Lembaga Kerapatan Adat Melayu Desa Adat Luhak Tambusai

Lima Luhak (wilayah atau negeri) menjadi Cikal Bakal Pemekaran Kabupaten Rokan Hulu (Rohul). Secara historis, 5 luhak, yaitu Luhak Rokan, Luhak Rambah, Luhak Kepenuhan, Luhak Tambusai, dan Luhak Kunto Darusalam memiliki peranan penting dalam pembentukan Negeri Seribu Suluk 


Luhak Tambusai
Luhak Tambusai konon disebut sebgai luhak tertua dan merupaka cikal bakal terjadinya Luhak lainnya yakni luhak kepenuhan, Rambah dan Kunto Darussalam.


Awal berdirinya kerajaan Tambusai di Karang Besar, lalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tampat yang lain, ada yang menyebutkan sampai 16 kali perpindahan, sehingga kerajaan tersebut tiada tenang dan timbul kerugian-kerugian karena perilaku berkumpul lalu bubar atau usai, begitu seterusnya akibat berpindah-pindah. Dari peristiwa berpindah-pindah lalu berkumpul, berpindah lagi, berkumpul lagi maka disebutlah kerajaan ini Tambusai yaitu dari asal kata tambun (berhimpun atau berkumpul), usai (pindah atau bersebar) menjadilah Tambun-usai, disebut juga dengan Luhak tambusai panggilan pada masyarakat adat sekarang.
Ada pula yang mengatakan Tambusai itu adalah darikata tombusan sebuah lobang tembusan antara sungai Sosah dan sungai Batang Lubuh dimana tempat ini adalah jalur penghuni sungai Rokan yaitu Sutan Ponyalinan berlalu lalang, suatu ketika terjadi kehilangan dikalangan keluarga raja, dimana seorang anak gadisnya telah hilang saat mandi di sungai sosah, sudah puas mencari akhirnya anak gadis itu ditemui disebuah lobag dengan keadaan tidak kotor dan segar bugar, ditanya ke gadis itu, darimana saja tuan putri menghilang selama tiga hari. Putri menjawab, aku bertamasya bersama seorang pemuda gagah bernama sutan Ponyalinan, ia membawaku ketempat yang indah yang tidak pernah kulihat sebelumnya. 
Apa yang diperbuat sutan Ponyalinan itu terhadap dirimu, Tanya keluarga lainnya. Tida terjadi apa-apa hanya melancong saja, dan makan bersama bersama keluarga beliau, katanya hari itu adalah hari terjadinya sungai Rokan, dan mereka mengadakan rapat paripurna dibentuknya daulat-daulat Rokan kanan dan Rokan Kiri. Dengan rasa penasaran pertanyaan terus diberikan kepada tuan putri, siapa pemimpin mereka, saya hanya berjabat tangan dan beliau menyebutkan namanya, beliau bernama Tuk Saih Panjang Jangguik.
Demikianlah perjalanan tamasya tuan putrid kesebuah tombusan sehingga dengan petunjuk dari tuan putri dibuatlah nama kerajaan Tombusai yang sekarang disebut Luhak Tambusai.
Suku-suku yang ada di Luhak Tambusai ini dahulunya adalah Melayu yang terdiiri dari Sibah Lua dan Sibah Dalam, Sibah Lua terdiri dari Suku Melayu Gelar Datuk Pusako Rangkayo Naro, Suku Ampu Gelar Datuk Sinaro Mudo, Suku Kuti Gelar Datuk Paduku Jo Sianso/ atau Datuk Paduko Laksamano/atau Datuk Paduko Jo Lelo, Suku Kanang Kopuh Gelar Datuk Kutianso, Suku Soborang Gelar Datuk Rangkayo Maharajo, Suku Pungkuik Gelar Datuk Rangkayo Morajo, Suku Mais Gelar Datuk Tomogong Kayo, Suku Bonuo Gelar Datuk Bonuo Ampu
dan Suku Moniliang Gelar Datuk Paduku Tuo.

Sedangkan Sibah Dalam terdiri dari Suku Induk Dalam Gelar Sutan Mahmud, Simajo Rokan Gelar St. Saidi/ Rajo Sibomu/ Rajao Omeh, Simajo Lelo Gelar Rajo Stimuan, Sri Marajo Gelar Sri Marajo
dan Majo Rajo Gelar Rajo Poka.

Suku Suku Melayu dari Luhak Tambusai tersebut memiliki Sebuah Gedung  Lembaga Kerapatan Adat Melayu Desa Adat Luhak Tambusai yang berada di Jalan Lintas Riau - SUmut Kelurahan Tambusai Tengah Kecamatan Tambusai
Sumber :
Dari Berbagai Sumber 
Dialog dengan  Ninik Mamak saat Pelantikan Pucuk Suku Mais di Dalu Dalu Dalu

0 komentar: