Tampilkan postingan dengan label CAGAR BUDAYA ROKAN HULU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CAGAR BUDAYA ROKAN HULU. Tampilkan semua postingan
Istana Rokan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Islam Rokan yang pernah berkuasa di daerah Rokan Hulu. Istana Rokan dibangu dengan gaya arsitektur Melayu Rokan yang khas, dengan ukiran naga-naga yang khas, serta berbagai ukiran bermotif tumbuhan (flora) yang menghiasi sisi tertentu istana. Istana ini diperkirakan dibangun pada abad ke-18 dan telah berusia ± 200 tahun. Di sekitar Istana Rokan juga terdapat perkampungan penduduk dengan suku dan kaum yang terdiri dari: Suku Melayu, Suku Bendang, Suku Patopang, Suku Mais, Suku Mandailing, dan Suku Caniago.

Istana Rokan telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/B/05/2007, Istana ini berada di Jl. Sultan Panglima Dalam Dusun Rokan Koto Ruang Desa Rokan Koto Ruang Kecamatan IV Koto Rokan Kabupaten Rokan Hulu.


Istana ini persis berada di  pinggir sungai Rokan. Istana Rokan IV Koto  bangunan istana berupa rumah panggung yang terdiri dari dua tingkat. Pada tingkat pertama, merupakan ruang pertemuan raja serta beberapa kamar raja dan tingkat ke dua merupakan ruang pribadi raja. Dibagian depan lantai satu istana Rokan IV Koto ada empat buah jendela satu pintu, dan satu pintu masuk ruang istana yang berukuran besar. Sedangkan di samping kiri dan kanan, terdapat masing-masing satu jendela memiliki kain gorden berwarna kuning. Pada lantai dua yang lebih berukuran kecil ada tiga pintu jendela di bagian depan dan satu jendela di bagian samping. Penempatan dan struktur rumah tampak penuh estetika dan unik.


Keelokan kian dipadu dengan beranda istana dengan tiga tangga masuk. Dinding istana yang terbuat dari kayu dan di beri sentuhan cat berwarna kuning lembut dan kuning keemasan terang, yang merupakan perlambangan dari kemakmuran. Ada keagungan yang terpancar dari istana ini ketika memandangnya dari luar. Sementara arsitektur atapnya bersilang di bagian ujung dan lantai pada bagian bawahnya. Atapnya terbuat dari atap seng yang sudah berwarna kecoklatan karena sudah dimakan usia. Tidak diketahui persis kapan atap istana tersebut diganti dari atap sebelumnya.



Dalam istana terdapat ruang pertemuan kerajaan. Didalam ruang pertemuan tersebut Raja Rokan IV Koto menggelar pertemuan-pertemuan penting dengan kalanan-kalangan bangsawan, alim ulama dan tokoh adat. Diruangan pertemuan ini juga  tempat untuk menerima tamu yang datang kekerajaan Rokan IV Koto. Kondisi ruang pertemuan istana tersebut sangat menarik dan elok di pandang mata. Di bagian dinding dalamnya dilapisi dengan kain tirai panjang berwarna kuning keemasan dan berbagai hiasan lainnya yang juga berwarna keemasan.



Terlihat Bangunan Istana ini  berasitektur Melayu Kuno  terlebih dengan nuansa cat berwarna kuning yang cukup mendominasi. Ukiran-ukiran berbentuk naga dan tanaman melengkapi setiap sudut dan sisi dari bangunan rumah tinggi tersebut Pada bagian depan istana, dibuat tiga buah tangga yang bisa dinaiki untuk sampai ke bagian pintu depan bangunan. Angka tiga ini memiliki makna tangga kerapatan daerah Rokan IV Koto yang meliputi penguasa, adat dan alim ulama, atau disebut juga dengan istilah tali berpilin tiga. 



Cara Menuju ke Lokasi Istana Rokan, Rokan Hulu

Untuk mengunjungi Istana Rokan  yang berada di Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten  Rokan Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan  lebih kurang sejauh seratus enam puluh lima kilometer , dengan waktu tempuh normal 3 hingga 3,5 jam perjalanan. Perjalanan dilakukan menuju Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat dilakukan melalui  akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang Anda cari.  Jam buka untuk objek wisata Istana Rokan ini dari pagi jam 8 hingga sore pukul 16.00 WIB. 

Keberadaan kompleks Makam Raja-Raja Rokan ini tidak bisa dipisahkan dari eksistensi Kerajaan Rokan pada masa lalu. Secara khusus areal ini merupakan kompleks makam bagi raja-raja Kerajaan Rokan keluarga kerajaan yang diperkirakan mulai difungsikan pada sekitar awal abad ke XVIII atau tahun 1800an. 




