Tampilkan postingan dengan label MERANTI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MERANTI. Tampilkan semua postingan

Tugu ini terletak di Desa Alah Air, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Merantl, Provinsi Riau. Dilokasl tunggu lni  merupakan tempat jatuhnya bom yang dijatuhkan oleh Belanda pada masa Akgresi Belanda ke II, atau semasa Pemerintahan  Darurat Republlk Indonesia (PDRI) tahun 1949. Pembuatan tugu  ini merupakan inisiatif dari tokoh rnasvarakat di Selat Panjang. Karena dengan adanya pembuatan tugu ini diharapkan adanya pentransferan nilai perjuangan dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

 

Tugu ini terletak di komplek sekolah SD 23 kecamatan Tebing Tinggi. Tugu ini dijadikan sebagai simbol kepahlawan  oleh masyarakat di Kabupaten Kepulaun Meranti dalam  mempertahankan kemerdekaan. Dulunya disekitar tugu ini
merupakan merupakan Sekolah Rakyat (SR) yang dibangun pada tahun 1947 dan dimotori oleh Bapak Sarmin (almarhum). Bangunan Sekolah ini telah direnovasi total dan bentuk , bentuk bangunan lama dari SD ini bisa dilihat dari foto-foto yang terdokumentasi pada saat sekolah ini berdiri yailu sekitar tahun 1947.




Tugu  ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Kepulauan Meranti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya : 13/BCB-TB/B/12/2013.


Sumber :
Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Kepulauan Meranti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat.


 



Gedung kantor pos ini adalah saksi bisu berita proklamasi kemerdekaan indonesia yang sampai ke pemuka masyarakat, tokoh tokoh pemuda dan perjuangan selat panjang. Wan Ali husin adalah orang pertama yang menerima berita tersebut lewat pos telegraf dan telepon (PTT). Usai menerima telegram, telegrafis wan ali husin  segera menyampaikan berita kemerdekaan itu kepada beberapa tokoh pejuang pergerakan di Selat Panjang.
 

Bangunan Kolonial Kantor Pos  ini berada di jalan merdeka yang memiliki luas banguan ±15 m x 40 m dan luas lahan ± 20 m x 50 m dan bersebelahan dengan rumah dinas kantor pos yang berada tepat di belakang kantor pos. Ciri khas bangunan Belanda masih terasa pada bangunan ini terbukti dengan ciri khas bangunan belanda yang memiliki pintu pintu dan jendela yang besar pada bangunan ini. Bangunan Kolonial Kantor Pos berwarna putih dan orange serta memakai atap yang terbuat dari genteng.



Kantor Pos Selat Panjang ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Kepulauan Meranti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya : 08/BCB-TB/B/12/2010.


Sumber :
Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Kepulauan Meranti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat.


 


 

Cagar budaya adalah daerah yang kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dari bahaya kepunahan. Menurut UU no. 11 tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Ada Lima Kategori Cagar Budaya yaitu sebagai berikut :
Benda
Benda cagar budaya adalah benda alami atau buatan manusia, baik bergerak atau tidak, yang punya hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan sekarang.
Bangunan
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding, tidak berdinding dan atau beratap.
Struktur
Struktur Cagar Budaya adalah suatu susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.
Situs
Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.
Kawasan
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

Meranti memiliki Banyak Cagar Budaya , berikut kami rangkum Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Kepulauan  Meranti :
Makam Belanda lni terletak gang makam, Jalan Tuanku Umar. Desa Kelurahan Kota Selat Panjang, Kecamatan Tebing Tinggi,  Kabupaten Kepulauan Meranti, . Dilihat dari tata  letak makam, makam ini bukan merupakan makam Islam. Karena Makam ini memanjang ke arah Timur Barat, sedangkan makam  Islam memanjang darl Utara Keselatan. Makam inl berundak undak terdiri dari lima undakan, atau bertingkat·tingkat, makin ke atas upak makam ini makin kecil. Makam ini terbuat dari bata yang dilapisi dengan semen berlepa, pada bagian luar dihaluskan. Pada bagian atas makam ditemukan tulisan berbahasa Belanda antara lain Hier Rust, Onze Geveling, Hendriette Souvisa, Geboten, Overleden 15 Th September 1925 RIP, Hare Ouder.

 

Souisa merupakan nama Ayah dari bayi perempuan Henriette , Henriette merupakan seorang Dokter Berdarah Belanda dan Maluku. Dr. D Souisa ditugaskan sebagai Dokter di Selat Panjang pada tahun 1922 , kemudian bertugas di Medan pada tahun 1932, dan pada tahu 1937 bertugas di Banda Neira dan selanjutnya pada Tahun 1949 bertugas di Surabaya sebagai Direktur Rumah Sakit CBZ .

 


Bangunan ini  ini telah ditetapkan Sebagai Cagar Budaya oleh BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 05/BCB-TB/B/12/2010 


Sumber : 
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

 

 

Bangunan ini dulunya adalah Markas  BKR/TKR yang kemudian  menjadi markas TNI selatpanjang pada awal kemerdekaan. Di tempat ini semua strategi perang di atur dan perintah komando dikeluarkan saat menghadapi pasukan belanda. Ketika selat panjang dikuasai belanda, tempat ini menjadi kantor Offseter (pekerja umum). Kini tempat ini menjadi kantor UPTD Dispenda Provinsi Riau di selat panjang.



Bangunan ini  ini telah ditetapkan Sebagai Cagar Budaya oleh BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 03/BCB-TB/B/12/2010


Sumber : 
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

Bangunan ini pernah di duduki pasukan belanda, kemudian dijadikan kantor controleur belanda. Tempat ini juga pernah menjadi kantor camat tebing tinggi, sekarang tempat ini menjadi kantor dinas pendapatan daerah kepulauan Meranti

Rumah Kolonial Dinas Pendapatan Daerah Kab. Meranti  ini terletak di jalan merdeka yang memiliki luas bangunan 25 x 37,7 m dan luas lahan sebesar 35 x 64 m yang dikelilingi oleh pagar. Ciri khas bangunan belanda masih terasa pada bangunan ini yang terlihat dengan pintu dan jendela yang besar.

Bangunan ini  ini telah ditetapkan Sebagai Cagar Budaya oleh BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 02/BCB-TB/B/12/2010


Sumber : 
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

 

Sejarah tentang Vihara Sakti Sejahtera tidak diketahui secara pasti kapan pendiriannya. Informasi yang didapat dari Pengurus Vihara yaitu Sdr. Juan,SH. bahwa Viharaini pertama kali direnovasi Tahun 1903. Diperkirakan Kelenteng ini dibangun pada tahun 1868 dan menjadi Kelenteng tertua di Riau. Sejarawan memprediksi kelenteng ini berumur lebih dari 150 tahun setelah dilihat dari relief arsitektur bangunannya. Awal berdirinya bangunan ini merupakan gubuk sederhana yang dibangun oleh perantauan China yang menetap di Kota Selatpanjang pada masa kolonial Belanda.

Kelenteng ini juga dikenal dengan nama Hoo Ann Kiongdan juga Tua Pek Kong Bio ( bahasa Hokkian ), Kelenteng ini berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani,Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti.


Vihara Sakti Sejahtera, merupakan salah satu bangunan yang  sangat monumental di Kota Selat Panjang.  Bangunan ini merupakan tempat beribadah bagi umat Budha. Pada umumnya yang beribadah di tempat lni adalah etnis keturunan Cina yang beragama Budha. 

 

Vihara ini  ini telah ditetapkan Sebagai Cagar Budaya oleh BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/B/12/2010



Sumber : 
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

 



Tahun 1880, Negeri Makmur Kencana Bandar  Tebing Tinggi
dibawah kekuasaan JM Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi yang bergelar Temenggung Marhum Buntut. Ia bertanggungjawab langsung pada Sultan Siak. Saat inilah terjadi perselisihan dengan penguasa Belanda yang bernama Controleur Van Huis. Belanda mengubah nama Negeri Makmur Kencana Bandar Tebing Tinggi menjadi Selatpanjang.

Aksi ini ditolak oleh Tengkoe Soleong. Keduabelah pihak berdamai dan sepakatmengubah nama Negeri Makmur Kencana Tebingtinggi menjadi Negeri Makmur Bandar Tebingtinggi Selatpanjang tanggal 4 September 1899. Tengkoe Soelong sendiri wafat tahun 1908 dan makamnya ada di Jalan Teuku Umar,
Selatpanjang. 

