Sebelum Perang Dunia II pemerintah kolonial Belanda telah membuat rencana pembangunan jaringan jalan rel kereta api yang menghubungkan pantai timur dan pantai barat Sumatera, yang akhirnya akan meliputi seluruh pulau Sumatera. Jalur Muaro ke Pekanbaru adalah bagian dari rencana itu. Tapi hambatan yang dihadapi begitu berat, banyak terowongan, hutan-hutan dan sungai serta harus banyak membangun jembatan. Karena belum dianggap layak, rencana itu tersimpan saja di arsip Nederlands-Indische Staatsspoorwegen (Perusahaan Negara Kereta Api Hindia Belanda).

Peta Jalur Kereta Api Sumatra yang menghubungkan Pekanbaru dan Muaro,
SUMATRA RAILWAY PEKANBAROE-MOERO

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942 , Jepang mengetahui rencana Kolonial Belanda. Penguasa militer Jepang melihatnya sebagai jalan keluar persoalan yang mereka hadapi. Pembangunan jalan rel yang menghubungkan Sumatera Barat dan pantai timur Sumatera akan membuat jalur transportasi yang menghindari Padang dan Samudera India yang dijaga ketat kapal perang Sekutu. Jalan kereta api baru itu akan memperluas jaringan Staatsspoorwegen te Sumatra’s Weskust (SSS) sepanjang 215km ke pelabuhan Pekanbaru. Dari sana, melalui Sungai Siak akan mudah mencapai Selat Melaka

