Tari
Inai adalah sebuah tarian tradisional Melayu yang disajikan dalam
rangkaian kegiatan adat Perkawinan Melayu di daerah Riau khususnya di
Kabupaten Rokan Hilir. Tarian Inai ini umumnya hanya dilakukan di rumah
mempelai wanita saja, sedangkan di rumah mempelai laki-laki tidak
dilakukan kegiatan malam berinai, hanya saja inai akan diantarkan ke
rumah mempelai laki-laki. Tetapi ada juga sebagian masyarakat melakukan
kegiatan tari inai ini untuk menghibur anak laki-laki yang dikhitankan.
Kegiatan tari inai ini dibagi menjadi dua macam yaitu Tari Inai Tunggal
dan Tari Inai Pinggan 12:
1. Tari
Inai Tunggal yaitu tarian inai yang ditarikan satu orang penari saja,
dimana penarinya juga memegang inai di dalam piring yang ditambah bunga
atau lilin. Dan tidak menari di atas pinggan yang bersusun dari 1-12.
Pada zaman dahulu masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan tari inai
tunggal, sementara tari inai pinggan 12 hanya dilakukan sebagian
masyarakat yang mempunyai persatuan saja, tetapi sekarang tari inai
tunggal dan pinggan 12 sudah dilakukan bersamaan.
2. Tari
Inai Pinggan 12 yaitu penari inai menari di atas pinggan yang bersusun
dari 1 sampai 12 menjulang ke atas dan di tangannya memegang inai di
dalam piring dan ditambah dengan bunga atau lilin. Tarian inai ini
dilakukan lebih dari satu orang.
Tari Inai merupakan bentuk seni
pertunjukan yang mana gerakannya seperti gerakan silat yang berfungsi
untuk menghibur raja sehari atau pengantin yang duduk di pelaminan dan
mengibur masyarakat sekitar yang datang menyaksikan serta memperoleh
keberkahan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Gerakan tari inai diawali dengan bersalaman dengan pengantin sebagai
tanda penghormatan raja sehari atau pengantin untuk menandakan bahwa
tari inai akan dimulai. Kemudian tiga langkah ke belakang dengan posisi
jongkok yang artinya memohon izin kepada raja sehari atau pengantin
untuk memulai tari inai. Setelah tiga langkah ke belakang penari dalam
posisi jongkok berputar penuh ke arah kanan dan kiri, artinya memberi
penghormatan dan memohon izin kepada masyarakat yang menyaksikan karena
adab tarian ini tidak bisa membelakangi orang yang menyaksikan, karena
orang yang meyaksikan tersebut ada orang tua-tua, karena itu diberikan
gerakan seperti gerakan persembahan dengan arah berputar. Kemudian
Penari maju tiga langkah ke samping kanan dalam keadaan jongkok sambil
memainkan tangannya, kemudian tiga langkah ke samping kiri dan maju ke
depan untuk mengambil inai. Kemudian penari kembali ke belakang untuk
siap –siap mendaki pinggan yang sudah tersusun.
Setelah itu
penari mendaki pinggan yang tersusun sambil menari dengan menggunakan
inai di atas pinggan menghadap raja sehari atau pengantin, kemudian
turun dari pinggan dan meletakkan inai di tempat semula sambil menari
dan melangkah tiga langkah ke belakang untuk menutup tarian inai dalam
keadaan salam sembah sepuluh jari dan memutar badan ke arah kiri dan
memutar balik ke arah kanan. Maknanya, ketika mendaki pinggan 12 apabila
12 pinggan yang dinaiki tidak runtuh, maka hubungan rumah tangga sang
raja sehari akan baik-baik saja. 12 pinggan artinya 12 bulan. Penutup
tiga langkah ke belakang bermaksud memberi hormat dan izin kepada raja
sehari bahwa tari inai pinggan 12 selesai ditarikan. Lalu gerakan
memutar badan bermaksud meminta izin dan mohon maaf kepada raja sehari
dan masyarakat yang menonton jika dalam melakukan tarian ada tarian yang
tidak sengaja membelakangi para orang tua.