Makam J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi  (Tengkoe Tumenggung Marhum Buntat) yang terletak di jl. Tengku umar ini mempunyai luas bangunan 4 x 3 m dan luas lahan 17,4 x 15,3 m. Mempunyai cungkup berwarna kuning. Pada  Makam J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi  (Tengkoe Tumenggung Marhum Buntat)  dilapisi dengan keramik berwarna putih serta pada nisan berwarna kuning dan terdapat kain berwarna kuning.

 


 



Makam ini  ini telah ditetapkan Sebagai Cagar Budaya oleh BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 04/BCB-TB/B/12/2010


Sumber : 
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

Tari Gendong telah ada sejak abad ke-16 sebelum masuknya Kerajaan Siak. Kesenian tari tradisional ini lahir, tumbuh, dan berkembang di tengah masyarakat yang dikenal sebagai Suku Asli Anak Rawa tepatnya berada di Kampung Penyengat Kecamatan Sungai Apit, yang diiringi alat musik gendang, gong, dan biola. Fungsi tari ini adalah sebagai sarana upacara tolak bala dan sebagai sarana hiburan masyarakat suku Anak Rawa. Penari terdiri dari enak orang wanita yang saling bergantian bernyanyi. Tari Gendong yang penuh suka cita ini dapat dilihat dari cara berjoget dan bernyanyi semua penari maupun penonton yang larut dan ikut dalam suasana kegembiraan. Tarian ini dahulunya ditampilkan pada malam hari saat masyarakat sedang istirahat, sehingga tarian ini dijadikan sebagai hiburan bagi masyarakat yang mana saat siang hari lelah dengan pekerjaan dan pada malam harinya mereka menghibur diri dengan menyaksikan maupun ikut menari dengan para penari Gendong. Tari ini memiliki unsur magis, seperti menyediakan sesajen di dalam pertunjukannya, penari melantunkan sebuah lagu terlebih dahulu sebagai tanda akan dimulainya Tarian Gendong, kemudian barulah penonton boleh menari dengan penari. Penonton yang ingin menari dengan penari harus memiliki lagu dan membayar Rp 10.000. Kemudian, barulah diperbolehkan menari. Di sini dapat dilihat interaksi sesama masyarakat sangat baik dengan 152ditampilkannya Tari Gong ini dapat menjalin silaturahmi serta kekeluargaan yang sangat baik antar masyarakat.

Pada Tahun 2018 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 225 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Tari Gendong menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201800646.

 

(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 151)  
Tari Tradisi Joget Sonde merupakan tarian yang berasal dari Desa Sonde yang ada di Kecamatan Rangsang, Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti yang dikoreografi (diciptakan) oleh Cik Minah yang merupakan masyarakat asli Suku Akit dari Desa Sonde.
 
Pada awalnya Joget Sonde ini diciptakan untuk mengungkapkan kebahagiaan si koreografer dan hanya sebagai sebuah tarian bergembira dan tarian hiburan. Karena tari ini terciptanya di Desa Sonde maka diberilah nama dengan sebutan Tari Joget Sonde. Sejarah Desa Sonde itu sendiri adalah pada zaman dahulu pohon sonde hanya terdapat di daerah kampung tersebut, di mana getah pohon sonde tersebut bisa dijual dengan harga yang tinggi. Karena banyak orang yang pergi mengambil kayu sonde dan daerah tersebut tidak memiliki nama maka masyarakat setempat memberi nama Sonde.

 

Tradisi Joget Sonde dalam kehidupan masyarakat Sonde, Kecamatan Rangsang Pesisir mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sarana hiburan. Tari ini dapat membangun solidaritas yang tinggi dalam lingkungan masyarakat karena mengajarkankepada generasi mudanya bagaimana bekerja sama dan membina rasa kekeluargaan antar masyarakat. Tari Tradisi Joget Sonde dipertunjukkan pertama kali di pada tahun 1960-an dalam acara pesta perkawinan.
 
Pada Tahun 2016 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Joget Sonde menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201600314. 
 