Makam Raja-Raja Rokan telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 02/BCB-TB/B/05/2007, Komplek Makam Raja Rokan ini berada di Jl. Sultan Panglima Dalam Dusun Rokan Koto Ruang Desa Rokan Koto Ruang Kecamatan IV Koto Rokan Kabupaten Rokan Hulu.

                                    

Situs Makam berada dilaha datar yang berada tidak jauh dari Sungai Rokan. Makam raja-raja Rokan berada dalam kompleks pemakaman umum. Makam berada di dalam pagar besi. Kompleks makam dilengkapi dengan gerbang/pintu masuk dalam berbahan bata, semen setinggi 3 m. Dalam Komplek Pemakaman ini  setidaknya terdapat 35 makam yang sudah bercampur antara makam kuno dan makam baru. Makam raja-raja Rokan sendiri tidak dapat diidentifikasi, namun dari morfologi nisan makam diperkirakan makam Raja Rokan berjumlah tiga (3) makam. Bangunan makam sudah dilengkapi dengan jirat berbahan batu sungai yang direkatkan dengan cor semen. Makam sudah dikategorisasikan pada makam Islam, terlihat pada orientasi nisan makam sudah Utara-Selatan. Nisan makam Raja Rokan menggunakan bahan batu granit berwarna abu-abu kehitaman. Pada makam raja-raja Rokan terdapat duabentuk nisan yaitu, bentuk nisan pertama berbetuk bulat seperti gada dengan ukuran 64 x 18 cm, sedangkan nisan kedua berbentuk kerucut dengan ukuran 43 x 18 cm. Kedua bentuk nisan ini terbuatdari batu andesit yang berbentuk gada




Cara Menuju ke Lokasi Istana Rokan, Rokan Hulu

Untuk mengunjungi Makam Raja  Rokan  yang berada di Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten  Rokan Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan  lebih kurang sejauh seratus enam puluh lima kilometer , dengan waktu tempuh normal 3 hingga 3,5 jam perjalanan. Perjalanan dilakukan menuju Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat dilakukan melalui  akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang Anda cari. 
Cagar budaya adalah daerah yang kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dari bahaya kepunahan. Menurut UU no. 11 tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Ada Lima Kategori Cagar Budaya yaitu sebagai berikut :
Benda
Benda cagar budaya adalah benda alami atau buatan manusia, baik bergerak atau tidak, yang punya hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan sekarang. 
Bangunan
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding, tidak berdinding dan atau beratap.
Struktur
Struktur Cagar Budaya adalah suatu susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia. 
Situs
Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. 
Kawasan
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. 

Rokan Hulu Negeri Seribu Suluk memiliki Banyak Cagar Budaya  , namun sayangnya Cagar Budaya tersebut tidak terawat dengan baik dan Statusnya belum semuanya di tetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat , berikut kami rangkum Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Rokan Hulu :
Keberadaan Kompleks makam Raja-Raja Rambah ini tidak terlepas dari eksistensi Kerajaan Rambah. Kerajaan Rambah merupakan salah satu dari lima Kerajaan Melayu di daerah Rokan Hulu.

Kerajaan Rambah diperkirakan berdiri sekitar pertengahan abad ke XVII Masehi dan
sudah menganut Agama Islam. Kerajaan Rambah ini memakai sistem Raja Empat Selo yaitu tiga anak raja, satu anak raja-raja. Secara hierarki, Kerajaan ini masih memiliki pertalian saudara dengan Kerajaan Tambusai.
 


Pendiri Kerajaan adalah Raja Muda beserta rombongan Sutan Perempuan. Raja Muda adalah anak dari Raja Kerajaan Tambusai, sedangkan rombongan dari Sutan Perempuan berasal dari Penyabungan. Mereka mencari lokasi kerajaan dengan mengikuti arus sungai ke hulu. Mereka menemukan satu lokasi yang dianggap tepat dan menjadikannya sebagai kerajaan. 

Dari hasil pantauan pada salah nisan di kompleks makam ini, terdapat angka tahun yang menunjukkan 1292 H atau sekitar 1871 m. Dalam kompleks makam tersebut, setidaknya ada sebelas (11) Raja Rambah yang dimakamkan, diantataranya adalah :
  1.  Gapar Alam Jang Dipertuan Muda
  2.  Mangkoeta Alam Jang Dipertua Djumadil Alam
  3.  Alam Sakti
  4.  Poetra Mansyoer
  5. Soeloeng Bakar yang Dipertuan Besar
  6. Abdoel Wahab Yang Dipertuan Besar (Alm. Kajo)
  7. Ali Domboer Jang Dipertuan Besar (Alm. Saleh)
  8. Sati Lawi Jang Dipertuan Besar (Alm. Pandjang Janggoet)
  9. Sjarif Jahja Jang Dipertuan Moeda 
  10. Ahmad Kosek Jang Dipertuan Djoemadil Alam
  11.  Muhammad Sjarif Jahja Jang Dipertuan Besar (Alm. Besar Tangan Sebelah)

Pemakaman ini merupakan kompleks pemakaman raja raja Rambah yang kedua. Lokasi pertama berada di Kampung Rambahan Tanjung Beling. Secara arkeologis, makam raja-raja rambah mengunakan nisan tipe Aceh.
 
Keberadaan kompleks makam ini diperkirakan mulai ada pada awal tahun 1800-an. Kompleks pemakaman ini dahulunya berada dalam kompleks istana Kerajaan Rambah yang berada di pinggir sungai Rokan Kanan dengan jarak sekitar 250 meter dari jalan raya Pasir Pengaraian - Dalu-Dalu. 

Makam Raja Raja Rambah telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tidak Bergerak di Kabupaten Rokan Hulu oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya : 11/BCB-TB/B/05/2007

Gambaran Mengenai Makam Raja-Raja Rambah dapat dilihat pada video berikut 




SDN 001 Rambah merupakan SD Tertua di Rokan Hulu atau mungkin bisa saja menjadi SD Tertua di Riau, Bangunan SDN 001 Rambah ini pada awalnya merupakan sekolah pada zaman Kolonial Belanda yaitu HIS (Hollands Inlandse School) yang dibangun pada tahun1916.

Secara umum HIS merupakan sekolah yang diperuntukan untuk pribumi. Kurikulum yang dipakai HIS adalah sesuai yang tercantum dalam Statuta 1914 No.764, yaitu meliputi semua pelajaran ELS (EuropeseLagere School).

Di HIS diajarkan membaca dan menulis bahasa daerah dalam aksara Latin dan Melayu dalam tulisan Arab dan Latin dan bahasa Belanda. Latar belakang berdirinya HIS ini, tidak terlepas dari perkembangan pendidikan di zaman kolonial Belanda dan diberlakukannya “Politik Etis” di Indonesia. Secara umum politik etis ini juga disebutkan sebagai “balas budi” dari kolonial Belanda kepada daerah jajahan terkait berbagai perlakukan terhadap daerah jajahannya.


Pengaruh “politik etis” dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda (Indonesia). Secara umum dasar didirikannya HIS adalah keinginan yang kuat dari rakyat Indonesia sendiri untuk mendapatkan pendidikan ala Barat. Dikemudian hari, hal tersebut akan meningkatkan taraf pemikiran pemuda-pemudi Indonesia untuk bergerak menyongsong kemerdekaan dikemudian hari.
 

Bangunan ini dari dahulu sampai sekarang masih tetapdifungsikan sebagai pusat pendidikan. Sekarang bangunan ini berada dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu yang difungsikan sebagai sekolah SDN 001 Rambah. 


Secara umum bangunan ini masih asli (tanpa perubahan). Sedangkan bangunan sekolah lainnya pada sisi kiri-kanan bangunan merupakan bangunan baru. Bangunan ini persis berada di Jalan Diponegoro atau persisnya berada di Depan Taman Kta Pasir Pengaraian. Bangunan sekolah ini memiliki arsitektur Melayu berbentuk rumah panggung dengan jarak dari tanah sekitar 1 meter.
 

Bangunan berdenah empat persegi panjang yang dibagi atas ruang-ruang dengan jumlah sebanyak 5 ruang. Bangunan ini memiliki pintu sebanyak 10 buah pintu dengan tiap ruang memiliki pintu sebanyak 2 buah yaitu pada bagian depan dan belakang yang posisinya bersamaan, sedangkan jendela sebanyak 20 buah jendela. Tinggi bangunan 6 meter dengan panjang 33 m, lebar 6 meter dengan luas 198 m2. Bangunan ini berada dalam lingkungan sekolah yang mana di samping kiri dan kanan belakang bangunan ini telah berdiri bangunan baru.


