Kayat disampaikan oleh seseorang yang disebut tukang kayat. Lazimnya,
tukang kayat adalah laki-laki, meskipun perempuan pun boleh menjadi
tukang kayat. Penyajiannya dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah.
Waktunya malam hari, dimulai selepas sholat isya dan berakhir menjelang
sholat subuh.
Pada mulanya kayat di Kuantan Singingi mendendangkan kisah-kisah nabi
dan para pahlawan Islam, seperti Kayat Tangkurak Koriang (Hikayat
Tengkorak Kering), Kayat Porang (atau Kayat Hasan dan Husin; mengisahkan
peperangan cucu-cucu Rasulullah Muhammad SAW melawan Yazid bin
Muawiyah), Kayat Kanak-kanak (berkisah tentang kehidupan anak-anak yang
meninggal sebelum baligh, bebas dari dosa, dan dalam kedamaian hidup
damai di akhirat mereka mencari, menolong, dan membimbing ibu-bapaknya
untuk masuk surga).
Dalam bentuk tradisionalnya, kayat-kayat itu ditampilkan dalam majelis-majelis pengajian, atau sempena perayaan dan upacara keagamaan, seperti pesta perkawinan, syukuran, sunat rasul, dan aqiqah. Bila disajikan dalam perayaan-perayaan, maka pada bagian-bagian tertentu kisahannya, tukang kayat sering menyisipkan pantun-pantun popular untuk menyukakan hati khalayaknya, baik di bagian awal, di masa jeda, atau pada saat-saat penonton mulai jenuh.
Biasanya, kayat dimainkan oleh empat orang tukang kayat. Salah seorang dari mereka menjadi pemimpin kayat tersebut. Masing-masing tim terdiri atas dua orang sebagai teman untuk saling bersahut-sahutan. Kayat dimainkan di hadapan penontonnya tanpa ada jarak dan batas formal. Pada awalnya, dalam penampilannya, kayat diiringi alat musik berupa talam atau dulang yang terbuat dari kuningan/tembaga. Dalam perkembangannya, alat musik tersebut berkembang sehingga dipergunakan pula gendang, biola, ketabung dan kerincing.
Tukang kayat hendaknya memiliki suara yang bagus sehingga terdengar merdu di telinga masyarakat penikmatnya. Ternyata, untuk menjaga suara tetap merdu, tukang kayat terbiasa memakan tebu sebagai suguhan wajib, ditambah pisang rebus, serta sirih pinang sebagai pelengkap. Dengan suaranya yang merdu tersebut, tukang kayat akan menampilkan bermacam jenis irama, di antaranya; ungko tabobar (siamang jawab-menjawab), naik maligai (naik istana), dan pado-padi (irama permulaan).
Kayat tidak hanya berfungsi sebagai sebuah hiburan. Kayat juga berisi pandangan dan tuntunan perilaku hidup sehari-hari. Tak jarang, pertunjukan kayat ini dibungkus dengan cerita-cerita tentang kepahlawanan Islam atau gambaran kehidupan sesudah mati. Ada cerita yang berkisah tentang cerita dagang piatu (peruntungan), kayat kanak-kanak, dan kayat porang (perang).
Di Rantau Kuantan, keberadaan kayat tersebar di sejumlah daerah kecamatan, seperti Benai dan Kuantan Hilir. Kayat juga ada di Desa Toar, Kecamatan Gunung Toar, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Di daerah ini hidup tukang kayat Nasir (79 tahun) dan Juharli (57 tahun). Akan tetapi, dua orang ini sudah tidak pernah lagi menampilkan kayat di tengah keramaian. Mereka terakhir tampil sekitar tahun 2000. Menurut Nasir, selain kayat asli sudah tidak banyak peminat, mereka pun mengaku usianya sudah tidak muda lagi untuk berkayat.
Tim kayat mereka pun sudah tidak lengkap lagi karena dua orang sudah
meninggal. Oleh karena itu, ketika menampilkan kayat, mereka sudah tidak
bisa menyelesaikan kayat tersebut sampai tuntas. Seharusnya, setelah
habih satalo (habis satu episode), kayat harus disambung oleh tukang
kayat yang lain. Para pekayat ini berharap, kesenian kayat ini bisa
diwariskan kepada generasi sekarang dengan cara diajarkan kepada pemuda
yang punya kemauan/kepedulian terhadap kayat.
Pada
Tahun 2018 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan telah menetapkan 225 karya budaya sebagai Warisan Budaya
Tak Benda Indonesia dan Kayat Kunasing/Kayat Rantau Kuantan menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201800644.(Sumber: Saduran dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/kayat-sastra-lisan-dari-kuantan/ )
Seperti apa dengan Tradisi Lisan Kayat tersebut ? silahkan menyaksikan video berikut :
0 komentar:
Posting Komentar