(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 78)  
Sebagian masyarakat Kabupaten kepulauan Meranti Provinsi Riau  secara turun temurun menanam sagu , penghasilan terbesar masyarakat di wilayah ini adalah berkebun sagu, sehingga memposisikan daerah ini sejak dulu sebagai penghasil sagu terbesar di Indonesia. Tanaman sagu yang sejak dulu sudah menjadi primadoma masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti. Maka tak heran bila masyarakat Riau lebih mengenal daerah ini sebagai wilayah sagu, bahkan ibu kota kabupaten Selatpanjang disebut dengan kota sagu

Masa tanam kebun sagu biasanya berumur 8 sampai 10 tahun, ketika ketinggian batang sagu sudah dianggap cukup dan besar batang sagu sudah cukup untuk dipanen atau ditebang. Ketika satu batang sagu ditebang anak sagu akan menyusul induknya dan hanya berjarak satu tahun untuk dipanen. Setelah di Panen, selanjutnya Tual sagu yang sudah dipotong dikelurkan dari kebun dengan cara digolek sampai ke sungai, di sungai tual sagu dirakit selanjutnya dari sungai ditarik ke sungai dengan menggunakan kapal.


Kini masyarakat Meranti kreatif dengan memanfaatkan Tual Sagu, mereka membuat pesta rakyat dengan tajuk Bokor Fiesta di Desa Bokor. Masyarakat Bokor membuat event Wisata Lomba Lari Tual Sagu  dan berlari meniti batang sagu serta mendorong batang sagu (golek tual sagu).  Lomba lari Tual Sagu ini diadakan di Sungai Bokor dengan jumlah peserta yang tidak terbatas dan lomba ini hanya bersifat eksibisi dan sebagai sarana promosi wisata. Selain itu di Festival Bokor juga diadakan pegelaran musik,tari dan teater, pembacaan puisi, pesta buah, kuliner dan kerajinan



Video Lari Tual Sagu




Kredit Photo & Video : Attayaya


selatpanjang,riau
Suasana senja di Selatpanjang, Riau. (Manggalani Ukirsari/NGI)



Suasana kota kecil nan nyaman dengan bangunan peribadatan berwarna cerah serta rumah-rumah kayu langsung menarik perhatian National Geographic Indonesia saat menginjakkan kaki ke Selatpanjang. Inilah kota persinggahan bagi pengguna ferry dari Pekanbaru yang akan bepergian ke Johor (Malaysia) dan Singapura, juga beberapa destinasi di wilayah Tanah Air kita, seperti Batam, Bintan serta Kepulauan Riau (Kepri).
National Geographic Indonesia datang atas undangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Riau. Dengan acara utama Bokor Festival II yang berlangsung di Desa Bokor, sekitar 15 menit perjalanan lewat muara dari Selatpanjang. Namun, berjalan-jalan ke kota kecil ini sendiri pantang dilewatkan. M. Ery Sandy, Kepala Seksi Pengembangan Pasar Disbudpar Provinsi Riau mengungkap, Selatpanjang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata. Memperkuat peran Bokor dengan agenda tahunan pesta rakyat yang menampilkan seni tari, musik, teater serta olah raga yang diadaptasi dari keseharian masyarakat setempat. 
Salah satu kegiatan menarik untuk penyuka wisata kuliner selagi berada di Selatpanjang adalah mencicipi hasil kekayaan laut. Bermacam seafood dapat dicoba di sini, utamanya kerang hijau, kerang batik, kepiting, udang dan ikan. Salah satu tempat makan terkenal adalah pujasera Jumbo. Selain menawarkan hidangan serba laut, termasuk bihun goreng seafood nan pedas yang dicoba National Geographic Indonesia. Tempat ini juga menawarkan pemandangan matahari terbenam di garis cakrawala.
vihara,selatpanjang,riau
Vihara Sejahtera Sakti di Selatpanjang, Riau. (Manggalani Ukirsari/NGI)

            

    
Tidak jauh dari sini, terdapat Vihara Sejahtera Sakti atau Tua Pe Kong, tempat peribadatan kaum Tionghoa yang dibangun sekitar 1868. Juga sebuah pasar tradisional, terkenal sebagai “Pasar Serampangan”. Di tempat ini para pengunjung dapat berbelanja mi sagu khas Selatpanjang dan sekitarnya, untuk diolah lebih lanjut menjadi mi goreng tabur ikan bilis (teri).
Jangan lupakan pula, berkeliling kota menggunakan becak motor. Untuk menikmati bangunan-bangunan autentik serta beberapa kelenteng di seputar kota yang melahirkan atmosfer betapa kentalnya silang budaya antara Tionghoa dan Melayu di Selatpanjang.