Bangunan Sekolah SDN 001 Rambah telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tidak Bergerak di Kabupaten Rokan Hulu oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya : 08/BCB-TB/B/05/2007

SDN 001 Rambah secara singkat dapat dilihat pada video berikut :
 


Benteng Tujuh Lapis terletak di Dalu-Dalu Lingkungan Benteng Tujuh Lapis Kelurahan Tambusai Tengah Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu . Benteng ini berada dalam kawasan pemukiman penduduk, dan berada di pinggir sungai sosah. Benteng ini berjarak sekitar 30Km dari Pasir Pangaraian Ibukota kabupaten Rokan Hulu dan sekitar 210km dari pekanbaru Ibukota  Provinsi Riau.


Sejarah pendirian benteng ini tidak terlepas dari Tuanku Tambusai, Tuanku Tambusai lahir pada masa zaman kekuasaan Duli yang dipertuan Besar Radja ke-14 Kerajaan Tambusai. Nama asli Tuanku Tambusai adalah Muhammad Saleh, bapaknya bersama Maulana Kali, seorang Qadhi, alim ulama, dan Imam  dalam Kerajaan Tambuaai. Masa kecil Tuanku Tambusai dihabiskan di tempat-tempat dengan nilai religius karena sering mengikuti kegiatan bapaknya yang seorang Imam Tambusai.
Tuanku Tambusai memiliki sifat yang menarik perhatian orang yaitu  pendiam, cepat mengerti dan memiliki pendirian yang kokoh. Tuanku Tambusai memperdalam  ilmu dan pengetahuan agamanya di Minangkabau , ia berguru Kepada Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Rao) dan kemudian ia ke Mekkah. Setelah kembali ke kampung halamannya Tuanku Tambusai muda menggantikan kedudukan Ayahnya sebagai seorang Qadhi.

Meriam Peninggalan Tuanku Tambusai
                                       
Bersama Tuanku lmam Bonjol dan Tuanku Rao, Tuanku Tambusai mencetuskan pemikiran pembaharuan di bidang agama Islam (pemberantasan bid'ah serta. hal-hal yang bertentangan dengan Islam). Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Rao di daerah Bonjol dan Rao, sedangkan Tuanku Tambusai di daerah Tambusai. 

Mereka secara bersama bergabung dalam satu wadah yang dinamakan  "Kaum Paderi""yang dipimpin oleh Peto  Syarif yang kemudian terkenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol. 

Sebelum Tuanku imam Bonjol, Tuanku Rao dan Tuanku Tambusai berjuang dengan Gerakan Kaum Paderi, gerakan Paderi telah dirintis mulai Tahun 1803 oleh Haji  Miskin,  Haji  Sumanik dan Haji Piobang dan Gerakan ini    ditentang oleh kaum adat  dan  terjadilah  perperangan saudara antara keduanya dan kaum Adat dibantu oleh Belanda.  Momen ini dimanfaatkan oleh Belanda  untuk   ikut   campur   dalam tatanan kehidupan masyarakat   minangkabau  hingga akhirnya terjadilah Perang antara Kaum Paderi dan Kolonial Belanda.

Salah Satu Lapis Dari Benteng Tujuh Lapis

Benteng Tujuh Lapis Dalu-Dalu ini didirikan pada tahun 1835 oleh Tuanku Tambusai yang fungsinya sebagai kubu perlahanan dalam melawan penjajah Belanda. Pada awalnya benteng ini dinamai Kubu Aur Duri, karena parit dan tanggul pertahanan benteng ini di perkuat dengan aur berduri.

Benteng ini
sargat kokoh dan kuat, benteng terdiri dari tanggul pertahanan yang berjumlah tujuh lapis dan tiap lapis dilapisi lagi oleh kubu kubu kecil dan ditamai  bambu berduri. Bagian belakang benteng langsung berhubungan dengan Sungai Sosah sebagai jalur pelarian untuk menyelamatkan diri,

Benteng Tujuh Lapis berulang kali diserang oleh Belanda namun selalu gagal
, Pada tanggal 27 November 1873. Kolonel Michiels diangkat menjadi Gubernur Militer baru untuk menghadapi Tuanku Tambusai, karena kuatnya pertahanan Benteng Tujuh Lapis , Kolonel Micheils meminta bantuan pasukan dari Batavia. Pasukan bantuan ini terdiri dan empat kompi dari pasukan Batalyon ke-6 dan di bantu pasukan pribumi yang berpihak kepada Belanda. Selain itu Micheils dibantu  Mayor Bethoven yang bergerak dari Lubuk Sikaping dengan 1.500 pasukan dan juga Mayor Weslenberg  dengan 2 kompi pribumi.



