Gua atau Rumah Batu Serombau memiliki bentuk unik yaitu bebatuan besar yang berjumlah tiga yang menyerupai jamur atau payung, dengan bagian bawah yang mengecil dan bagian atas yang melebar. Batu ini menyerupai rumah yang bisa dijadikan tempat berteduh orang-orang yang duduk di bawahnya sehingga Gua inni disebut rumah batu serombau.
Gua atau Rumah Batu Serombau memiliki bentuk unik yaitu bebatuan besar yang berjumlah tiga yang menyerupai jamur atau payung, dengan bagian bawah yang mengecil dan bagian atas yang melebar. Batu ini menyerupai rumah yang bisa dijadikan tempat berteduh orang-orang yang duduk di bawahnya sehingga Gua inni disebut rumah batu serombau.
Upah-upah adalah upacara adat di Rokan (Rokn Hulu dan Rokan Hilir) , tujuannya adalah untuk memulihkan kondisi dan menguatkan semangat pada orang-orang yang baru sembuh dari sakit keras, selamat dari sebuah musibah, menempuh hidup baru (menikah, khitan), atau meraih cita-citanya (wisuda, khatam Qur'an, mendapat pekerjaan baru), Situasi peralihan, atau bimbang, linglung, dianggap rawan, sehinggga membutuhkan semangat dan dukungan para kerabat, sahabat, dan handai taulan. Orang yang terhormat dan disegani akan dipilih sebagai pengupah-upah dalam upacara ini, diantaranya adalah:
- Pucuk suku atau ketua suku.
- Alim Ulama'.
- Guru (Guru madrasah dan guru mengaji).
- Cendikiawan.
- Kerabat yang lebih tua dari orang yang diupah-upah, seperti nenek. datuk (Kakek), Mamak (paman), dan mak cik (tante) dari pihak ayah maupun ibu.
Diserangkaian upacara ini, pengupah-upah tidaklah lebih dari sepuluh orang. Jika pengupah-upah sudah siap, maka ditentukanlah waktu upacara upah-upah tersebut. ditentukan pada hari Jum'at, sebelum waktu shalat, karena pada hari ini para lelaki tidak berkerja di ladang maupuan di kebun karet. Sedangkan upah-upah dalam rangkaian upacara pernikahan dilaksanakan setelah ijab kabul. Pelaksanaannya dilakukan dirumah orang yang diupah-upah dan diruangan yang cukup luas untuk mengadakan upacara. Orang yang akan diupah-upah akan duduk di salah satu sudut ruangan, para undangan duduk di setiap sisi ruang menghadap orang yang diupah-upah, disiapkan pula nasi balai dan nasi upah-upah. Prosesi akan dimulai setelah semua tamu dan pengupah-upah berkumpul ditempat tersebut.
Tata cara pelaksanaan upacara upah-upah
Tempat pelaksanaannya adalah rumah orang yang akan diupah-upah. Dipilih ruangan yang cukup lapang. Orang yang akan diupah-upah ditempatkan di dalam satu sudut ruangan, para tetamu undangan duduk bersila di setiap sisi ruang. Di hadapan orang yang diupah-upah diletakkan nasi balai dan nasi upah-upah. Setelah semua berkumpul, prosesi upah-upah dapat dimulai.
Mula-mula, kemenyan dibakar oleh para perempuan yang duduk di dapur. Kemenyan diletakkan di atas wadah berupa dasa (tempurung kelapa yang sudah dikikis hingga licin dan menghitam), atau di atas piring seng sebagai tempat bara kayu sebagai pembakar kemenyan. Kemenyan yang telah menebar aromanya ini kemudian secara beranting diserahkan kepada tuan rumah, pertanda upah-upah siap dilaksanakan.
Kemenyan kemudian diserahkan kepada pengatur upacara yang menyerahkannya kepada pengupah-upah. Kemudian diserahkannya kemenyan bpada orang yang duduk di sebelah kanannya, dan beranting kepada orang di sebelah kanannya hingga berkeliling ke seluruh ruangan, sebanyak tujuh kali putaran dan berakhir di hadapan pengupah-upah. Prosesi ini merupakan pembersihan tempat upaara dari hasrat-hasrat jahat yang mengganggu manusia dan jalannya upacara.
