Koba merupakan salah satu tradisi lisan masyarakat Melayu yang tinggal
di daerah pesisir Sungai Rokan (sekarang menjadi Rokan Hulu dan Rokan
Hilir) serta di daerah Mandau (sekarang masuk daerah Bengkalis). Koba
disampaikan dengan gaya bernyanyi, baik oleh laki-laki maupun perempuan.
Orang yang menyanyikan koba disebut tukang koba. Koba di daerah Sungai
Rokan menggunakan bahasa logat Rokan, sementara yang di daerah Mandau
menggunakan logat sakai. Pertunjukan koba biasanya dilakukan di
acara-acara perhelatan kampung seperti pernikahan, khitan dan
sebagainya. Penyampaian koba oleh tukang koba dapat menggunakan music
maupun tidak. Bagi yang menggunakan musik, alat musik yang digunakan
biasanya menggunakan babano atau rebana dan gendang.
Koba dalam Bahasa Rokan berarti Kabar sedangkan Bakoba berarti Memberikan Kabar, Koba ataupun Bakoba berisi nasihat kehidupan, cerita alam, hewan,
makhluk halus, manusia, dewa, kayangan,
kecantikan, ketampanan, kegagahan dan kadang diselingi dengan
kisah-kisah lucu dan mengandung unsur edukasi dan nilai sejarah dan juga keagamaan.
Di Rokan Hulu, di Pasir Pengaraian , Kecamatan Tambusai, Rambah serta daerah lainnya KOBA ataupun BAKOBA dijadikan sebuah tontonan ataupun pertunjukan dalan sebuah acara Pernikahan, Koba dibacakan di malam hari baghda Isya dan pembacaanya dilakukan selama beberapa malam dengan cerita bersambung, dan ritual tersebut diawali dengan mensucikan diri atau mengambil wudhu oleh Tukang Koba kemudian tukang koba akan makan sirih lalu ia membacakan pantun singkat tentang proses perjalanannya hingga sampai ke tempat berkoba, dengan menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Tuan Rumah yang memiliki hajat.
Di Rokan Hulu, di Pasir Pengaraian , Kecamatan Tambusai, Rambah serta daerah lainnya KOBA ataupun BAKOBA dijadikan sebuah tontonan ataupun pertunjukan dalan sebuah acara Pernikahan, Koba dibacakan di malam hari baghda Isya dan pembacaanya dilakukan selama beberapa malam dengan cerita bersambung, dan ritual tersebut diawali dengan mensucikan diri atau mengambil wudhu oleh Tukang Koba kemudian tukang koba akan makan sirih lalu ia membacakan pantun singkat tentang proses perjalanannya hingga sampai ke tempat berkoba, dengan menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Tuan Rumah yang memiliki hajat.
Beberapa waktu lalu kami (riaudailyphoto) berbincang dengan Pak Taslim yang didaulat menjadi Maestro Koba oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menurut Penuturan Pak Taslim yang bergelar Datuk Mogek Intan, Koba merupakan salah satu sastra Lisan yang ada di Rokan Hulu yang terancam punah, di usianya yang senja Pak Taslim cukup risau karena hingga saat ini belum banyak penerusnya yang mampu menjadi Peng-Koba.
Cerita-cerita yang disajikan tukang koba, umumnya adalah pengembaraan
tokoh atau pahlawan-pahlawan rekaan lokal, dengan bentang-ruang
horisontal yang terbatas pada selat-selat, teluk, tanjung,
sungai-sungai, dan daratan pesisir. Sedangkan bentang-ruang vertikalnya
mencakup bumi hingga kayangan. Sebagian kecil dari korpus cerita koba
dianggap sakral, karena menceritakan tokoh yang dikeramatkan oleh tukang
koba. Untuk cerita yang demikian, penceritaannya tidak memerlukan
perlakuan khusus. Namun saat menamatkannya, tukang koba melakukan ritual
tertentu, dengan berdoa dan menyembelih ayam atau kambing pada petang
sebelum cerita itu ditamatkan. Orang yang punya hajat juga harus
menyediakan seperangkat persembahan kepada tukang koba, yang terdiri
dari pisau belati, sekabung kain putih, dan limau purut.
Koba-koba yang terkenal misalnya Koba Panglimo Awang, Koba Gadih Mudo Cik Nginam, Koba Panglimo Dalong, dan Koba Dang Tuanku.
Sumber :
- Wawancara Langsung Dengan Pak Taslim
- Menonton Langsung Pertunjukan Koba di Lancang Kuning Art Festival dan di Acara Pernikahan di Tambusai
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/koba/
Penasaran apa itu Koba, bisa menyaksikan di video berikut :
0 komentar:
Posting Komentar