Lokomotif Tua di Desa Lipatkain Selatan
 



SEJARAH

Kerajaan Segati didirikan oleh Tuk Jayo Sati, cucu dari Maharajo Olang dari Kuantan. Lokasi kerajaan berada di hulu Sungai Segati, 15 km dari Negeri Langgam sekarang, di tepi Sungai Kampar (Saat ini Kerajaan Segati berada di Desa Segati Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan). Pada awalnya, pusat kerajaan berada di Ranah Tanjung Bungo, Negeri Langgam sekarang. Kemudian, oleh putranya yang bernama Tuk Jayo Tunggal, pusat kerajaan dipindahkan ke Ranah Gunung Setawar, di hulu Sungai Segati. Dalam perkembangannya, kemudian datang utusan dari Negeri Gunung Sahilan ke Segati membawa lada hitam. Raja Segati, Tuk Jayo Tunggal membeli lada tersebut dan menjualnya ke Kota Macang Pandak Kuantan. Sejak saat itu, perdagangan lada antara Segati dengan Kuantan mulai ramai dan berkembang. Perdagangan bertambah ramai, seiring dengan datangnya utusan dari Gunung Hijau (diduga Pagaruyung) yang menawarkan timah. Tuk Jayo Tunggal membeli timah ini dan memperdagangkannya di Bandar Sangar, Kuala Kampar. Setelah Tuk Jayo Tunggal meninggal, putranya, Tuk Jayo Alam naik tahta menggantikannya Di masa Tuk Jayo Alam berkuasa, Kerajaan Segati yang berpusat di Negeri Ranah Gunung Setawar mencapai kejayaannya. Dalam relasi perdagangan antara Segati dengan Kuantan dan Sangar, berbagai komoditas diperdagangkan, seperti rempah-rempah, terutama cabe. Perkembangan pesat Kerajaan Segati ternyata telah menimbulkan perasaan iri pada kerajaan tetangga, yaitu Gassib. Dengan dipimpin oleh Hulubalang Panglima Puto, Raja Gassib kemudian menyerang Kerajaan Segati dan dapat menguasai Negeri Ranah Gunung Setawar. Raja Segati, Datuk Jayo Alam melarikan diri ke hulu Sungai Segati. Di sini, raja dan para pengikutnya membangun negeri baru yang mereka sebut Negeri Segati. Disebut demikian, karena perbekalan raja ketika itu tinggal sekati lada. Oleh karena itu, negerinya dinamai negeri Segati. Dari Segati, raja kembali menyusun kekuatan dan menyerang Gassib yang menguasai negerinya. Dalam serangan tersebut, Datuk Jayo Alam berhasil merebut kembali Ranah Gunung Setawar, sementara hulubalang Gassib melarikan diri ke negeri asalnya. Walaupun Ranah Gunung Setawar telah dikuasainya kembali, namun, Datuk Jayo Alam tetap memerintah dari Segati, sehingga pusat kerajaannya tetap di sana. Setelah Tuk Jayo Alam meninggal dunia, ia diganti oleh putranya, Tuk Jayo Laut. Dinamakan demikian, karena ia sering berlayar ke laut. Pada masa ini, perdagangan lada bertambah ramai. Tuk Jayo Laut digantikan oleh putranya, Tuk Jayo Tinggi, kemudian digantikan oleh Tuk Jayo Gagah. Tuk Jayo Gagah digantikan oleh Tuk Jayo Kolombai dan kemudian digantikan oleh Tuk Jayo Bedil. Tuk Jayo Bedil adalah raja yang pertama menggunakan bedil. Pada masa Tuk Jayo Bedil, perdagangan dengan Malaka tak dapat lagi dilakukan, karena Malaka telah dikalahkan oleh bajak laut Peringgi (Portugis). Oleh karena itu, perdagangan hanya dilakukan dengan Kuantan melalui Negeri Ranah Koto Macang Pandak. Pada waktu itu, datanglah utusan dari Tuk Sangar Raja Dilaut meminta bantuan untuk menyerang Peringgi di Malaka. Tuk Jayo Bedil menyetujui permintaan itu dan mengirimkan angkatan perangnya, dipimpin oleh Panglima Kuntu. Bersama Tuk Sangar Raja Dilaut, Panglima Kuntu menyerang Peringgi di Laut Simpang Empat, di Pulau Siapung Atas (Serapung). Saat itu, kedua panglima ini sangat terkenal dengan angkatan lautnya yang tangguh, yang menguasai Kuala Kampar. Setelah Tuk Sangar Raja Dilaut tua, beliau digantikan oleh putranya, Tuk Sangar Raja Dilaut Muda. Berkaitan dengan Panglima Kuntu, ia ditarik kembali ke Segati, dan pasukan dipimpin oleh Orang Besar Segati yang berasal dari Gunung Hijau bersama dengan Sultan Peminggih. Di bawah pimpinan kedua hulubalang muda ini, banyak kapal Peringgi dikaramkan. Bertahun-tahun kemudian, datanglah utusan dari Aceh. Karena penduduk Segati masih memeluk agama Hindu-Budha, maka Aceh menuntut agar Segati memeluk agama Islam. Tuntutan Aceh ini ditolak oleh Tuk Jayo Bedil. Dalam perkembangannya, Aceh terus melakukan ekspedisi untuk menaklukkan daerah pesisir timur Sumatra. Karena Segati adalah salah satu negeri yang memperdagangkan lada, Aceh menganggap perlu untuk menaklukkan Segati. Dengan alasan penyebaran agama Islam, Aceh kemudian menyerang dan menghancurkan Segati hingga rata dengan tanah. Dalam proses serangan tersebut, ekspedisi Aceh menggunakan jalur sungai, dengan berperahu ke arah hulu Sungai Kampar. Ketika itu, pasukan Acceh melewati daerah kekuasaan Tuk Raja Sangar Dilaut di Sungai Kampar, namun, Tuk Sangar tidak menghalangi Aceh, sebab dianggap teman sejawat dalam memerangi Portugis. Selanjutnya, dengan leluasa, Aceh terus berlayar ke arah hulu Sungai Kampar dan langsung dapat menyerang Segati. Tentu saja Segati bukan tandingan Aceh yang memiliki pasukan terlatih itu. Setelah bertempur selama beberapa hari, Segati dapat ditaklukkan dan diratakan dengan tanah. Pasukan Aceh selanjutnya melanjutkan serangan ke arah Siak di mana berdiri Kerajaan Gasib. Sebagaimana Segati, Gassib dapat ditaklukkan oleh pasukan Aceh. Setelah Segati kalah, Tuk Jayo melarikan diri ke daerah Petalangan Napuh, kemudian terus ke Kuantan. Bekas-bekas penaklukan Aceh saat ini masih dapat kita jumpai dengan adanya tempat-tempat yang bernama Rencong Aceh, Pangkalan Aceh, dan Lubuk Aceh. Pada tahun-tahun berikutnya, di Segati didirikan negeri baru dengan nama Tambak, tak lama kemudian, lokasinya dipindahkan ke muara sungai dengan nama baru: Langgam. 