Gelanggang Silat Tuanku Tambusai
Gelanggang Silat Tuanku Tambusai

Menurut Laporan Micheils kepada atasannya tertanggal 12 Februari 1839 ,bahwa Banyak Korban Jiwa dari Belanda antara lain  Mayor Bethoven tewas, dan Kolonel Micheils berhasil merebut Benteng Tujuh Lapis pada tanggal 28 Desember 1838 , dan Tuanku Tambusai berhasil melarikan diri dan Hijrah ke Malaysia dan hingga di penghujung hidupnya Tuanku Tambusai wafat dan dimakamkan di Malaysia dan Dulunya sudah ada upaya dari Pemerintah Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau untuk memindahkan Makam Tuanku Tambusai dari Malaysia ke Indonesia, namun usaha tersebut gagal, di Malaysia Tuanku Tambusai di anggap Tokoh dan juga Penyebar Agama Islam. 

Kokohnya pertahanan Benteng Tujuh Lapis ini dapat dilihat dari lamanya waktu pertempuran dalam merebut Benteng , berdasarkan Catatan Kolonel Michels ia dan pasukan bertempur selama 11 hari hingga akhirnya Benteng berhasil dikuasai. Salah satu faktor penyebab adanya rasa cinta tanah air yang tinggi di kalangan para pengikut Tuanku Tambusai adalah karena faktor wibawa, jiwa kepemimpinan yang baik, tidak mau kompromi, serta kecerdasan yang di miliki oleh Tuanku Tambusai, Tuanku Tambusai dapat menyatakan pengikutnya yang berasal dari kelompok etnis yang berbeda seperti Melayu, Mandailing dan Minangkabau yang mendiami tiga wilayah yang berlainan (Minangkabau, Melayu dan Mandailing). 
 
Bekas Lokasi pengintaian yang dijadikan Rumah Penduduk

Karena
perjuangan dan kehebatannya, oleh pihak Belanda Tuanku Tambusai di juluki Padriesche Tiger van Rokan' atau Harimau Paderi dari Rokan yang bertempur di Riau, Tapanuli dan Minangkabau bagian utara. Dan berkat jasa-jasa dan kepahlawanannya dalam melawan penjajah Belanda , Pemerintah Republik Indonesia Menetapkan Tuanku Tambusai Sebagai Pahlawan Nasional melalui Ketetapan SK. No. 071/TK/Tahun 1995 arggal 7 Agustus 1995 .




Berdasarkan
data yang didapat bahwa benteng Tujuh Lapis pada Tahun 1838 berbentuk segi empat yang terdiri dari gundukan tanah (disebut Kubu) dan diantara kubu kubu dialiri air dengan dealaman 7 hingga 10 meter  dan disekeliling benteng ditanam bambu berduri  dan pintu gerbang benteng dibuat tiga lapis dari kayu dan diberi lubang untuk pengintai dan menembak musuh. Kini kawasan sekitar Benteng dijadikan penduduk sebagai tempat tinggal, dan di sekitar Benteng terdapat sebuah laman silat dan juga sebuah tanah kosong yang luas dan sering dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga, berkemah serta kegiatan sosial masyarakat lainnya.

Kini Kawasan Benteng telah direvitalisasi dengan dibangunnya penerangan disekitar Benteng, kemudian juga dibuat tanggul untuk menghindari abrasi sungai, serta di buat tempat duduk untuk bersantai warga serta wisatawan yang ingin berkunjung dan disekitar Benteng dengan jarak sekitar 2 km dibangun Diorama Perjuangan Tuanku Tambusai.


Cara Menuju Lokasi Benteng Tujuh Lapis
Untuk mengunjungi lokasi Benteng Tujuh Lapis  yang berada di Kecamatan Tambusai Kabupaten  Rokan Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan  lebih kurang sejauh dua ratus kilometer , dengan waktu tempuh normal 4 ,5 hingga 5 jam perjalanan. Perjalanan dilakukan menuju Tambusai Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat dilakukan melalui  akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang Anda cari. 

Selain itu untuk memudahkan serta kenyamanan anda juga dapat menggunakan Jasa Travel Pekanbaru - Tambusai dengan Biaya Rp.120.000,- sekali Perjalanan, Alam Travel menjadi salah satu Referensi kami untuk Perjalanan Pekanbaru - Tambusai atau sebailknya Tambusai - Pekanbaru , keramahan Supir dan juga keamanan dalam mengemudi Kendaraan menjadi Ciri Khas dari Alam Travel. Untuk menikmati perjalanan bersama Alam Travel dapat menghubungi Nomor 08217228279.