Suasana senja di Selatpanjang, Riau. (Manggalani Ukirsari/NGI) |
Suasana kota kecil nan nyaman dengan bangunan peribadatan berwarna cerah serta rumah-rumah kayu langsung menarik perhatian National Geographic Indonesia
saat menginjakkan kaki ke Selatpanjang. Inilah kota persinggahan bagi
pengguna ferry dari Pekanbaru yang akan bepergian ke Johor (Malaysia)
dan Singapura, juga beberapa destinasi di wilayah Tanah Air kita,
seperti Batam, Bintan serta Kepulauan Riau (Kepri).
National Geographic Indonesia datang atas undangan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Riau. Dengan acara utama Bokor
Festival II yang berlangsung di Desa Bokor, sekitar 15 menit perjalanan
lewat muara dari Selatpanjang. Namun, berjalan-jalan ke kota kecil ini
sendiri pantang dilewatkan. M. Ery Sandy, Kepala Seksi Pengembangan Pasar Disbudpar Provinsi Riau
mengungkap, Selatpanjang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
destinasi wisata. Memperkuat peran Bokor dengan agenda tahunan pesta
rakyat yang menampilkan seni tari, musik, teater serta olah raga yang
diadaptasi dari keseharian masyarakat setempat.
Salah satu kegiatan menarik untuk penyuka wisata kuliner selagi
berada di Selatpanjang adalah mencicipi hasil kekayaan laut. Bermacam seafood
dapat dicoba di sini, utamanya kerang hijau, kerang batik, kepiting,
udang dan ikan. Salah satu tempat makan terkenal adalah pujasera Jumbo. Selain menawarkan hidangan serba laut, termasuk bihun goreng seafood nan pedas yang dicoba National Geographic Indonesia. Tempat ini juga menawarkan pemandangan matahari terbenam di garis cakrawala.
Vihara Sejahtera Sakti di Selatpanjang, Riau. (Manggalani Ukirsari/NGI) |
Tidak jauh dari sini, terdapat Vihara Sejahtera Sakti atau Tua Pe
Kong, tempat peribadatan kaum Tionghoa yang dibangun sekitar 1868. Juga
sebuah pasar tradisional, terkenal sebagai “Pasar Serampangan”. Di
tempat ini para pengunjung dapat berbelanja mi sagu khas Selatpanjang
dan sekitarnya, untuk diolah lebih lanjut menjadi mi goreng tabur ikan
bilis (teri).
Jangan lupakan pula, berkeliling kota menggunakan becak motor. Untuk
menikmati bangunan-bangunan autentik serta beberapa kelenteng di seputar
kota yang melahirkan atmosfer betapa kentalnya silang budaya antara
Tionghoa dan Melayu di Selatpanjang.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar