruang Penghadapan, bilik tidur, dan ruangan anjungan yang diisi dengan segala alat perlengkapan Kerajaan. Menyatu dengan bangunan induk,disebelah depan terdapat ruang selasar dalam dan selasar luar untuk tempat menghadap rakyat dan Orang-orang besar Kerajaan. Dibagian belakang bangunan Induk ada ruangan telo, dan dibelakangnya lagi ada ruangan Penanggah,tempat kegiatan pekerja rumah tangga Istana dan kelengkapan jamuan dan sebagainya. 



Bangunan Induk mencerminkan Sultan, sebagai 'induk' dari  rakyatnya., sesuai dengan ungkapan adat yang mengatakan :
'yang ayam ada induknya
yang serai ada rumpunnya
yang sungai ada guguknya
yang keris ada hulunya
yang tombak ada gagangnya
yang rumah ada tuannya
yang kampong ada penghulunya
yang negeri ada rajanya


ISTANA SAYAP PELALAWAN


                                          FILOSOFI ISTANA SAYAP
Dahulu setiap bangunan dirancang secara cermat, disempurnakan dengan berbagai simbol dan maknan,agar memberikan kenyamanan,kesejahteraan dan manfaat yang besar bagi penghuni dan pemiliknya. Acuan ini menyebabkan pembangunan Istana Sayap dirancang dengan berbagai pertimbangan, sehingga terwujudlah tiga bangunan. Bangunan pertama adalah Bangunan Induk, sedangkan bangunan kedua dan ketiga adalah bagian yang teerletak disamping kanan dan kiri yang dinamakan Sayap kanan dan Sayap Kiri.

Di dalam Budaya Melayu Riau,khususnya di Kerajaan Pelalawan,setiap bangunan resmi terdiri dari bangunan induk dan bangunan lainnya, yang lazim disebut bangunan anak atau bangunan sayap. Bila letaknya kebelakang atau kemuka dan menyatu dengan bangunan induk lazimnya disebut bangunan anak (selasar depan,selasar belakang, selasar dalam, selasar luar,selasar jatuh,selasar gajah menyusur dan sebagainya). Bila bangunan itu berada agak etrpisah dan terletak simitris sebelah kanan dan kiri bangunan induk disebut sayap. Pembagian tata ruangan diatur menurut ketentuan adat yang berlaku,sehingga siapapun yang masuk ke bangunan itu akan tahu dimana ia duduk dan dimana ia berdiri, sesuai dalam ungkapan adat dikatakan sebagai berikut :

"Adat masuk kerumah orang 
Tahu duduk dengan tegaknya
Tahu susun dengan letaknya
Tahu atur dengan haknya
Tahu alur dengan patutnya"


Bangunan anak yang disebut sayap dibuat khusus dengan ukuran dan bentuk yang sama. ketentuan ini mencerminkan kehidupan yang seimbang dan setara,adil dan tidak berat sebelah. Didalam ungkapan adat dikatakan :
" Rumah induk ada anaknya
Anak di kanan anak di kiri
Anak dibuat sama setara
Sama bentuk dengan ukurnya
Sama jauh dengan dekatnya
Sama padam dengan takahnya




Tanda adil sama dijunjung
Tanda menimbang sama berat
Tanda mengukur sama panjang
Tanda menyukat sama penuh
Tanda berlaba sama mendapat
Tanda hilang sama merugi
Tanda berat sama dipikul
Tanda ringan sama dijinjing
Tanda ke laut sama berbasah
Tanda ke darat sama berkering
Tanda senasib sepenanggungan
Tanda seaib sama semalu "


SAYAP ISTANA SAYAP PELALAWAN






Di dalam menentukan fungsi bangunan,maka bangunan induk tetap dijadikan teraju dan pucuk dari sedmua aktivitas dan makna didalam kerajaan itu. Di dalam ungkapan adat dikatakan :

'Di dalam bangunan induk
Terkandung tuah dengan marwah
Terkandung petuah dengan amanah
Terkandung janji dengan sumpah


Terkandung daulat dengan martabat
Terkandung maknan dengan hakikat
Terkandung kasih dengan sayang
Terkandung beban berkepanjangan
Terkandung hutang tak berkesudahan


Hutang ke Allah hutang ke rakyat
Hutang tak dapat dibelah bagi
Hutang tak dapat diingkar-ingkari
Hutang amanah menembus sumpah


Di dalam memfungsikan bangunan sayap,ditetapkan bahwa sayap kanan sebelah hulu dijadikan kantor sultan, sesuai dengan ungkapan adat :

"Yang raja memegang hulu
Hulu bicara hulu rundingan
Hulu petuah hulu amanah
Hulu titah membawa berkah
Hulu nasehat membawa berkat

"Di sayap kanan raja duduk
Mencari runding pada yang elok
Di sana yang kusut diselesaikan
Di sana yang keruh dijernihkan
Di sana  yang bengkok diluruskan
Di sana yang salah dibetulkan
Di sana  yang kesat diampelas
Di sana berbongkol sama ditarah
Di sana  yang sumbang diperbaiki
Di sana yang janggal dielokkan
Disana hukum ditegakkan "
PENDOPO ISTANA SAYAP PELALAWAN

Bangunan sayap sebelah kiri bangunan induk,yakni sebelah hilir dijadikan tempat menghadap rakyat kerajaan. Sesuai dengan ungkapan adat :

' Yang rakyat memberi ingat
Memberi bakti serta pendapat
Memberi setia serta amanat
Supaya berjalan tak salah langkah
Supaya bercakap tak salah ucap
Supaya memerintah tak salah titah
Supaya berjalan tak salah pedoman
Supaya berlayar ke arah yang benar


Disana tangan bebas melenggang
Disana kaki bebas melangkah
Disana lidah bebas bercakap
Disana janji sama diikat
Disana amanah dipegang erat "


Selain itu simbol-simbol yang mengandung nilai-nilai luhur dan budaya tercermin pula dalam berbagai ornament dan sebagainya yang intinya mengacu pada keutamaan raja dan rakyatnya yang hidup tersebati,menyatu bagaikan mata putih dan mata hitam, sehingga rusak yang putih binasa yang hitam, dan rusak yang hitam binasa yang putih/ Bersebatinya pemimpin dengan rakyatnya,serta mewujudkan kehidupan yang sejahtera lahiriah dan batiniah.


ISTANA SAYAP PELALAWAN MENJADI SALAH SATU WISATA RIAU ANDALAN DI PELALAWAN


Riau adalah negeri yang kaya akan sejarah dimasa lampau. Tidak hanya kaya akan Sumber Daya Alam tetapi juga kaya akan sejarah. Kerajaan atau Bangsa Melayu pernah mengalami masa jaya pada dahulu. Propinsi Riau ini merupakan gabungan dari sejumlah kerajaan Melayu yang pernah berdiri, diantaranya ialah Kerajaan Indragiri (1658-1838), Kerajaan Siak (1723-1858), Kerajaan Pelalawan (1530-1879), Kerajaan Riau-Lingga (1824-1913) dan banyak lagi kerajaan kecil lainnya,Seperti Rokan, Tambusai, Kerajaan Rambah, Kerajaan Kepenuhan, Kerajaan Rokan IV Koto , Kerajaan Kunto Darussalam,  Kerajaan Koto Alang, Kandis , Peranap Indragiri, Keritang, Rantau Binuang Sakti, Rambah, Kampar , Kubu, Bangko, Kerajaan Batu Hampar, Kerajaan Tanjung Melawan, Kerajaan Gasib, Kerajaan Segati, Kerajaan Cerenti , Kerajaan Tanah Putih, Kerajaan Logas, Gunung Sahilan , Kerajaan Kemuning, Kerajaan Batin Enam Suku , Kerajaan Rokan di Kota Lama, Kerajaan Pekaitan, Kerajaan Sintong Rajo Koto Rajo , Kerajaan Kuntu. Kini semuanya hanya tinggal cerita dan sejarah bagi anak cucu, hanya sedikit tersisa dari bekas Istana Kerajaan tersebut. Dan menjadi tugas kita semua untuk melestarikannya.


KERAJAAN PELALAWAN
ISTANA SAYAP PELALAWAN

SUMBER :   RIAU DAILY PHOTO



KERAJAAN INDRAGIRI

ISTANA KERAJAAN INDRAGIRI

SUMBER : RIAU DAILY PHOTO






KERAJAAN SIAK

ISTANA KERJAAN SIAK
                             
                         SUMBER : RIAU DAILY PHOTO


KERAJAAN ROKAN

ISTANA RAJA ROKAN
                             SUMBER : RIAU DAILY PHOTO









KERAJAAN RAJO KOTO RAJO
ISTANA RAJO KOTO RAJO KUANTAN HILIR

                           SUMBER : RIAU DAILY PHOTO


KERAJAAN GUNUNG SAHILAN

                               
             

Istana Rokan (Rumah Tinggi) terletak di Desa Rokan IV Koto kira-kira sekitar 46 km dari Pasirpengaraian. Istana Rokan adalah peninggalan dari kesultanan “Nagari Tuo” berumur 200 tahun. Istana dan beberapa rumah penduduk sekitar ini memiliki koleksi ukiran dan bentuk bangunan lama khas Melayu (Rumah tinggi).


Rokan Palace . It is located in Rokan VI Koto Village about 46 km from Pasirpengaraian. Rokan Palace was left behind from the kingdom “Nagari tuo” about 200 years ago. The palace and a few houses in that area have a unique collection of carving and the design which is uniquely Malay.

Dokumentasi : Krishadiawan (Forum Skycrapercity Riau) 
Istana Rajo KotoRajo ini terletak di Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Istana ini telah mengalami renovasi tetapi kekhasannya masih tetap terjaga sampai sekarang.
Rajo KotoRajo Palace is located in District Hilir Regency Kuantan Kuantan Singingi. This palace has been undergoing renovation but still peculiar to stay awake until now.
Siak palace known as "Palace of the Sun East" and also called Asserayah Hasyimiah or was built by Sultan Sharif Hashim Abdul Jalil Syaifudin in 1889 by German architect. The architecture is a combination between the architecture of Malays, Arabs, Europeans and Siak Palace building was completed in 1893