Selanjutnya, pengupah-upah bangkit menuju tempat orang yang akan diupah-upah untuk menabur beras kuning ke arahnya. Sebelum melakukannya, pengupah-upah memanjatkan doa dalam hati untuk minta perlindungan kepada yang maha kuasa, agar diberi kekuatan untuk mengupah-upah.
Tahap selanjutnya adalah mengupah-upah. Pengupah-upah mengambil nasi upah-upah dan mengangkatnya sejengkal di atas kepala orang yang diupah-upah, kemudian menggoyang-goyangkannya dengan gerakan berputar ke arah kanan, sebanyak tujuh kali. Penghitungannya diucapkan secara jelas: “oso” (esa/ satu), “duo” (dua), “tigo” (tiga), “ompek” (empat), “limo” (lima), “onom” (enam), “tujuh”, dengan intonasi datar dan tetap.
Setelah itu, pengupah-upah memberikan nasihat yang isinya anjuran untuk menuju kebaikan, yang berdasarkan kondisi dan alasan upah-upah diadakan. Upah-upah diakhiri dengan kembali menguapkan hitungan satu sampai tujuh, kemudian diikuti dengan kalimat, “salangkan kerbau tujuh sekandang, masih dapat dikendalikan, apalagi semangat kalian”. Lalu pengupah-upah meletakkan nasi upah-upah ke tempat semula dan kembali ke tempat duduknya dan menyerahkan kembali kemenyan kepada pengatur acara. Usai upah-upah, tuan rumah menjamu tetamu dengan hidangan sesuai kemampuan. Setelah menikmati hidangan, upacara ditutup dengan doa.
Pada Tahun 2020 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan 153 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Tari Poang menjadi salah satu dari Warisan BudayaTak Benda dengan Nomor Registrasi 202001117. (sumer : Wikipedia & https://kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Seperti Apa Tradisi Upah Upah tersebut ? Jawabannya ada pada video berikut :
Istana Rokan telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/B/05/2007, Istana ini berada di Jl. Sultan Panglima Dalam Dusun Rokan Koto Ruang Desa Rokan Koto Ruang Kecamatan IV Koto Rokan Kabupaten Rokan Hulu.
Istana ini persis berada di pinggir sungai Rokan. Istana Rokan IV Koto bangunan istana berupa rumah panggung yang terdiri dari dua tingkat. Pada tingkat pertama, merupakan ruang pertemuan raja serta beberapa kamar raja dan tingkat ke dua merupakan ruang pribadi raja. Dibagian depan lantai satu istana Rokan IV Koto ada empat buah jendela satu pintu, dan satu pintu masuk ruang istana yang berukuran besar. Sedangkan di samping kiri dan kanan, terdapat masing-masing satu jendela memiliki kain gorden berwarna kuning. Pada lantai dua yang lebih berukuran kecil ada tiga pintu jendela di bagian depan dan satu jendela di bagian samping. Penempatan dan struktur rumah tampak penuh estetika dan unik.
Dalam istana terdapat ruang pertemuan kerajaan. Didalam ruang pertemuan tersebut Raja Rokan IV Koto menggelar pertemuan-pertemuan penting dengan kalanan-kalangan bangsawan, alim ulama dan tokoh adat. Diruangan pertemuan ini juga tempat untuk menerima tamu yang datang kekerajaan Rokan IV Koto. Kondisi ruang pertemuan istana tersebut sangat menarik dan elok di pandang mata. Di bagian dinding dalamnya dilapisi dengan kain tirai panjang berwarna kuning keemasan dan berbagai hiasan lainnya yang juga berwarna keemasan.
Cara Menuju ke Lokasi Istana Rokan, Rokan Hulu
Untuk mengunjungi Istana Rokan yang berada di Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan lebih kurang sejauh seratus enam puluh lima kilometer , dengan waktu tempuh normal 3 hingga 3,5 jam perjalanan. Perjalanan dilakukan menuju Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat dilakukan melalui akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang Anda cari. Jam buka untuk objek wisata Istana Rokan ini dari pagi jam 8 hingga sore pukul 16.00 WIB.
Makam Raja-Raja Rokan telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 02/BCB-TB/B/05/2007, Komplek Makam Raja Rokan ini berada di Jl. Sultan Panglima Dalam Dusun Rokan Koto Ruang Desa Rokan Koto Ruang Kecamatan IV Koto Rokan Kabupaten Rokan Hulu.
Situs Makam berada dilaha datar yang berada tidak jauh dari Sungai Rokan. Makam raja-raja Rokan berada dalam kompleks pemakaman umum. Makam berada di dalam pagar besi. Kompleks makam dilengkapi dengan gerbang/pintu masuk dalam berbahan bata, semen setinggi 3 m. Dalam Komplek Pemakaman ini setidaknya terdapat 35 makam yang sudah bercampur antara makam kuno dan makam baru. Makam raja-raja Rokan sendiri tidak dapat diidentifikasi, namun dari morfologi nisan makam diperkirakan makam Raja Rokan berjumlah tiga (3) makam. Bangunan makam sudah dilengkapi dengan jirat berbahan batu sungai yang direkatkan dengan cor semen. Makam sudah dikategorisasikan pada makam Islam, terlihat pada orientasi nisan makam sudah Utara-Selatan. Nisan makam Raja Rokan menggunakan bahan batu granit berwarna abu-abu kehitaman. Pada makam raja-raja Rokan terdapat duabentuk nisan yaitu, bentuk nisan pertama berbetuk bulat seperti gada dengan ukuran 64 x 18 cm, sedangkan nisan kedua berbentuk kerucut dengan ukuran 43 x 18 cm. Kedua bentuk nisan ini terbuatdari batu andesit yang berbentuk gada
Cara Menuju ke Lokasi Istana Rokan, Rokan Hulu
Untuk mengunjungi Makam Raja Rokan yang berada di Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan lebih kurang sejauh seratus enam puluh lima kilometer , dengan waktu tempuh normal 3 hingga 3,5 jam perjalanan. Perjalanan dilakukan menuju Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat dilakukan melalui akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang Anda cari.
sudah menganut Agama Islam. Kerajaan Rambah ini memakai sistem Raja Empat Selo yaitu tiga anak raja, satu anak raja-raja. Secara hierarki, Kerajaan ini masih memiliki pertalian saudara dengan Kerajaan Tambusai.
- Gapar Alam Jang Dipertuan Muda
- Mangkoeta Alam Jang Dipertua Djumadil Alam
- Alam Sakti
- Poetra Mansyoer
- Soeloeng Bakar yang Dipertuan Besar
- Abdoel Wahab Yang Dipertuan Besar (Alm. Kajo)
- Ali Domboer Jang Dipertuan Besar (Alm. Saleh)
- Sati Lawi Jang Dipertuan Besar (Alm. Pandjang Janggoet)
- Sjarif Jahja Jang Dipertuan Moeda
- Ahmad Kosek Jang Dipertuan Djoemadil Alam
- Muhammad Sjarif Jahja Jang Dipertuan Besar (Alm. Besar Tangan Sebelah)
Makam Raja Raja Rambah telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tidak Bergerak di Kabupaten Rokan Hulu oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya : 11/BCB-TB/B/05/2007
Secara umum HIS merupakan sekolah yang diperuntukan untuk pribumi. Kurikulum yang dipakai HIS adalah sesuai yang tercantum dalam Statuta 1914 No.764, yaitu meliputi semua pelajaran ELS (EuropeseLagere School).
Di HIS diajarkan membaca dan menulis bahasa daerah dalam aksara Latin dan Melayu dalam tulisan Arab dan Latin dan bahasa Belanda. Latar belakang berdirinya HIS ini, tidak terlepas dari perkembangan pendidikan di zaman kolonial Belanda dan diberlakukannya “Politik Etis” di Indonesia. Secara umum politik etis ini juga disebutkan sebagai “balas budi” dari kolonial Belanda kepada daerah jajahan terkait berbagai perlakukan terhadap daerah jajahannya.