Sumber :

Pulau Padang berada di Kecamatan Merbau Kabupaten Meranti. Pulau padang merupakan lahan/tanah rawa gambut dengan ketebalan gambut mencapai 6 meter lebih.


Pulau Padang sudah dihuni oleh masyarakat sejak zaman Kolonial Belanda sampai saat ini. Hal ini terlihat pada Peta yang dibuat pada tahun 1933 oleh pemerintah Kolonial Belanda. Dalam peta tersebut telihat letak beberapa perkampungan yang sudah ada sejak dibuatnya peta tersebut seperti Tandjoeng Padang, Tg. Roembia S. Laboe, S. Sialang Bandoeng, Meranti Boenting, Tandjoeng Kulim, Lukit, Gelam, Pelantai , S. Anak Kamal dan lain-lain.  Selain itu, sebagai bukti bahwa Pulau Padang sudah didiami warga ratusan tahun yang lalu adalah nama tokoh Tuk Derosul di desa Lukit yang diperkirakan lahir pada tahun 1850an sebagai anak dari warga suku asli/sakai bernama Lukit (saat ini “Lukit” menjadi nama sungai lukit dan Desa Lukit. Tuk Darasul dimakamkan di pemakaman umum dusun I kampong Tengah Desa Lukit, sebelah barat Masjid Ar-Rohama.

Di Pulau Padang, terdapat danau yang dikelilingi hutan alam. Pulau Padang memiliki keistimewaan berupa keanekaragaman hayati yang bisa menjadi tujuan wisata ekoturisme. Selain itu Pulau Padang merupakan daerah penghasil Minyak Bumi dan Gas Alam dikawasan ini sudah ada  PT. Kundur Petroleum S.A

Si Koyan diketahui masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai seorang laki-laki yang kuat. Daya kekuatan lelaki yang melegenda ini adalah satu koyan (se-koyan), yang dalam hitungan orang-orang melayu KEPULAUAN MERANTI adalah sama beratnya mencapai 2 ton. Selain punya kekuatan yang dahsyat, lelaki suku Akit ini juga diyakini kebal senjata. Karena itulah, menurut khabar yang beredar, sepak terjang Si Koyan yang paling mengejutkan adalah tentang pembantaian yang dilakukannya terhadap 32 orang tentara Belanda di daerah kampung tua bernama Pereban di Kabupaten Kepulauan Meranti.


Si Koyan dipercayai berasal dari Suku Akit. Beliau hidup pada zaman perang kemerdekaan. Sempat berjuang membantu Sultan dalam mengusir penjajahan. Selain itu, kisah yang paling mengesankan tentulah tentang Si Koyan yang pernah membantu Presiden Republik Indonesia Pertama ; Ir. Soekarno saat bersama sama di dalam pengasingan Belanda di Digul.

Dalam Banyak kisah perjalanannya, Koyan selalu dikaitkan dengan kisah mistik berbau faham animisme yang kental. Lelaki yang dikenal sangat setia pada Sultan Siak ini pernah menggemparkan istana kerajaan Johor yang kala itu diperintah oleh Sultan Ibrahim.
Tasik Air Putih merupakan Tasik yang terlebar yang terdapat di Kabupaten Meranti yaitu 800 meter. Tasik ini terletak di Pulau Rangsang sebelah Selatan Kota Selat Panjang. Tasik ini dapat dicapai melalui Desa Teluk Samak dan Desa Tanjung Samak yang merupakan Ibu Kota Kecamatan. Disepanjang tepi Tasik ini ditumbuhi oleh pohon palem merah sehingga menjadi keunikan tersendiri yang tidak dijumpai di Tasik lain, selain itu juga terdapat pulau yang berada di Tengah Tasik sehingga menjadikan nilai tambah.


AIR PUTIH LAKE
Is the widest lake in Meranti Regency, that is 800meters (about 2500 feet). It located ini Rangsang Island, northern Selat Panjang.