SILSILAH
Berikut ini silsilah raja yang pernah berkuasa di Segati, yaitu: 
1. Tuk Jayo Sati 
2. Tuk Jayo Tunggal 
3. Tuk Jayo Alam 
4. Tuk Jayo Laut 
5. Tuk Jayo Tinggi 
6. Tuk Jayo Gagah 
7. Tuk Jayo Kolombai
8. Tuk Jayo Bedil 

Sepanjang sejarah Kerajaan Segati, sekurangnya telah berkuasa delapan orang raja. Namun, belum diketahui secara detail periode masing-masing raja tersebut. Kerajaan Segati ini sezaman dengan Kerajaan Aceh dan Malaka. Maka, bisa diperkirakan bahwa, kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-15 hingga ke-16 M. 

WILAYAH KEKUASAAN
Segati hanyalah sebuah kerajaan kecil, dengan luas wilayah diperkirakan hanya mencakup beberapa desa yang ada di hulu Sungai Segati. Jika dibandingkan secara geografis, mungkin luas wilayahnya setara dengan luas kecamatan saat ini. Saat itu, Kerajaan Segati menguasai bagian hulu Sungai Segati, sekitar daerah Langgam sekarang. 

Saat ini Kerajaan Segati berada di Desa Segati Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, saat ini masyarakat Segati sebagian besar hidup dari bertani, mereka memiliki lahan Perkebunan Sawit dan juga Karet. Desa Segati memiliki hutan dan kayu yang sangat banyak terutama akasia sebagai bahan baku kertas . Hutan Segati saat ini dikelola oleh PT.Siak Raya Timber (SRT) dan juga PT.Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang konon menurut warga sekitar RAPP tidak memiliki izin. Hingga saat ini sering terjadi sedikit perselisihan antara warga desa Segati dengan pihak RAPP, warga Segati menuntut agar RAPP menghentikan aktifitasnya, membuka jalan masyarakat yang ditutup perusahaan dan tidak menyerobot lahan masyarakat dan selain itu juga warga meminta PT.RAPP untuk tidak memperluas pengambilan kayu dan pembukaan lahan untuk penanaman akasia di desa Segati. Hal ini mengingat pihak perusahaan telah melakukan penyerobotan lahan masyarakat di wilayah Datuk Antan-Antan Batin Rajo
 

,
PASIR PUTIH PANTAI SOLOP

Pantai Solop adalah pantai yang indah dan berpasir putih yang terdapat di kawasan Hutan Bakau. Hutan Bakau yang mengelilingi Pantai Solop merupakan Hutan Bakau terindah di Indonesia. Untuk menuju Pantai Solop ini kita melewati jembatan beton yang menyerupai dermaga. Pantai Solop ini berada di Kecamatan Mandah Kabupaten Indragiri Hilir. Pantai Solop ini dipopulerkan Oleh Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal melalui sebuah lagu zapin, yang dikenal dengan Zapin Pantai Solop.

GEOGRAFIS
Kecamatan Peranap memiliki luas daerah sebesar 1.700,98 Km2 (20.75% dari luas Kabupaten Indragiri Hulu) yang terdiri dari 12 Desa/Kelurahan yaitu Kelurahan Peranap,Kelurahan Baturijal Hilir, Desa Pauhranap, Desa Semelinang Tebing, Desa Katipo Pura, Desa Semelinang Darat, Desa Pandan Wangi, Desa Serai Wangi,  Desa Baturijal Barat, Desa Baturijal Hulu, Desa Setako Raya, Desa Gumanti.