Pengaruh “politik etis” dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda (Indonesia). Secara umum dasar didirikannya HIS adalah keinginan yang kuat dari rakyat Indonesia sendiri untuk mendapatkan pendidikan ala Barat. Dikemudian hari, hal tersebut akan meningkatkan taraf pemikiran pemuda-pemudi Indonesia untuk bergerak menyongsong kemerdekaan dikemudian hari.
Bangunan ini dari dahulu sampai sekarang masih tetapdifungsikan sebagai pusat pendidikan. Sekarang bangunan ini berada dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu yang difungsikan sebagai sekolah SDN 001 Rambah.
Secara umum bangunan ini masih asli (tanpa perubahan). Sedangkan bangunan sekolah lainnya pada sisi kiri-kanan bangunan merupakan bangunan baru. Bangunan ini persis berada di Jalan Diponegoro atau persisnya berada di Depan Taman Kta Pasir Pengaraian. Bangunan sekolah ini memiliki arsitektur Melayu berbentuk rumah panggung dengan jarak dari tanah sekitar 1 meter.
Bangunan berdenah empat persegi panjang yang dibagi atas ruang-ruang dengan jumlah sebanyak 5 ruang. Bangunan ini memiliki pintu sebanyak 10 buah pintu dengan tiap ruang memiliki pintu sebanyak 2 buah yaitu pada bagian depan dan belakang yang posisinya bersamaan, sedangkan jendela sebanyak 20 buah jendela. Tinggi bangunan 6 meter dengan panjang 33 m, lebar 6 meter dengan luas 198 m2. Bangunan ini berada dalam lingkungan sekolah yang mana di samping kiri dan kanan belakang bangunan ini telah berdiri bangunan baru.
Bangunan Sekolah SDN 001 Rambah telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tidak Bergerak di Kabupaten Rokan Hulu oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya : 08/BCB-TB/B/05/2007
SDN 001 Rambah secara singkat dapat dilihat pada video berikut :
Photo : Tanty Ekasari |
Selain di hadiri oleh Sanak Keluarga, Kerabat dan Bangsawan Kerajaan, acara ini juga dihadiri oleh Tamu Undangan, hadir dalam Penabalan ini Bupati Rohul H Sukiman Gelar Datuk Setia Amanah Panglimo Pukaso, Ketua LAM Riau Datuk Seri Dr H Alazhar, MA, Gelar Datuk Rajo Tuo, Ketua DPH LAM Rohul H Zulyadaini Gelar Datuk Saudagar Rajo dan juga dihadiri oleh Anggota DPRD Riau dan juga Rokan Hulu yang berasal dari Tambusai, dan juga dihadiri oleh Datuk Adat dari Luhak Kepenuhan, Luhak Rambah dan juga warga sekitar yang berasal dari Desa dan Kelurahan yang ada di Kecamatan Tambusai.
Dahulunya di Ulak Patian Rokan Hulu Infrastruktur Kesehatan jauh dari kata layak,mereka tidak mengenal Medis, tidak mengenal Dokter, Puskesmas, mantri, bidan ataupun yang lainnya.
Jika ada yang sakit maka diobati dengan ritual Tarian yang diiringi dengan musik dan pembacaan mantra, Tarian tersebut adalah Tari Burung Kwayang. Berbagai penyakit disembuhkan dengan pengobatan tradisional dengan mengundang jin-jin, ritual pengobatan ini dipimpin oleh Bomo yang dalam tarian itu disebut Dondayang. Dalam istilah keseharian yang sakit selalu disebut dengan anak cucu Datuk Said Panjang jangguik dan Uak paneh Sopotang. Begitulah mereka mengakui bahwa mereka adalah keturunan datuk tersebut, dan masih berharap dengan perlindungan dari makhluk halus ini.
salah seorang penari burung kwayang dari Bonai, Rokan Hulu mengatakan, tari burung kwayang adalah sebuah ritual pengobatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat adat bonai. Tari burung kwayang dibawakan oleh seorang bomo atau dukun yang bertindak sebagai dondayang atau perantara dengan makhluk halus, yang disebut dengan deo. Di samping itu, penari penari yang disebut sebagai pomantan, yang dirasuki oleh para deo, dipanggil oleh sang dukun.
