Manongkah

Tongkah artinya papan untuk tumpuan atau titian yang biasanya dipasang pada tempat becek dan basah (lumpur). Di Komunitas Duanu (Orang Laut) Indragiri Hilir, Provinsi Riau, tongkahmenjadi salah satu alat bantu yang cukup unik ketika mencari kerang darah (Anadara Granosa). Dalam dialek Duanu disebut tiangan. Pekerjaan tersebut kemudian dinamakan Menongkah atau Manongkah, yang dalam bahasa Duanu disebut Mut tiangan atau Mud Ski atau Ski Lumpur. 
 
Teknik menongkah inilah yang kemudian menjadi tradisi orang Duanu dalam mencari kerang di pantai lumpur. Dengan menggunakn sebidang papan, salah satu kaki kemudian menjadi pengayuh. Dahulu, ketika kayu besar masih mudah didapat, tongkah adalah sebentuk papan yang tidak bersambung. Tetapi sekarang sudah banyak pula tongkah dari gabungan papan. Tongkah rata-rata memiliki panjang 2 meter sampai dengan 2,5 meter. Sementara lebarnya antara 50 cm sampai 80 cm, dan ketebalan 3 cm sampai 5 cm. Gerak tongkah dipengaruhi lentik papan. Sebab tak jarang pula tongkah menancap ke dalam lumpur. Jenis kayu yang digunakan untuk membuat tongkah adalah Pulai dan Jelutung. Kedua ujung tongkah berbentuk lonjong atau lancip serta melentik ke atas.


Pada Tahun 2017 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Manongkah menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda tersebut dengan Nomor Resgistrasi 201700478.
 
(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 93)  

0 komentar: