Tampilkan postingan dengan label KUANSING. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KUANSING. Tampilkan semua postingan

Tersebutlah nama Elang Pulai,nama yang tidak begitu Asing bagi masyarakat Pangean dan nama Elang Pulai diabadikan menjadi sebuah Tugu. Sebelum TNI resmi dibentuk , Nusantara sudah memilki pasukan perang yang berjuang melawan penjajah Di Pangean, tersebutlah pasukan Elang Pulai.

Pada 5  Januari 1949 Pukul 10.00, pasukan payung kolonial Belanda mendarat di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri. Pertempuran pun tak terelakkan lagi. Pemerintah kabupaten dan rakyat dengan mengambil tempat di balai adat Koto Tinggi Pangean yang diprakarsai oleh Ja’far Thaher selaku wali militer bersama pemuka adat, alim ulama guru silat dan lainnya membentuk kesatuan gerilya Pangean dengan nama Elang pulai pada 25 Januari 1949. Menurut sejarah, seekor burung elang yang keramat, bersarang di pucuk kayu pulai yang tumbuh di ujung taye, yaitu tempat yang dikeramatkan karena tempat berpendamnya para guru silat pangean, tempat yang lazim diziarahi orang sampai sekarang. Setiap pasukan Elang pulai yang akan diberangkatkan ke medan perang, berziarah terlebih dahulu ke ujung Taye, berharap berhasil dan kembali dengan selamat.

Tanggal 5 Maret 1949 pasukan elang punai dipimpin oleh Harun Haban dan Intan Judin dengan 70 anggota diberangkatkan dari surau godang Teluk Pauh Pangean pukul 10.00, dilepas oleh pemuka masyarakat termasuk rang (Orang) padek-padek. Dalam pengepungan dan penyerbuan pasar Cirenti, pasukan elang pulai dibagi tiga regu, untuk regu satu jurusan timur, dipimpin oleh Harun Aban, regu dua dipimpin oleh musmil untuk jurusan dan regu tiga di selatan dipimpin oleh Intan Judin. Pukul 00.30 hari itu terjadi kontak senjata dengan dahsyat berlangsung sampai fajar terbit.

Pada 15 April 1949 Belanda datang dan masuk di Koto Rajo menuju penahan pasukan elang pulai di pematang pangean sepuluh hari, dan terjadi pertempuran sengit. Dalam pertempuran ini, pasukan Belanda mundur ke Koto Rajo. 3 orang pasukan elang terjebak, Leman Ransu, Mail Birit, dan Dujang. Leman dan Mail ditembak mati sedangkan Dujang dipukuli hingga pingsan.

Tanggal 28 Mei 1949 sang merah putih tetap berkibar di dua tempat. Di kasana kayu batu dan pekan Selasa. Di Pembatang Balung berada staf wali militer Jaafar Thaher dan Wedana Amiruddin oleh tentara Belanda diadakan pengepungan terhadap kekuatan elang punai waktu itu adalah Musmil, Syamsudin dan Lasin Gomuk yang beranggotakan sebanyak 60 orang. Belanda meneruskan penyerangannya sampai ke Rawang Binjai.

Selama bulan Juni 1949 Belanda bertemu dengan dua orang pasukan elang punai yaitu A. Muin dan Umar Burhan di Rawang Binjai. Umar ditembak mati dan Muin berhasil meloloskan diri, kegiatan operasi tentara Belanda selain membakar dan merampas, telah berhasil menembak 2 orang lagi yaitu Samsu dan Musa di sungai pangean.

Setelah mendapat informasi bahwa pasukan elang punai berada di Pauh Angit, Amir Ranjau bersama militer bersenjata britis menuju kesana. Melalui pengepungan, mereka berhasil menagkap komandan elang pulai-Zainal Abidin berikut 6 orang anggota yaitu Lasin Gomik, M. Yusuf, Hadap, Bujang, Ali Negara dan Raja Ewa. Senjata mereka dilucuti dan mereka diangkut ke Baserah, menuju Taluk Kuantan, Air Molek dan Rengat sebagai tawanan perang. Tetapi mereka dikembalikan ke pasukan republik karena tidak dibenarkan melakukan penangkapan dan tindakan lainnya karena di negeri Belanda sedang melaksanakan konferensi meja bundar.

Akhirnya perjuangan ini disudahi dengan syukuran makan bersama dihibur dengan rarak bertalempong dan dikumandangkan lagu rimba raya sebagai lagu perjuangan rakyat pangean, yang diciptakan oleh Sulaiman Isma’il dengan nama panggilan Leman Kaomato, berirama lagu Pantai Padang.

Tiga orang tentara yang gugur dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Darma di Pekanbaru. Tanggal 29 Desember 1949 dibangun tiga tugu pahlawan elang pulai yang terletak di pematangan oleh rakyat pangean dengan pemerintahan RI sebagai bukti sejarah perjuangan rakyat kenegarian Pangean di Indragiri Hulu. Tugu pahlawan ini masih bediri.

Demikian sekelumit dari perjalanan perjuangan masyarakat Pangean melalui kesatuan gerilya elang punai dalam usaha ikut mempertahankan proklamasi 17 Agustus dari ancaman kolonial Belanda.

 

(Sumber : https://bahanamahasiswa.co/pasukan-gerilya-elang-pulai-pangean/)


Silat pangean merupakan seni bela diri yang lahir dan tumbuh di Kenegerian Pangean Kabupaten Kuantan Singingi. Silat ini diwariskan secara turun temurun oleh guru-guru besar silat pangean yang biasa dikenal dengan Induak Barompek. Di dalam sejarah lisan, silat Pangean diyakini bermula saat salah seorang penduduk dari negeri Rantau Kuantan yang bergelar Bagindo Rajo pergi berguru ke Datuk Betabuh di Lintau, Sumatera Barat. Kepergiannya bertujuan untuk mempelajari agama Islam dan juga silat sebagai seni untuk membela keyakinan agama. Di saat kepergiannya ke negeri Lintau, istri Bagindo Rajo, Gadi Ome, yang tetap tinggal di Pangean bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya, Gadi Ome didatangi roh Syekh Maulana Aliyang datang dari tanah suci Mekkah. Selain bertemu Syekh Ali, Gadi Ome juga bertemu istri Syekh Ali yang bernama Halimatusakdiah. Dari Halimatusakdiah, Gadi Ome belajar ilmu silat. Sehingga Bagindo Rajo dan Gadi Ome merupakan guru yang pertama kali mengajarkan silat Pangean. Oleh sebab itu silat Pangean terdapat dua sifat yang berbeda, yaitu kasar/keras dan lunak/lemah gemulai tapi mematikan.
 

Seiring perjalanannya, pasangan suami istri ini mulai menurunkan keahlian silat mereka. Pada awalnya, silat hanya diajarkan di kalangan keluarga. Gadi Ome menurunkan ilmu silat menurut suku yang ada padanya (matrilineal). Sedangkan Bagindo Rajo menurunkan ilmunya kepada kemenakan dari keturunan ibu. Datuk Untuik adalah orang yang pertama menjadi murid Bagindo Rajo. Datuk Untuik diangkat menjadi murid karena Bagindo Rajo memiliki hutang budi terhadap ayahnya, Tan Garang. Kala Bagindo Rajo menuntut ilmu ke Lintau, Tan Garang merupakan orang yang menjaga Gadi Ome di kampung halaman. Dari Datuk Untuik, ilmu silat kembali diturunkan ke Pendekar Malin, Maliputi, Pak Ngacak, dan Menti Kejan. Keempat murid pertama Datuk Untuik ini kemudian diangkat menjadi Induak Barompek, gelar tertinggi yang dipakai dalam persilatan ini sampai sekarang. Mereka merupakan kelompok guru yang bertugas untuk menjaga kemurnian dan menurunkan ilmu silat Pangean.  

 

Secara umum silat pangean dikelompokkan dengan beberapa bagian yaitu: 1. Silek Tangan (silat tangan kosong),2. Silek Podang (silat dengan menggunakan senjata pedang),3. Silek Parisai (silatyang menggunakan senjata pedang dan perisai). Silat Pangean dikenal dengan gerakan yang lembut dan gemulai namun menyimpan kekuatan yang mematikan. Hal ini merupakan ciri dari gerakan silat pangean yang tidak hanya diandalkan pada teknik gerakan, namun lebih disertai oleh suatu refleksitas yang tinggi yang mudah terjadi karena suatu keyakinan dan keteguhan ilahiah seorang pesilat. Persebatian antara raga dan jiwa yang berserah pada Tuhan Yang Maha Kuasa, menciptakan gerak lembut dan tenang tetapi berisi kekuatan yang dahsyat. Setiap orang yang ingin memasuki Pencak Silat Pangean harus melalui serangkaian proses dan memenuhi syarat-syarat untuk bisa bergabung.

 

Persyaratan yang diperlukan untuk memasuki Pencak Silat ini antara lain ayam jantan satu ekor, beras segantang, kain putih, putik limau manis, pisau sebilah, dan cincin perak. Beberapa faktor yang mempengaruhi orang untuk memasuki pencak silat Pangean diantaranya adalah untuk melindungi diri, karena Pencak Silat dimaknai sebagai seni beladiri atau seniuntuk mempartahankan diri. Kemudian di dalam Pencak Silat terdapat unsur-unsur keagamaan yang mengajarkan untuk selalu bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, Faktor lainnya, karena Pencak Silat ini masih tertutup, kebanyakan anggota yang bergabung dalam Pencak Silat ini bermula dari seseorang yang mereka kenal mengajak mereka.

 

Sebelum memulai proses latihan setiap anggota Pencak Silat diwajibkan untuk mengenakan atribut yaitu berupa peci dan kain samping. Anggota Pencak Silat yang tidak mengenakan atribut tidak diperbolehkan mengikuti sesi latihan namun tetap diperbolehkan masuk dan duduk di balai silat. Teknik-teknik dan gerakan dasar yang diajarkan dalam Pencak Silat Pangean ini memiliki empat gerakan dasar yaitu langkah empat. Langkah empat merupakan empat langkah dasar yang digunakan dalam Pencak Silat Pangean untuk bertahan dan menyerang. Teknik dasar dalam Pencak Silat Pangean yang digunakan untuk menyerang yaitu menggayung, memopat dan menikam. Pencak Silat Pangean memiliki struktur yang posisinya akandipilih oleh guru Pencak Silat itu sendiri. Posisi itu antara lain adalah guru, wakil guru, penghulu laman, induk berempat, anak bungsu dan anak laman (murid pencak silat). Silat Pangean sudah tersebar ke berbagai wilayah di Riau. Selain sebagai tradisi pewarisan bekal kehidupan, Silat Pangean kemudian digunakan sebagai rangkaian helat dan upacara adat dalam hal penyambutan atau pertemuan berbagai pihak.

 

Pada Tahun 2018 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 225 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Silat Pangean menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi  201800640.

 

(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 130)

Perahu Baganduang ditampilkan di hari raya kedua bulan Syawal. Perahu itu digandeng sepanjang 20 meter yang dihiasi dengan atribut-atribut yang mewakili desa-desa adat gunanya untuk menjemput limau. Perahu Beganduang artinya bergandeng, perahu atau jalur yang bergandeng dua atau tiga perahu kemudian dihiasi dengan umbul-umbul adat yang ditambah atribut-atribut adat daerah Lubuk Jambi dan sekitarnya yang melambangkan kebesaran suku atau adat itu. Adat istiadat yang masih terjaga/terpelihara hingga kini dengan baik. Pembuatan Perahu Beganduang prosesnya sama dengan pembuatan perahu jalur yaitu dengan memakai upacara Melayu .