"Sebelum pengobatan ini dimulai, disiapkan sejumlah makanan tradisional, berbagai ramuan obat, air bunga, kemeyan, jeruk purut, dan lainnya. Ritual dimulai dengan pembacaan mantera oleh bomo untuk memanggil makhluk halus atau deo, yang dimasukkan ke tubuh pomanten
Para pomaten yang sudah dirasuki oleh roh para deo tersebut menari berputar-putardiiringi oleh music tradisionalyang terdengar magis. Pengobatan sesi pertama selesai, dan bomo membaca mantera untuk mengeluarkan para deo dari tubuh pomanten. Tapi pada sesi berikutnya, bomo kembali memanggil deo-deo yang lain, yakni, deo Uda Balai, Mak Ino Kuning Tanah Dareh, Anak Rajo Jopun, Anak Rajo Lelo Mongok, dan Kumbang Sulendang.
Pasien kembali diobati oleh para deo tersebut dengan iringan musik tradisional hingga pengobatan selesai, dan bomo membaca mantera untuk mengusir para makhluk halus.
Gelanggang yang mengutamakan pelajaran dan latihan gerak ketangkasan disebut tondan. Sedangkan gelanggang yang lebih mengutamakan ketahanan fisik disebut sendeng. Kebanyakan orang lebih suka belajar tondan terlebih dahulu baru kemudian belajar sendeng.
Selain silat yang tersebut di atas masih ada istilah silek rimau (silat harimau), silek boruk (silat beruk), silek ula (silat ular), yang muncul karena perilaku pendekar itu seperti harimau, beruk atau ular. Inti pelajaran silat adalah memahirkan penggunaan nur (cahaya). Cahaya itu terbagi tiga, dua di antaranya mempunyai warna khas, dan satu lagi tidak dapat diwujudkan. Ketiga jenis cahaya itu berubah-ubah warnanya.
Selama tiga bulan itulah murid mompolasinkan (memahirkan) penggunaan cahaya tersebut dalam gerak silat. Untuk menamatkan pelajaran silat ini diperlukan waktu selama tiga bulan belajar silat gerak di tanah, ditambah 10 hari untuk menamatkan (kaji batin). hitungan 10 hari adalah kaji di rumah berupa; tujuh hari belajar kaji batin, sehari kaji duduk (silat dalam posisi duduk), sehari kaji togak (silat dalam posisi berdiri), dan sehari hari kaji guliang (silat dalam posisi guling). Kaji guling ini dilakukan dengan mandi berlimau terlebih dulu, kemudian guru menggulingkan muridnya. Dalam keadaan guling tersebut murid diserang dengan tikaman pisau belati. Murid yang guling tadi pasti dapat menghindar karena telah josom. Ujian silat yang terakhir adalah dua orang yang berada dalam satu kain sarung dibekali pisau belati sebilah seorang kemudian mereka saling tikam-menikam.
Jumlah bilangan hari yang dilalui hingga tamat belajar silat tiga bulan ini adalah 100 hari. Silat tondan biasanya lebih dahulu mempelajari silat batin barulah kemudian belajar silat gerak. Kaji di rumah dilalui selama 21 hari. Dalam rentang 21 hari tersebut sebenarnya hanya perlu 7 hari saja. Bilangan 7 hari itu untuk memberi tenggang waktu sebab di antara murid-murid tidak akan sama daya tangkap dan kemampuannya. Kaji di tanah dilakukan selama 21 hari, jumlah masa belajar silat tondan ini 70 hari.
Tondan mengutamakan keahlian, kecepatan dan ketepatan gerak silat, sehingga perlu kecerdasan memahami gerak. Keputusan tondan dan sendeng adalah moilak (mengelak) dan lak, disamakan dengan la (tidak, Arab), apabila ?lah dapek lak mako non tido kan konai kecuali datang molaikat maut? (kalau sudah mendapat keputusan lak maka tidak akan kena kecuali maut). Pendekar bertarung dengan memperhatikan tanda-tanda atau kotipanan yaitu ?apobilo lai nampak non kan di colo, mako indo kan mati indo kan luko? (apabila masih tampak tanda-tanda, maka tidak akan mati dan tidak akan luka) Sementara itu belajar silat sendeng biasa memakan waktu berbulan-bulan, berupa latihan tenaga dan kekuatan fisik. Pendekar sendeng berciri-ciri kuat dan tahan terhadap serangan.
Berikut Video Singkat Gerakan dari Silek Tigo Bulan
Syair Rantau Kopar atau Syair Rantau Kopa atau Syair Antau Kopa demikian penyebutan yang lazim di Wilayah Rokan.
Ada juga penyebutan lain yang kami dapatkan melalui seorang khalifah Suluk bahwa Kopa berasal dari kata Kepal dari cerita Tuk Penyarang dengan Putri Hijau hingga sampai pada sebuah rantau yang bernama Rantau Koopar.
Irama Syair Rantau Kopa tidak diciptakan khusus, tetapi sudah ada sejak dahulu dan dikenal dikenal secara turun temurun kini penutur Syair Rantau Kopa sangatlah langka.
Berikut Syair Rantau Kopa dalam bentuk video singkat :
Tuanku Tambusai memiliki sifat yang menarik perhatian orang yaitu pendiam, cepat mengerti dan memiliki pendirian yang kokoh. Tuanku Tambusai memperdalam ilmu dan pengetahuan agamanya di Minangkabau , ia berguru Kepada Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Rao) dan kemudian ia ke Mekkah. Setelah kembali ke kampung halamannya Tuanku Tambusai muda menggantikan kedudukan Ayahnya sebagai seorang Qadhi.
Meriam Peninggalan Tuanku Tambusai |
Bersama Tuanku lmam Bonjol dan Tuanku Rao, Tuanku Tambusai mencetuskan pemikiran pembaharuan di bidang agama Islam (pemberantasan bid'ah serta. hal-hal yang bertentangan dengan Islam). Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Rao di daerah Bonjol dan Rao, sedangkan Tuanku Tambusai di daerah Tambusai.
Mereka secara bersama bergabung dalam satu wadah yang dinamakan "Kaum Paderi""yang dipimpin oleh Peto Syarif yang kemudian terkenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.
Sebelum Tuanku imam Bonjol, Tuanku Rao dan Tuanku Tambusai berjuang dengan Gerakan Kaum Paderi, gerakan Paderi telah dirintis mulai Tahun 1803 oleh Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang dan Gerakan ini ditentang oleh kaum adat dan terjadilah perperangan saudara antara keduanya dan kaum Adat dibantu oleh Belanda. Momen ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk ikut campur dalam tatanan kehidupan masyarakat minangkabau hingga akhirnya terjadilah Perang antara Kaum Paderi dan Kolonial Belanda.
Salah Satu Lapis Dari Benteng Tujuh Lapis |
Benteng ini sargat kokoh dan kuat, benteng terdiri dari tanggul pertahanan yang berjumlah tujuh lapis dan tiap lapis dilapisi lagi oleh kubu kubu kecil dan ditamai bambu berduri. Bagian belakang benteng langsung berhubungan dengan Sungai Sosah sebagai jalur pelarian untuk menyelamatkan diri,
Benteng Tujuh Lapis berulang kali diserang oleh Belanda namun selalu gagal, Pada tanggal 27 November 1873. Kolonel Michiels diangkat menjadi Gubernur Militer baru untuk menghadapi Tuanku Tambusai, karena kuatnya pertahanan Benteng Tujuh Lapis , Kolonel Micheils meminta bantuan pasukan dari Batavia. Pasukan bantuan ini terdiri dan empat kompi dari pasukan Batalyon ke-6 dan di bantu pasukan pribumi yang berpihak kepada Belanda. Selain itu Micheils dibantu Mayor Bethoven yang bergerak dari Lubuk Sikaping dengan 1.500 pasukan dan juga Mayor Weslenberg dengan 2 kompi pribumi.
Gelanggang Silat Tuanku Tambusai |
Gelanggang Silat Tuanku Tambusai |
Menurut Laporan Micheils kepada atasannya tertanggal 12 Februari 1839 ,bahwa Banyak Korban Jiwa dari Belanda antara lain Mayor Bethoven tewas, dan Kolonel Micheils berhasil merebut Benteng Tujuh Lapis pada tanggal 28 Desember 1838 , dan Tuanku Tambusai berhasil melarikan diri dan Hijrah ke Malaysia dan hingga di penghujung hidupnya Tuanku Tambusai wafat dan dimakamkan di Malaysia dan Dulunya sudah ada upaya dari Pemerintah Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau untuk memindahkan Makam Tuanku Tambusai dari Malaysia ke Indonesia, namun usaha tersebut gagal, di Malaysia Tuanku Tambusai di anggap Tokoh dan juga Penyebar Agama Islam.
Kokohnya pertahanan Benteng Tujuh Lapis ini dapat dilihat dari lamanya waktu pertempuran dalam merebut Benteng , berdasarkan Catatan Kolonel Michels ia dan pasukan bertempur selama 11 hari hingga akhirnya Benteng berhasil dikuasai. Salah satu faktor penyebab adanya rasa cinta tanah air yang tinggi di kalangan para pengikut Tuanku Tambusai adalah karena faktor wibawa, jiwa kepemimpinan yang baik, tidak mau kompromi, serta kecerdasan yang di miliki oleh Tuanku Tambusai, Tuanku Tambusai dapat menyatakan pengikutnya yang berasal dari kelompok etnis yang berbeda seperti Melayu, Mandailing dan Minangkabau yang mendiami tiga wilayah yang berlainan (Minangkabau, Melayu dan Mandailing).
Bekas Lokasi pengintaian yang dijadikan Rumah Penduduk |
Karena perjuangan dan kehebatannya, oleh pihak Belanda Tuanku Tambusai di juluki Padriesche Tiger van Rokan' atau Harimau Paderi dari Rokan yang bertempur di Riau, Tapanuli dan Minangkabau bagian utara. Dan berkat jasa-jasa dan kepahlawanannya dalam melawan penjajah Belanda , Pemerintah Republik Indonesia Menetapkan Tuanku Tambusai Sebagai Pahlawan Nasional melalui Ketetapan SK. No. 071/TK/Tahun 1995 arggal 7 Agustus 1995 .
Berdasarkan data yang didapat bahwa benteng Tujuh Lapis pada Tahun 1838 berbentuk segi empat yang terdiri dari gundukan tanah (disebut Kubu) dan diantara kubu kubu dialiri air dengan dealaman 7 hingga 10 meter dan disekeliling benteng ditanam bambu berduri dan pintu gerbang benteng dibuat tiga lapis dari kayu dan diberi lubang untuk pengintai dan menembak musuh. Kini kawasan sekitar Benteng dijadikan penduduk sebagai tempat tinggal, dan di sekitar Benteng terdapat sebuah laman silat dan juga sebuah tanah kosong yang luas dan sering dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga, berkemah serta kegiatan sosial masyarakat lainnya.
Kini Kawasan Benteng telah direvitalisasi dengan dibangunnya penerangan disekitar Benteng, kemudian juga dibuat tanggul untuk menghindari abrasi sungai, serta di buat tempat duduk untuk bersantai warga serta wisatawan yang ingin berkunjung dan disekitar Benteng dengan jarak sekitar 2 km dibangun Diorama Perjuangan Tuanku Tambusai.
Untuk mengunjungi lokasi Benteng Tujuh Lapis yang berada di Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan lebih kurang sejauh dua ratus kilometer , dengan waktu tempuh normal 4 ,5 hingga 5 jam perjalanan. Perjalanan dilakukan menuju Tambusai Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat dilakukan melalui akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang Anda cari.