Pada dasarnya
gerakan tari inai tunggal dan pinggan 12 sama saja, yang membedakan
hanya pada tari inai tunggal tidak menggunakan atau mendaki pinggan yang
tersusun sebanyak 12 pinggan. Peralatan yang disediakan terlebih dahulu
untuk mendukung proses berjalannya sebuah pertunjukan yaitu alat musik
pengiring tarinya seperti biola, gendang, tetawak (gong). Irama yang
mengiringi tari inai ini adalah irama patam, mambang dan pelanduk.
1. Patam artinya melambangkan ketegasan karena irama patam pergerakannya keras seperti pergerakan silat.
2. Mambang, dalam bahasa Melayu adalah jin atau makhluk halus, pergerakan penari inai ini seperti orang yang tak sadarkan diri.
3. Planduk
arti dari bahasa Melayunya adalah kancil, dan irama musik yang
dimainkan santai atau lemah lembut, begitu juga penarinya.
Urutan penampilan Tari Inai Pinggan Dua Belas:
Pertama,
dalam keadaan jongkok penari mundur tiga langkah kebelakang sambil
mengangkat tangan salam sepuluh jari, kemudian dengan posisi badan yang
sama dengan mengangkat tangan salam sepuluh jari penari memutar badan
kekiri 360 derajat dan memutar kembali kearah kiri.
Kedua,
penari maju tiga langkah samping kanan dalam keadaan jongkok sambil
menggerakan badan dan tangannya sesuai musik yang di mainkan, kemudian
tiga langkah kesamping kiri dan maju kedepan untuk mengambil inai.
Ketiga, Sebelum
mengambil dan Memegang inai yang di atas paha, terlebih dahulu penari
mengangkat tangan separti salam jari sepuluh pernari memutar badan
kearah kiri 360 derajat dan memutar kembali kearah kanan dalam pososisi
jongkok. Kemudian penari kembali kebelakang untuk siap-siap mendaki
pinggan yang sudah tersusun.
Keempat,
penari mendaki pinggan yang tersusun sambil menari dengan menggunakan
Inai diatas pinggan menghadap keraja sehari/pengantin, kemudian turun
dari pinggan dan meletakan inai ditempat semula sambil menari dan
melangkah tiga langkah kebelakang untuk menutup tarian inai dalam
keadaan salam sembah sepuluh jari dan memutar badan 360 derajat kearah
kiri dan memutar balik kearah kanan.
Dalam penampilan pertunjukan tari Inai ini, penari memakai busana melayu yaitu:
1. Mengunakan baju teluk belanga atau cekak musang dan seluar/celana yang agak longgar untuk memudahkan gerakkan tari inai.
2. Di
bagian kepala penari memakai destar atau hiasan kepala seperti songkok,
tanjak dan hiasan kepala lainnya untuk mengahalang peluh atau keringat
yang menitis dan juga untuk mengikat bilamana rambut yang panjang.
3. Kemudian memakai hiasan sampin untuk mengetahui identitas penari.
Tari
inai pinggan 12 masih dilestarikan di Kecamatan Pasir Limau Kapas,
sedangkan di kecamatan sekitarnya hanya tari inai tunggal saja. Pada
zaman dahulu Datuk atau orang tetua yang mempunyai ilmu kebatinan, bisa
menari di atas pinggan, bagaimanapun berat badan mereka pinggan
tersebut tidak akan pecah. Hal tersebut sudah ada pada zaman dahulu dan
menjadi tradisi, akan tetapi Datuk atau orang tetua tidak menurunkan
ilmu kebatinan yang mereka punya. Untuk mengingat tradisi supaya tidak
hilang seiring berkembangnya zaman, maka salah satu keturunan Datuk atau
orang tetua zaman dahulu pada masa sekarang mengembangkan tari
berdasarkan sejarah yang telah ada.
Pada
Tahun 2020 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan telah menetapkan 153 karya budaya sebagai Warisan Budaya
Tak Benda Indonesia dan Tari Poang menjadi salah satu dari Warisan BudayaTak Benda dengan Nomor Registrasi 202001111.
(sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1847)