Tidak gampang untuk mengangkat perserikatan Pekanbaru untuk menjadi bond perserikatan yang disegani di Kancah sepakbola nasional. Selama 44 Tahun hingga melangkah ke Divisi Utama PSSI tahun 1999. PSPS selalu menghitung hari dan menebar harapan.
Mulai dari periode kepengurusan pertama yang dipimpin mantan Kepala PLN PEKANBARU,Yubahar. Saat itu langkah PSPS hanyalah sebuah perserikatan kecil yang hanya didukung lima klub anggota yang terdiri dari PS IPP (Ikatan Pemuda Pekanbaru), PS PELAYARAN, PS CALTEX, PS PU (Pekerjaan Umum) dan PS Elektra (PLN).
Meski begitu diawal berdirinya, PSPS sudah menjadi bond yang sejajar dengan perserikatan lain yang ada di Sumatra,yang memiliki aset berupa pemain nasional. Tahun 1961 PSPS juga pernah ikut PON di Bandung maka tersebutlah beberapa pemain seperti jayusman, Thamrin manaf dan Hamid. Saat itu kondisi pendidikandan sepakbola berbeda dengan kondisi sekarang. dr Thamrin manaf yang dipanggil ke Timnas,tidak bisa bergabung karena tidak mendapat izin dari Sekolah dan Tempat ia bekerja. Meski begitu jatah Riau diisi oleh Hamid yang saat itu menjadi kiper nasional. hamid kala itu sangat diidolakan masyarakat Pekanbaru, Hamid memperkuat Timnas Indonesia di Pyongyang Korea Utara tahun 1963 dibawah pelatih EA Mangindaan.
Besarnya potensi sepakbola di Pekanbaru saat itu pulalah yang kemudian menggiring Gubernur Riau Kaharudin Nasution untuk mendirikan sebuah Stadion yang diberi nama Stadion Dwikora pada tahun 1963. Meski terbuat dari kayu ,stadion ini menjadi pusat olahraga pertama di Pekanbaru. Pemain PSPS lain yang juga sempat terdaftar sebagai Pemain Tim nasional adalah Jayusman, Jayusman adalah pegawai Kantor Pajak, Tetapi sayang Gelandang Tangguh PSPS ini gagal memperkuat Tim nas yang rencana akan tampil di Aljazair, saat itu Aljazair ada pergolakan.
Era dukungan dan gairah dari masyarakat Pekanbaru tidak berlanjut, era Hamid,Thamrin Manaf, Jayusman hanya menghasilkan kenangan yang indah untuk dikenang. Kepengurusan demi kepengurusan pun mulai berganti,tercatat beberapa nama sempat menjadi Ketua Umum PSPS PEKANBARU diantaranya Farouq Alwi yang saat itu menjadi Walikota Pekanbaru, hingga tradisi Ketua Umum PSPS dijabat oleh walikota Pekanbaru.
Pada tahun 1972 pusat pelatihan pemain PSPS yaitu Stadion Dwikora mengalami kebakaran, dan bangunan utama dari Stadion tersebut mengalami kebakaran hebat sehingga tidak dapat digunakan kembali. Stadion yang telah menjadi pusat pembibitan pemain PSPS PEKANBARU ini sempat terbengkalai selama 6 tahun dan hanya menjadi lapangan ilalang. Hingga akhirnya dibangun kembali oleh PT. CPI dan diresmikan oleh Gubernur Riau Arifin Achmad pada tanggal 13 Maret 1977 dengan kapasitas penonton 3500 orang. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1980 Stadion ini berganti nama menjadi Stadion Hang Tuah dan pengantian namanya diresmikan oleh Menpora Abdul Gafur.
Setelah Stadion kembali ada, PSPS mulai aktif kembali, dan PSPS kembali mampu menggairahkan pemain mudanya untuk memacu prestasi,maka lahirlah pemain seperti Sugiarto yang pernah mengikuti seleksi PSSI Pra Olimpiade tahun 1975. Sejumlah nama juga hadir,hingga sekarang namanya masih disebut kehebantannya antara lain Mahmud (mewakili Sumbagut ke PON di Makassar), nantan Ibrahim, Nazwar Nurdin, Majid, Margono dan Ujang Jufri.
Usaha PSPS PEKANBARU untuk tampil di kompetisi elite nasional pernah hampir berhasil pada Tahun 1984. kala itu kompetisi terbagi antar Perserikatan dan Galatama. PSPS sebagai klub perserikatan tergabung dalam zona Sumbagut dan berhasil mewakili SUmatra mengikuti abbak play off di Cimahi, Jawa Barat untuk ke Divisi Utama. Sayangnya pada salah satu pertandingan melawan Tim Jawa, PSPS kalah. PSPS mengalami kelelahan karena sebagianbesar pemain PSPS berasal dari PS UNRI yang pada saat bersamaan juga sedang melakukan turnamen di Bandung, sehingga harus pulang pergi Bandung-Cimahi. Saat itu Peluang PSPS untuk lolos sangat besar sebab diperkuat sejumlah pemain nasional yang juga mereka semua adalah pemain handalan PS BPD RIAU (BANK RIAU KEPRI saat ini) diantaranya Ricky Darman, Dino Kardinal, Edi Mukhni Sutanto Ongso"Aseng". Saat itu PS BPD merupakan salah satu klub elite yang tidak terkalahkan di Pekanbaru,berkat kepedulian Direktur Utama BPD Riau Syafii Yusuf yang saat itu juga menjadi Manajer PSPS PEKANBARU. Syafii Yusuf dinilai sebagai orang yang mempelopori masuknya pemain dari luar Riau ke Pekanbaru terutama dari Padang dan Medan.