Tersebutlah nama Elang Pulai,nama yang tidak begitu Asing bagi masyarakat Pangean dan nama Elang Pulai diabadikan menjadi sebuah Tugu. Sebelum TNI resmi dibentuk , Nusantara sudah memilki pasukan perang yang berjuang melawan penjajah Di Pangean, tersebutlah pasukan Elang Pulai.
Pada 5 Januari 1949 Pukul 10.00, pasukan payung
kolonial Belanda mendarat di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri.
Pertempuran pun tak terelakkan lagi. Pemerintah kabupaten dan rakyat dengan mengambil tempat di balai adat
Koto Tinggi Pangean yang diprakarsai oleh Ja’far Thaher selaku wali
militer bersama pemuka adat, alim ulama guru silat dan lainnya membentuk
kesatuan gerilya Pangean dengan nama Elang pulai pada 25 Januari 1949.
Menurut sejarah, seekor burung elang yang keramat, bersarang di pucuk
kayu pulai yang tumbuh di ujung taye, yaitu tempat yang dikeramatkan
karena tempat berpendamnya para guru silat pangean, tempat yang lazim
diziarahi orang sampai sekarang. Setiap pasukan Elang pulai yang akan
diberangkatkan ke medan perang, berziarah terlebih dahulu ke ujung Taye,
berharap berhasil dan kembali dengan selamat.
Tanggal 5 Maret 1949 pasukan elang punai dipimpin oleh Harun Haban
dan Intan Judin dengan 70 anggota diberangkatkan dari surau godang Teluk
Pauh Pangean pukul 10.00, dilepas oleh pemuka masyarakat termasuk rang
(Orang) padek-padek. Dalam pengepungan dan penyerbuan pasar Cirenti,
pasukan elang pulai dibagi tiga regu, untuk regu satu jurusan timur,
dipimpin oleh Harun Aban, regu dua dipimpin oleh musmil untuk jurusan
dan regu tiga di selatan dipimpin oleh Intan Judin. Pukul 00.30 hari itu
terjadi kontak senjata dengan dahsyat berlangsung sampai fajar terbit.
Pada 15 April 1949 Belanda datang dan masuk di Koto Rajo menuju
penahan pasukan elang pulai di pematang pangean sepuluh hari, dan
terjadi pertempuran sengit. Dalam pertempuran ini, pasukan Belanda
mundur ke Koto Rajo. 3 orang pasukan elang terjebak, Leman Ransu, Mail
Birit, dan Dujang. Leman dan Mail ditembak mati sedangkan Dujang
dipukuli hingga pingsan.
Tanggal 28 Mei 1949 sang merah putih tetap berkibar di dua tempat. Di
kasana kayu batu dan pekan Selasa. Di Pembatang Balung berada staf wali
militer Jaafar Thaher dan Wedana Amiruddin oleh tentara Belanda
diadakan pengepungan terhadap kekuatan elang punai waktu itu adalah
Musmil, Syamsudin dan Lasin Gomuk yang beranggotakan sebanyak 60 orang.
Belanda meneruskan penyerangannya sampai ke Rawang Binjai.
Selama bulan Juni 1949 Belanda bertemu dengan dua orang pasukan elang
punai yaitu A. Muin dan Umar Burhan di Rawang Binjai. Umar ditembak
mati dan Muin berhasil meloloskan diri, kegiatan operasi tentara Belanda
selain membakar dan merampas, telah berhasil menembak 2 orang lagi
yaitu Samsu dan Musa di sungai pangean.
Setelah mendapat informasi bahwa pasukan elang punai berada di Pauh
Angit, Amir Ranjau bersama militer bersenjata britis menuju kesana.
Melalui pengepungan, mereka berhasil menagkap komandan elang
pulai-Zainal Abidin berikut 6 orang anggota yaitu Lasin Gomik, M. Yusuf,
Hadap, Bujang, Ali Negara dan Raja Ewa. Senjata mereka dilucuti dan
mereka diangkut ke Baserah, menuju Taluk Kuantan, Air Molek dan Rengat
sebagai tawanan perang. Tetapi mereka dikembalikan ke pasukan republik
karena tidak dibenarkan melakukan penangkapan dan tindakan lainnya
karena di negeri Belanda sedang melaksanakan konferensi meja bundar.
Akhirnya perjuangan ini disudahi dengan syukuran makan bersama
dihibur dengan rarak bertalempong dan dikumandangkan lagu rimba raya
sebagai lagu perjuangan rakyat pangean, yang diciptakan oleh Sulaiman
Isma’il dengan nama panggilan Leman Kaomato, berirama lagu Pantai
Padang.
Tiga orang tentara yang gugur dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kusuma Darma di Pekanbaru. Tanggal 29 Desember 1949 dibangun tiga tugu
pahlawan elang pulai yang terletak di pematangan oleh rakyat pangean
dengan pemerintahan RI sebagai bukti sejarah perjuangan rakyat
kenegarian Pangean di Indragiri Hulu. Tugu pahlawan ini masih bediri.
Demikian sekelumit dari perjalanan perjuangan masyarakat Pangean melalui kesatuan gerilya elang punai dalam usaha ikut mempertahankan proklamasi 17 Agustus dari ancaman kolonial Belanda.
(Sumber : https://bahanamahasiswa.co/pasukan-gerilya-elang-pulai-pangean/)