Zapin Meskom merupakan Tari Zapin yang berada di kampung zapin yang terletak di Desa Meskom, Bengkalis. Tarian ini sudah mendapat pengakuan mata budaya Indonesia, yakni dengan meraih sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2017 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Nomor Registrasi 201700477.
Sedangkan sebutan Kampung Zapin sendiri
diberikan oleh Dinas Penanaman Modal Provinsi Riau dan kemudian
dibangunlah Tugu Selamat Datang di Dusun Simpang Merpati, Desa Meskom
sebagai penanda keberadaan Kampung Zapin . Di Desa Meskom terdapat beberapa Sanggar Tari yang hingga kini masih melestarikan Zapin dan Sanggar inilah yang menjadi Nadi Kelestarian Zapin.
Sastrawan Riau Jefri Al Malay menyebut dulu zapin hanya dimainkan di ceruk-ceruk kampung. Di bawah pohon rambai dan halaman rumah-rumah penduduk Kampung Meskom, Kabupaten Bengkalis. Saat itu, zapin belum menjadi karya yang ramai dibicarakan, di serata negeri. Lalu, siapa yang menyangka, hari ini, Zapin Meskom kerap ditampilkan diberbagai perhelatan seni. Bahkan telah pula dipelajari banyak pihak, baik komunitas seni, maupun kampus seni.
Zapin
adalah khazanah tarian rumpun Melayu yang menghibur sekaligus sarat
pesan agama dan pendidikan. Tari ini memiliki kaidah dan aturan yang
tidak boleh diubah namun dari masa ke masa namun keindahannya tak lekang
begitu saja. Nikmati dendang musik dan syairnya yang legit.
Tari
zapin dikembangkan berdasarkan unsur sosial masyarakat dengan ungkapan
ekspresi dan wajah batiniahnya. Tarian ini lahir di lingkungan
masyarakat Melayu Riau yang sarat dengan berbagai tata nilai. Tarian
indah dengan kekayaan ragam gerak ini awalnya lahir dari bentuk
permainan menggunakan kaki yang dimainkan laki-laki bangsa Arab dan
Persia. Dalam bahasa Arab, zapin disebut sebagai al raqh wal zafn. Tari Zapin berkembang di Nusantara bersamaan dengan penyebaran agama Islam yang dibawa pedagang Arab dari Hadramaut.
Zapin mempertontonkan gerak kaki cepat mengikuti hentakan pukulan pada gendang kecil yang disebut marwas. Harmoni ritmik instrumennya semakin merdu dengan alat musik petik gambus. Karena mendapat pengaruh dari Arab, tarian ini memang terasa bersifat edukatif tanpa menghilangkan sisi hiburan. Ada sisipan pesan agama dalam syair lagunya. Biasanya dalam tariannya dikisahkan keseharian hidup masyarakat melayu seperti gerak meniti batang, pinang kotai, pusar belanak dan lainnya. Anda akan melihat gerak pembuka tariannya berupa gerak membentuk huruf alif (huruf bahasa Arab) yang melambangkan keagungan Tuhan.
Di Bengkalis dikembangkan lebih lanjut oleh Abdullah Noer asal Deli
Medan sekitar tahun 1930-an yang sekaligus merupakan guru dari Muhammad
Yazid bin Tomel asal Desa Meskom, Bengkalis sehingga Zapin ini lebih
dikenal sebagai Zapin Meskom. Muhammad Yazid sebagai tokoh Zapin Meskom
tak henti-hentinya terus berkarya dengan Zapin Meskom. Desa Meskom kini
dijuluki Desa Zapin.
Yazid pandai berzapin dari ayahnya, Tomel dan dilanjutkan dengan berguru kepada Abdullah Noer, Ares dan Cik Muhammad sekitar pertengahan tahun 1930-an. Belajar secara sembunyi-sembunyi karena Belanda melarang masyarakat untuk berkumpul atau berkerumun yang dicurigai akan memicu perlawanan terhadap Belanda. Yazid berkumpul dengan gurunya di kebun untuk belajar menari Zapin satu atau dua ragam gerak tari.
Sekitar 1950-an, Yazid makin dikenal di Bengkalis bersama penari lainnya seperti Hasan, Harun, M. Yusuf, Hasan Matero dan M. Ali. Mereka keluar masuk kampung menari Zapin untuk meramaikan berbagai hajatan rakyat. Untuk mengembangkan Zapin Meskom, maka Yazid pada tahun 1998 mendirikan Sanggar Yarnubih yang merupakan singkatan dari nama Yazid, Nur dan Ebih. Melalui sanggar ini Yazid telah berzapin di Riau, Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Johor serta Melaka.
Yazid pandai berzapin dari ayahnya, Tomel dan dilanjutkan dengan berguru kepada Abdullah Noer, Ares dan Cik Muhammad sekitar pertengahan tahun 1930-an. Belajar secara sembunyi-sembunyi karena Belanda melarang masyarakat untuk berkumpul atau berkerumun yang dicurigai akan memicu perlawanan terhadap Belanda. Yazid berkumpul dengan gurunya di kebun untuk belajar menari Zapin satu atau dua ragam gerak tari.
Sekitar 1950-an, Yazid makin dikenal di Bengkalis bersama penari lainnya seperti Hasan, Harun, M. Yusuf, Hasan Matero dan M. Ali. Mereka keluar masuk kampung menari Zapin untuk meramaikan berbagai hajatan rakyat. Untuk mengembangkan Zapin Meskom, maka Yazid pada tahun 1998 mendirikan Sanggar Yarnubih yang merupakan singkatan dari nama Yazid, Nur dan Ebih. Melalui sanggar ini Yazid telah berzapin di Riau, Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Johor serta Melaka.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/tari-zapin-meskom-bengkalis-yang-makin-mendunia
https://www.indonesia.travel
Tari Zapin : Khazanah Tarian Rumpun Melayu
0 komentar:
Posting Komentar