Perahu baganduang menjadi bagian dari tradisi yang ada di Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuansing, Riau. Perahu Baganduang adalah kendaraan adat yang digunakan untuk tradisi Majompuik Limau. Tradisi ini telah dilakukan masyarakat selama kurang lebih satu abad.

Perahu baganduang pertama kali digelar sebagai festival pada tahun 1996. Festival perahu baganduang dilaksanakan sekali dalam setahun, terutama pada saat hari raya Idul Fitri. Perahu-perahu ini kemudian dihias agar menarik. Hiasan-hiasan yang digunakan, antara lain, bendera, daun kelapa, payung, kain panjang, buah labu, foto presiden dan wakil presiden, dan benda-benda lainnya yang memiliki simbol adat. Misalnya, padi yang melambangkan kesuburan pertanian dan tanduk kerbau yang melambangkan peternakan.

Dalam festival tersebut, masyarakat disuguhkan berbagai hiburan, di antaranya Rarak Calempong, Panjek Pinang, dan kegiatan Potang Tolugh. Proses pembuatan perahu baganduang sama dengan pembuatan perahu jalur, yaitu dengan memakai upacara Melayu

Pada Tahun 2017 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Perahu  Baganduang  menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda tersebut dengan Nomor Resgistrasi 201700479

 

(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 94) 

Kayat merupakan salah satu bentuk tradisi lisan yang masih hidup di tengah masyarakat Rantau Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Masyarakat Rantau Kuantan mengenal di antaranya Jumat dan Juman, sebagai tukang-tukang kayat yang mumpuni di zamannya. Mereka dan kelompoknya sempat menjadikan kayat sebagai bagian dari tradisi lisan yang menjadi kebanggaan masyarakat Kuantan Singingi, selain randai.

Kayat disampaikan oleh seseorang yang disebut tukang kayat. Lazimnya, tukang kayat adalah laki-laki, meskipun perempuan pun boleh menjadi tukang kayat. Penyajiannya dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah. Waktunya malam hari, dimulai selepas sholat isya dan berakhir menjelang sholat subuh.
Pada mulanya kayat di Kuantan Singingi mendendangkan kisah-kisah nabi dan para pahlawan Islam, seperti Kayat Tangkurak Koriang (Hikayat Tengkorak Kering), Kayat Porang (atau Kayat Hasan dan Husin; mengisahkan peperangan cucu-cucu Rasulullah Muhammad SAW melawan Yazid bin Muawiyah), Kayat Kanak-kanak (berkisah tentang kehidupan anak-anak yang meninggal sebelum baligh, bebas dari dosa, dan dalam kedamaian hidup damai di akhirat mereka mencari, menolong, dan membimbing ibu-bapaknya untuk masuk surga).

Dalam bentuk tradisionalnya, kayat-kayat itu ditampilkan dalam majelis-majelis pengajian, atau sempena perayaan dan upacara keagamaan, seperti pesta perkawinan, syukuran, sunat rasul, dan aqiqah. Bila disajikan dalam perayaan-perayaan, maka pada bagian-bagian tertentu kisahannya, tukang kayat sering menyisipkan pantun-pantun popular untuk menyukakan hati khalayaknya, baik di bagian awal, di masa jeda, atau pada saat-saat penonton mulai jenuh.

Biasanya, kayat dimainkan oleh empat orang tukang kayat. Salah seorang dari mereka menjadi pemimpin kayat tersebut. Masing-masing tim terdiri atas dua orang sebagai teman untuk saling bersahut-sahutan. Kayat dimainkan di hadapan penontonnya tanpa ada jarak dan batas formal. Pada awalnya, dalam penampilannya, kayat diiringi alat musik berupa talam atau dulang yang terbuat dari kuningan/tembaga. Dalam perkembangannya, alat musik tersebut berkembang sehingga dipergunakan pula gendang, biola, ketabung dan kerincing.

Tukang kayat hendaknya memiliki suara yang bagus sehingga terdengar merdu di telinga masyarakat penikmatnya. Ternyata, untuk menjaga suara tetap merdu, tukang kayat terbiasa memakan tebu sebagai suguhan wajib, ditambah pisang rebus, serta sirih pinang sebagai pelengkap. Dengan suaranya yang merdu tersebut, tukang kayat akan menampilkan bermacam jenis irama, di antaranya; ungko tabobar (siamang jawab-menjawab), naik maligai (naik istana), dan pado-padi (irama permulaan).

Kayat tidak hanya berfungsi sebagai sebuah hiburan. Kayat juga berisi pandangan dan tuntunan perilaku hidup sehari-hari. Tak jarang, pertunjukan kayat ini dibungkus dengan cerita-cerita tentang kepahlawanan Islam atau gambaran kehidupan sesudah mati. Ada cerita yang berkisah tentang cerita dagang piatu (peruntungan), kayat kanak-kanak, dan kayat porang (perang).

Di Rantau Kuantan, keberadaan kayat tersebar di sejumlah daerah kecamatan, seperti Benai dan Kuantan Hilir. Kayat juga ada di Desa Toar, Kecamatan Gunung Toar, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Di daerah ini hidup tukang kayat Nasir (79 tahun) dan Juharli (57 tahun). Akan tetapi, dua orang ini sudah tidak pernah lagi menampilkan kayat di tengah keramaian. Mereka terakhir tampil sekitar tahun 2000. Menurut Nasir, selain kayat asli sudah tidak banyak peminat, mereka pun mengaku usianya sudah tidak muda lagi untuk berkayat.

Tim kayat mereka pun sudah tidak lengkap lagi karena dua orang sudah meninggal. Oleh karena itu, ketika menampilkan kayat, mereka sudah tidak bisa menyelesaikan kayat tersebut sampai tuntas. Seharusnya, setelah habih satalo (habis satu episode), kayat harus disambung oleh tukang kayat yang lain. Para pekayat ini berharap, kesenian kayat ini bisa diwariskan kepada generasi sekarang dengan cara diajarkan kepada pemuda yang punya kemauan/kepedulian terhadap kayat.


Pada Tahun 2018 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 225 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Kayat Kunasing/Kayat Rantau Kuantan  menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201800644.(Sumber: Saduran dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/kayat-sastra-lisan-dari-kuantan/ )

 


Seperti apa   dengan Tradisi Lisan Kayat tersebut ? silahkan menyaksikan video berikut : 

 

 

Randai Kuantan Singingi  merupakan sebuah kesenian unik yang memperlihatkan berbagai cerita rakyat, yang dibawakan dalam sebuah pertunjukan teater seni tradisional. Kesenian ini dimainkan oleh sekelompok orang yang berjumlah sekitar 15 hingga 30 orang dalam sekali pementasan. Terdapat beberapa peran penting, seperti tokoh cerita serta peran pendukung lainnya, dalam pertunjukan kesenian yang juga dimainkan oleh mayoritas anak muda yang juga sering disebut dengan nama Randai Bujang Gadi.

 


Kesenian ini identik dengan berbagai tingkah serta atraksi dari para pemain yang mampu mengundang gelak tawa dari para peonton yang menyaksikannya. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai lawakan-lawakan khas dan juga unik, yang pastinya akan menjadi sajian untuk kita nikmati dalam pertunjukan kesenian Randai Kuantan. Salah satu daya tarik yang mampu mengundang kelucuan dalam kesenian ini  adalah tokoh yang diperankan  oleh laki-laki yang  berperan sebagai wanita, dan begitu juga sebaliknya para pemain wanita yang memerankan diri menjadi laki-laki.
 

Selain di Kuantan Singingi , Randai juga ada di Sumatra barat ,jika di Sumatra Barat tarian randai dikombinasikan dengan Gerakan Silat. Menurut Budayawan Riau asal Kuantan Singingi UU Hamidy, bahwa Randai di daerah Kuansing, erat hubungannya dengan kedatangan perantau-perantau Minang. Randai mulai dikenal di perkampungan sepanjang sungai kuantan Indragiri Riau, kira-kira tahun 1937. Ketika itu keadaan ekonomi rakyat didaerah itu cukup baik. Harga getah cukup mahal, lagipula banyak petani atau peladang getah yang diberi subsidi oleh Belanda. Ekonomi yang baik ini telah mendorong datangnya perantau-perantau Minangkabau ke Kuantan Singingi.


Pertunjukan Randai menjadi spesial bagi Orang Kuantan Singingi, terutama bagi perantauan asal kuantan Singingi, perantauan Asal Kuantan Singingi  melestarikan Randai ini di tempat ia tinggal dengan rutin menggelar pertunjukan Randai dan mereka akan mengundang sesama  Perantauan Asal Kuansing untuk menyaksikan Randai. Perantauan Asal kuansing akan mengadakan Randai jika melangsungkan pernikahan, acara khitanan, syukuran kelahiran anak, Khatam Quran dan acara lainnya.

Pertunjukan Seni Randai menampilkan cerita yang disajikan dalam  Dialog  dan diiringi oleh Musik Calempong sambil berjoget dengan membentuk lingkaran, para penari atau Anak Randai  dengan semangat berjoget sambil berjalanan dan berkeliling membentuk lingkaran dan Induk Randai bercerita dan memimpin Jalannya Randai dan Para Penonton akan terbahak ketawa mendengar Dialog Induk randai dan Anak Randai dan tentunya Penampilan Anak Randai Laki Laki yang menjadi Wanita dengan berpakaian Wanita  dan juga Bando di kepala akan menjadi menarik perhatian penonto. Kacamata dan Syal serta peluit menjadi perlengkapan wajib dalam kesenian Randai, Anak Randai berjoget mengelilingi lingkaran sambil meniup peluit dengan membentuk irama tertentu dan menyatu dengan hentakan kaki.

Kini Dokumentasi Kesenian randai banyak dijual dalam Bentuk Kepingan CD baik dalam bentuk MP3 maupun Video, dan CD Randai tersebut menjadi lagu Wajib di Kendaraan Roda Empat bagi Perantauan Asal kuantan Singingi, Syafri Depi Pegawai Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru perantauan Asal Desa Simandolak Benai kuansing menuturkan ia menjadikan Lagu Randai sebagai Nada Dering Handphone, menurutnya Lagu Randai dengan judul Sayang den Du menjadi favorit ia dan Keluarga.




 Susunan Acara Penampilan Randai
  1. Pembukaan
    Para pemain berbaris dua-dua lalu memasuki arena, diiringi dengan musik lagu pembuka, misalnya, “Bunga Setangkai”. Barisan ini dipandu “tukang peluit” yang meniup peluitnya sesuai irama musik. Lalu mereka berjoget mengelilingi lokasi hingga membentuk lingkaran. Jika lagu telah selesai, tukang peluit meniup peluitnya sembari memberi kode telah selesai. Barisan randai yang ada lalu meneriakkan “hep heeep ta”, kemudian jongkok ataupun duduk dengan posisi melingkar.
  2. Sambutan
    Pemandu acara meminta induk randai dan tuan rumah yang memiliki hajatan untuk menyampaikan kata sambutan. Ia juga meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah petitihnya. Kemudian, para anak randai berdiri dan berjoget mengelilingi arena, selanjutnya mereka duduk lagi.
  3. Bercerita
    Pemandu menyampai isi cerita yang akan dimainkan, lalu anak-anak randai pun berakting sesuai dengan alur cerita yang disampaikan. Setiap adegan diawali dengan cerita dari pemandu dan ditutup dengan tarian atau joged.
  4. Istirahat
    Setelah sekitar 2 jam, biasanya permainan diistirahatkan. Waktu istirahat ini biasanya diisi dengan lelang lagu dan joged oleh para bujang gadih (pemeran laki-laki atas peran perempuan) yang disaksikan para penonton.
  5. Penutup
    Pada saat penutupan, biasanya dinyanyikan lagu “Gelang Sipaku Gelang”. Para anak randai pun berjoged mengelilingi arena sembari berjalan ke luar. 

Kini Pertunjukan randai bukan hanya sekedar Kesenian tetapi telah menjadi Sebuah Identitas dan Jati Diri bagi Kuantan Singingi.


Pada Tahun 2016 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Randai menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201600309.


Pada pembukaan Festival Pacu Jalur ke-116 pada Tanggal 21 Agustus 2019   Museum Rekor Indonesia (MURI) telah menetapkan Sebuah Rekor Baru dengan Nomor Register : 9124 kepada Kabupaten Kuantan Singingi yang telah mempersembahkan tari randai yang diikuti oleh 1.574 penari dari seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi. 





Sumber :
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/randai-kuantan-warisan-budaya-takbenda-indonesia-2016
  • Dialog dan Wawancara dengan Tokoh Masyarakat Kuantan Singingi
  • Youtube (Randai )





Beberapa waktu lalu, Komunitas Blogger Bertuah Pekanbaru berkesempatan melakukan perjalanan ekowisata  ke Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling. Perjalanan ini bertujuan untuk mengunjungi Camp Tiger Protection Unit (TPU) WWF.   TPU merupakan unit kerjasama antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) dan WWF untuk merespon cepat kegiatan yang berkaitan dengan ancaman langsung dan tidak langsung terhadap Harimau Sumatera dan satwa liar lainnya. Tim ini menjaga dua kawasan yang dilindungi yakni SMBRBB dan Hutan Lindung Bukit Batabuh.

Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling atau di kenal juga dengan Suaka Margasatwa Rimbang Baling yang berada di Provinsi Riau ini merupakan salah satu Kawasan tempat habitat Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) Hutan konservasi yang terletak di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi dahulunya memiliki tutupan hutan sekitar 136 ribu ha, namun tutupan hutan kini mulai menyusut di karnakan seiringnya aktivitas perambahan, illegal logging dikawasan tersebut.

Di kawasan ini juga terjadi perburuan harimau sumatera besarnya tekanan dan ancaman dari segala aspek terhadap harimau sumatera menimbulkan kekhawatiran pihak pemerintah dan WWF program Riau. Pada awalnya Tiger Protection Unit (TPU) difokuskan bekerja di kawasan Tesso Nilo. Namun dalam perjalanannya, melihat dinamika yang terjadi di taman nasional ini dan tidak memungkinkan lagi bagi Tiger Protection Unit (TPU) untuk melakukan kegiatan di kawasan tersebut, maka fokus dialihkan ke Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling pada tahun 2007. Seiring dengan perkembangan, Tiger Protection Unit (TPU) diperbantukan untuk melakukan pengamanan harimau sumatera di Koridor SMBRBB-Bukit Tigapuluh.

Sejauh ini Tiger Protection Unit (TPU) sudah melaku upaya penyelamatan harimau sumatera dengan penyitaan sedikitnya 800 jerat harimau dan jerat mangsa. Selain itu, Tiger Protection Unit (TPU) juga turut serta dalam upaya penegakkan hukum terhadap pelaku kejahatan satwa liar. Sedikitnya ada 6 tindak kejahatan perburuan hariamu sudah difasilitasi proses penegakkan hukumnya. Teridentifikasi secara periodik temuan kejahatan illegal logging, perambahan dan aktifitas illegal lainnya di lokasi kegiatan. Selain itu Tiger Protection Unit (TPU) juga Teridentifikasi dan termonitor aktifitas pelaku perburuan dan jaringan perdagangannya.



Penemuan Jerat Harimau di Suakamargasatwa Bukit Rimbang Baling

Penanganan harimau sumatera dilakukan dengan kegiatan patroli, investigasi, respon konflik dan fasilitasi kegiatan unit kerja dalam WWF program Riau dan mitra kerja lainnya. Untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas terhadap upaya perlindungan satwa liar dan habitatnya, tim ini juga berperan dalam melayani kebutuhan unit kerja di WWF Riau serta mitra kerja lainnya. Bentuk kegiatan ini dengan memberikan dan meyediakan informasi, memandu mitra di lapangan dan melakukan sosialisasi.

Pengamanan harimau sumatera diharapkan tidak hanya difokuskan untuk dua kawasan ini saja. Hendaknya kawasan fokus WWF lainnya juga mendapatkan perhatian yang sama, serta didukung dengan personel yang memadai. Selain itu, dukungan pemerintah juga menjadi suplemen bagi tim Tiger Protection Unit (TPU) dalam menjalankan tugas menjaga sang raja rimba.


Perjalanan menuju Tiger Protection Unit Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling dari Kota Pekanbaru dapat ditempuh dengan waktu 2,5 jam perjalanan. Desa Petai  Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi menjadi tujuan kami, kami menelusuri Jalan Lintas Pekanbaru - Talukkuantan, hingga akhirnya kami menemui sebuah pertigaan RAAP Sektor Logas di Desa Petai. Dari pertigaan tersebut perjalanan kami lanjutkan kedalam melewati areal perusahaan dan perkebunan masyarakat. Medan jalan cukup sulit karena kami melewati pegunungan bukit barisan  dan sungai. Perjalanan diteruskan hingga akhirnya kami bertemu Sungai Tapi.  Sungai yang biasanya dapat dilewati mobil, kali ini debet airnya cukup tinggi dan luapan air banjir serta arus yang deras memaksa kami untuk berjalan kaki menyeberangi sungai. Perjalanan yang cukup berat, karena kami melawan arus sungai yang cukup deras dan mendaki bukit bukit yang terjal. Disepanjang perjalanan kami menemui beberapa satwa seperti babi, siamang.

Setelah berjalan kaki 45menit lamanya, hingga akhirnya kami menemui sebuah papan petunjuk  Tiger Protection Unit, momen di papan petunjuk tersebut kami gunakan untuk berphoto. Kicauan burung dan udara segar menyambut kami di Camp Tiger Protection Unit. Waktu yang tersisa kami lanjutkan dengan beristirahat, karena keesokan harinya kami ekan melakukan simulasi Jerat Harimau dan patroli hutan, serta "berarung jeram" di sungai tapi.

Setelah beristirahat kami melakukan simulasi beberapa rutinitas yang dilakukan anggota Tiger Protection Unit dalam menjaga  Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling, diantaranya kami mengikuti  patroli mobiler dengan menggunakan sepeda motor, kegiatan ini bertujuan untuk melihat bagaimana ancaman yang terjadi di sekitar kawasan. Dalam perjalanannya para blogger melihat langsung adanya proses penebangan pohon yang dilakukan oleh pelaku illegal logging. Melihat kedatangan rombongan, pelaku berusaha dengan cepat melarikan diri, sejak berdirinya TPU (Tiger Protection Unit) di Tahun  2004 , tim ini sudah berhasil mengidentifikasi secara periodik temuan kejahatan illegal logging, perambahan dan aktivitas illegal lainnya dilokasi Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling. Kemudian kami melakukan simulasi pelepasan jerat harimau yang biasanya dilakukan untuk menangkap harimau. Jon Hendra, koordinator lapangan TPU (Tiger Protection Unit) mengatakan bahwa hingga saat ini sedikitnya ada 800 jerat harimau yang sudah diamankan oleh tim TPU. Jumlah ini mengindikasikan adanya ancaman nyata terhadap keberlangsungan Harimau Sumatera dan Tim TPU juga berhasil mengidentifikasi dan memonitor aktivitas pelaku perburuan dan jaringan perdagangannya. Tim ini juga menjadi tim respon cepat dalam mengidentifikasi konflik harimau dengan manusia dan beberapa pencapaian lain dalam kaitannya dengan penanganan kejahatan satwa.

Setalah melakukan simulasi bersama anggota TPU (Tiger Protection Unit) kemudian kami melanjutkan melihat Potensi Ekowisata yang ada di Suaka Marga Satwa Bukit Rimnag Baling yaitu berarung jeram di sungai. Diperjalanan menuju "wahana arung jeram" kami menemui  bekas rel kereta api yang dibangun pada masa penjajahan Jepang. Rel tersebut kondisinya sudah tidak terawat dan hanya bersisa beberapa meter saja.

 
Rel Kereta Api yang ditemui di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling

Hingga akhirnya sampailah kami di Lokasi Wahana Arung Jeram tersebut, ternyata arung jeram yang akan kami lakukan bukanlah seperti arung jeram pada umumnya menggunakan boat karet serta dengan alat safety yang memadai. Kami berarung jeram mengikuti arus sungai yang cukup deras menggunakan ban dalam (benen) mobil truck, tanpa mengurangi nikmatnya berarung jeram kami semua cukup menikmati berarung jeram menggunakan benen ini.

Arung Jeram menggunakan Benen di Sungai Tapi Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling

Setalah berarung jeram, kami Blogger melanjutkan perjalanan pulang menuju Pekanbaru tentunya dengan pengalaman yang tidak kalah serunya yang tidak akan didapatkan di tempat lain.

Untuk informasi lebih lengkap mengenai Tiger Protection Unit dan Hutan Rimbang Baling, dapat berkunjung ke  www.stripetosecure.or.id. dan juga dapat melihat beberapa cuplikan video dibawah ini :



Jalur Andalan Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu berhasil mendapatkan Piala Bergilir  Menteri Pariwisata RI, Tuah kalajengking Muda Indragiri keluar sebagai Juara Event Pacu Jalur Tahun 2015 di Tepian Narosa Sungai Indragiri Taluk Kuantan. Di final Tuah kalajengking Muda Indragiri mengalahkan Jalur dari Pintu Gobang Kari Kuantang Tengah yaitu Tuah Koghi Dbalang Ghajo. 

Berikut Daftar Juara Festival pacu Jalur Tahun 2015 di Taluk Kuantan :
  1. Tuah kalajengking Muda Indragiri (Inhu)
  2. Tuah Koghi Dbl Ghajo (KT)
  3. Palimo Olang Putie (HK)
  4. Puti Mandi Mayang Terurai (KM)
  5. Sijontiak Lawik (CRT)
  6. Putri Bungsu Dbl Hitam (Inhu)
  7. Linggar Jati RAPP (PGn)
  8. Siposan Rimbo RAPP (PGN)
  9. Juragan Kuantan (GT)
  10. Sialang Soko (Inhu)
  11. Meriam Onggang Parau (KH)
Sebelum Perang Dunia II pemerintah kolonial Belanda telah membuat rencana pembangunan jaringan jalan rel kereta api yang menghubungkan pantai timur dan pantai barat Sumatera, yang akhirnya akan meliputi seluruh pulau Sumatera. Jalur Muaro ke Pekanbaru adalah bagian dari rencana itu. Tapi hambatan yang dihadapi begitu berat, banyak terowongan, hutan-hutan dan sungai serta harus banyak membangun jembatan. Karena belum dianggap layak, rencana itu tersimpan saja di arsip Nederlands-Indische Staatsspoorwegen (Perusahaan Negara Kereta Api Hindia Belanda).

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942 , Jepang mengetahui rencana Kolonial Belanda. Penguasa militer Jepang melihatnya sebagai jalan keluar persoalan yang mereka hadapi. Pembangunan jalan rel yang menghubungkan Sumatera Barat dan pantai timur Sumatera akan membuat jalur transportasi yang menghindari Padang dan Samudera India yang dijaga ketat kapal perang Sekutu. Jalan kereta api baru itu akan memperluas jaringan Staatsspoorwegen te Sumatra’s Weskust (SSS) sepanjang 215km ke pelabuhan Pekanbaru. Dari sana, melalui Sungai Siak akan mudah mencapai Selat Melaka.

SEJARAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
TUGU CERANO
Kabupaten Kuantan Singingi pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Indragiri Hulu. Wacana otonomi daerah yang berkembang pada tahun 1999 telah melahirkan terbentuknya sebuah kabupaten baru sebagai hasil dari pemekaran Kabupaten Indragiri Hulu, yakni Kabupaten Kuantan Singingi atau Kuansing yang memiliki ibu kota di Taluk Kuantan. Melalui Undang-undang Nomor 53 tahun 1999, Kabupaten Indragiri Hulu secara resmi dibagi menjadi dua bagian, yakni Kabupaten Indragiri Hulu dengan ibu kotanya Rengat dan Kabupaten Kuantan Singingi dengan ibu kotanya di Taluk Kuantan.

Pada saat Kabupaten Kuantan Singingi menjadi sebuah Kabupaten defenitif  yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan dengan 151 pemerintahan Desa/Kelurahan. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kuantan Tengah, Kecamatan Singingi, Kecamatan Kuantan Mudik, Kecamatan Kuantan Hilir, Kecamatan Cerenti, dan Kecamatan Benai.

Sebagai pejabat Bupati Kabupaten Kuantan Singingi terhitung sejak tanggal 8 Oktober 1999 sampai dengan 8 Oktober 2000 adalah Drs. H.Rusdji S Abrus. Pada bulan Oktober 2000 diadakan pemilihan Bupati Kuantan Singingi yang pertama dipilih oleh anggota legislatif, sebagai Bupati dan Wakil Bupati terpilih adalah pasangan Drs. H.Rusdji S Abrus dengan Drs. H. Asrul Ja’afar periode 2001- 2006. Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.24.133 Tahun 2001 dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132.24-134, diangkat dan ditetapkan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kuantan Singingi. Selang waktu 2 ( dua ) bulan Bupati Kuantan Singingi terpilih meninggal dunia, jabatan Bupati digantikan langsung oleh Wakil Bupati, ditetapkan menjadi Bupati Kuantan Singingi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 131.24-316 tanggal, 20 Agustus 2001. Kabupaten Kuantan Singingi pada awalnya membawahi 6 ( enam ) kecamatan dimekarkan menjadi 12 ( dua belas ) kecamatan, kecamatan yang baru dimekarkan tersebut adalah : Kecamatan Hulu Kuantan, Kecamatan Gunung Toar, Kecamatan Singingi Hilir, Kecamatan Pangean, Kecamatan Logas Tanah Darat, Kecamatan Inuman.

Kabupaten Kuantan Singingi sangat kaya akan keragaman adat dan budaya,salah satu diantaranya adalah Pacu jalur.  Pacu berarti lomba adu cepat, sedangkan jalur berarti perahu besar yang dapat memuat40-50 orang anak pacu. Jalur dibuat dari sebatang pohon Bonio atau kulim kuyian dengan panjang 30 meter atau lebih dengan diameter 2meter.

Untuk membuat Pacu banyak ritual yang mesti dilalui, kayu yang diambil dihutan diawali dengan upacara persembahan dan semah yang dipimpin oleh pawang,kayu tersebut dianggap memiliki penghuni,upacara ini dilakukan agar proses penebangan kayu dapat berjalan lancar. Kemudian pohon ditebang sesuai dengan panjang jalur yang akan dibuat,setelah pohon ditebang lalu diseret bersama-sama ke Desa dengan menggunakan tenaga manusia, nuansa gotong royong dan kebersamaan masih kental dalam proses pembuatan jalur

Sesampai di Desa Pohon yang ditebang dan diseret tadi di layur (diasapi) selama kurang lebih 12jam, proses pengasapan ini dilakukan pada malam hari diiringi upacara adat dan tari-tarian yang dihadiri oleh pemuka masyarakat. Tujuan kayu diasapi agar kayu atau jalur menjadi kering dan tidak berat saat dipacu.



PACU JALUR
Pacu jalur awalnya dilaksanakan untuk memperingati hari besar agama Islam seperti Maulid nabi, Idul Fitri, Tahun Baru Islam 1 Muharam. Tetapi Ketika Penjajah Belanda memasuki daerah Riau diawal tahun 1900 mereka memanfaatkan Pacu jalur sebagai peringatan Ulang Tahun Ratu Wilhelmina  yang jatuh pada setiap tanggal 31 Agustus. Namun sejak Indonesia merdeka Pacu jalur menjadi Agenda untuk memperingat Hari kemerdekaan, kini Pacu jalur diadakan setiap Bulan Agustus atau dipercepat sebelum Agustus jika pada Saat Bulan Agustus bertepatan dengan Bulan Ramadhan.

Kini Pacu jalur menjadi pesta masyarakat Kuantan Singingi dan masyarakat Riau pada umumnya yang telah menjadi kalender  Pariwisata Nasional. Pacu Jalur ini diadakan di Tepian batang Narosa Sungai Kuantan Taluk Kuantan, event Pacu Jalur tidak hanya diikuti oleh Jalur dariKecamatan yang ada di Kabupaten Kunatan Singingi saja tapi juga diikuti oleh Jalur dari Kabupaten lain di Provinsi Riau dan juga diikuti Jalur Provinsi tetangga dan juga negara lain.



BAGAIMANA MENUJU TALUK KUANTAN (LOKASI PACU JALUR)
Sekurangnya ada 6jalur penerbangan yang rutin menuju Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau,yaitu melalui Jalur Batam, Jakarta,Bandung, Medan, Singapura dan Kuala Lumpur. Dari Pekanbaru perjalanan dilanjutkan menuju Kota Taluk Kuantan ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi dengan menggunakan perjalanan darat. Banyak pilihan kendaraan yang tersedia diantaranya Taxi, mobil angkutan umum dan kendaraan pribadi yang biasa disebut dengan mobil travel. Perjalanan dari Pekanbaru menuju Taluk Kuantan ditempuh dengan waktu lebih kurang 4jam hingga 4,5jam. Untuk Penginapan di Taluk Kuantan tidak perlu khawatir,karena banyak pilihan wisma,penginapan untuk bermalam selengkapnya bisa dilihat di : Daftar Hotel di Taluk Kuantan


Pada Tahun 2015 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 121 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Pacu Jalur menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201500184.







 
Hotel Shinta
Jl . Jend. Sudirman Telp : (0760)-20389, 081363083657
Tarif : Rp.75.000-150.000 (Kamar : 39)

Hotel Latifa
Jl. Ahmad Yani Telp :  (0760) 20845
Tarif : Rp.150.000-250.000 (Kamar : 34)

Hotel Amery
Jl. Belibis No 6 Telp : (0760) 20190
Tarif : Rp.60.000-100.000 (Kamar : 15)

Hotel Pujangga
Jl. Nangka  Telp : (0760) 561963
Kamar :14

Hotel Kuantan
Jl. Ade Irma Suryani 08
Tarif : Rp.200.000-300.000 (Kamar : 13)

Hotel Mustika
Jl. Proklamasi No 99, Sungai Jering Telp : (0760)-20625
Tarif : Rp.80.000-200.000 (Kamar : 10)

Hotel Ade
Jl. Jend. Sudirman
Tarif : Rp.100.000-150.000 (Kamar : 8)
 Wisma Hasanah
 Jln. Perintis Kemerdekaan Telp : (0760) 20955
Tarif : Rp.250.000- Rp.300.000 (Kamar : 20)

Wisma Abiyyah
Jln.Jend. Sudirman , Telp : (0760): -20871
Tarif : Rp.120.000-Rp.150.000 (Kamar : 16)

Wisma Sabilion
Jln. Perintis Kemerdekaan No 37
Tarif : Rp.100.000- Rp.225.000 (Kamar : 15)

Wisma Oshin
Jln. Proklamasi Sungai Jering Telp (0760)--20248
Tarif : Rp.100.000- Rp.225.000 (Kamar : 15)


Wisma Angela
Jln.Teluk Kuantan -Rengat  Batu Ampar, Desa Sawah Telp : 08127664841
Tarif : Rp.100.000- Rp.150.000 (Kamar : 12)

Wisma Gerbang Sari
Jln. Perintis Kemerdekaan Telp : (0760)-20259
Tarif : Rp.75.000- Rp.125.000 (Kamar : 7)

Wisma Jalur
Jln. Tugu Timur Telp : (0760)-20017
Tarif : Rp.50.000-Rp.125.000


Wisma Nuri, Jln Sudirman

Penginapan Perlinda
 Jln. Jend. Sudirman Telp (0760)-20579
Tarif : Rp.60.000.-Rp.80.000 (Kamar : 19)


Penginapan Putri Bungsu
 Jln. Hakim Jalur 62 Telp 081365650839
Tarif : Rp.150.000 (Kamar : 11)


Penginapan Jadi Juo
 Jln. Sudirman-Lubuk Jambi

Sumber : Majalah Visit Riau 2011
 
PAWAI BUDAYA DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN 2011 : BUDAYA  KUANSING

Bertempat di Arena Purna MTQ pada tanggal 18 September 2011 digelar Pawai Budaya 2011 dalam Rangka Ulang Tahun Tahun Provinsi Riau ke 54. Pawai Budaya 2011 ini bertujuan agar masyarakat luas bisa semakin mengenali kebudayaan sendiri, sehingga menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan itu sendiri.

Dalam acara pawai budaya daerah 2011 ini diikuti oleh beberapa  Kabupaten dan Kota se-Riau yaitu Rohil, Kuansing, Pelalawan, Inhu,  Siak, Dumai, dan Pekanbaru.
Dalam Pawai Budaya 2011 ini kabupaten Kuantan Singingi menampilkan beberapa atraksi budaya diantaranya Acara Babako mengantar Anak Pancar, Iringan sunat Rasul dengan Karondo Burak, Iringan Jambar/Sisampek dan Bintang serta beberapa tarian dan juga diiringi musik Randai khas Kuansing.

Rombongan Pawai Budaya Kabupaten Kuantan Singingi

Rombongan Pawai Budaya Babako Mengantar Anak Pancar dan Sunat Rasul
Babako Mengantar Anak Pancar mempunyai maknan  bahwa  keluarga pihak ayah biasa juga disebut bako. sedang kita oleh keluarga pihak ayah disebut anak pancar. Dan didalam tradisi Kuantan Singingi jika menikah, Khatam Alquran, Sunat Rasul dll , maka  kita akan dirarak oleh bako. 

Karando Burak : Sebuah Keranda untuk menjulang atau mengangkat bocah yang melakukan khitanan dan diarak keliling kampung. Dinamakan karondo Burak, berasal dari kata Keranda dan Burak (Kendaraan Nabi Muhammad SAW)



Iringan Anak-Anak Kuantan Singingi yang baru saja melakukan khitan (sunat rasul)


Dalam  tradisi Kuantan Singingi jika menikah, Khatam Alquran, Sunat Rasul dilakukan pengarakan keliling kampung dengan membawa Bintang, Jambar atau Sisampek.


Bintang adalah sebuah dulang yang berisi berbagai macam panganan atau kue tradisional khas Kuantan Singingi. Dulang ini dibungkus dengan kain lalu ditaruh diatas kepala Ibu-Ibu dan diarak keliling kampung


Jambar atau ditempat lain di Ranah Kuansing juga disebut dengan Sisampek adalah sebuah wadah yang terbuat dari rangka bambu atau batang pisang yang kemudian dapat dibentuk dengan berbagai model dan dihiasi dengan bunga-bunga yang ditusuk dengan lidi daun kelapa yang diselipkan dengan kue-kue dan penganan kecil, lalu Jambar atau sisampek ini diarak oleh kaum wanita Kuantan Singingi.