MESJID RAJA PERANAP
Peranap merupakan salah satu kota penyangga di Kabupaten Indragiri Hulu, berada sekitar 250km dari Kota Pekanbaru. Dari Kota Pekanbaru perjalanan ke Peranap dapat dilalui melalui sarana transportasi Umum Kendaraan Roda Empat yang biasa disebut dengan Travel atau superben, dengan biaya perjalanan. Rp.50.000.

BATAS WILAYAH
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Pelalawan
- Sebelah Selatan dengan Propinsi Jambi
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Kuantan Singingi
- Sebelah Timur dengan Kecamatan Kelayang
KOMPANG : TRANSPORTASI SUNGAI YANG TERDAPAT DI PERANAP

Makam Raja Pelalawan ini terdapat di Keluarahan Pelalawan kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan. makam ini merupakan salah satu situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pelalawan dan peninggalan dari 'Kerajaan Pelalawan'


Indragiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Indra” yang berarti mahligai dan “Giri” yang berarti kedudukan yang tinggi atau negeri, sehingga kata indragiri diartikan sebagai Kerajaan Negeri Mahligai. Kerajaan Indragiri diperintah langsung dari Kerajaan malaka pada masa Raja Iskandar yang bergelar Narasinga I. Pada generasi Raja yang ke 4 (empat) barulah istana Kesultanan Indragiri didirikan oleh Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan NaraSinga II yang bergelar Zirullah Fil Alam. Istana Kerajaan Indragiri salah satu objek Wisata Riau yang paling ramai dikunjungi.


ISTANA KERAJAAN INDRAGIRI
Indragiri derived from the Sanskrit of "Indra", which means palace and "Giri" which means a high status or country, so the word is defined as the Empire State Indragiri kingdom of Indragiri palace ordered directly from the Kingdom of Malacca at the time of Raja Iskandar whose surname Narasinga I. On the generation of the King of the 4 (four) then the Sultanate of Indragiri palace was founded by Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan NaraSinga II who holds Zirullah Fil Alam.
Situs Cagar Budaya Makam Raja- Raja Japura ini berada di Desa Japura, Kecamatan Lirik Kabupaten Indragiri Hulu. Disitus cagar budaya ini terdapat Makam Raja Japura dan Makam Datuk Bendahara idah Hitam 


KELENTENG DI KOTA BAGANSIAPIAPI
RUMAH SAKIT DI KOTA BAGANSIAPIAPI (TAHUN 1950an)

RUMAH WARGA BELANDA DI KOTA BAGANSIAPIAPI (TAHUN 1950AN)
GEREJA DIKOTA BAGANSIAPIAPI DITAHUN 1950AN
RUMAH WARGA BELANDA DI KOTA BAGANSIAPIAPI (TAHUN 1950AN)

Sumber :
Dokumentasi Photo Pribadi Milik Warga Belanda yang pernah tinggal di Bagansiapiapi di Tahun 1950an
Provinsi  Riau ditetapkan menjadi tuan rumah Islamic Solidarity Games (ISG) ke 3 tahun pada tahun 2013 , Islamic Solidarity Sport Federation (ISSF) menetapkan Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan event olahraga yang diikuti 57 negara-negara anggota Konfrensi  Islam (OKI) sedunia. Penunjukan "Provinsi Riau menjadi tuan rumah ISG III tahun 2013", secara resmi berlangsung di Jeddah Conference Palace , Kamis (28/4). Dalam acara Host Country Aggreement ISG III-2013 hadir Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Andi Alfian Malarangeng, Ketua Umum KONI, Rita Subowo dan Gubernur Riau HM Rusli Zainal. Dari pihak ISSF hadir Executive Vice President dan Chief Executive Bureau, HRH Prince Faisal Fahd Abdul Aziz.
Gubernur Riau Rusli Zainal,menjamin bahwa pelaksanaan ISG di Riau akan berjalan dengan sukses dan lancar karena letak Riau sangat strategis dan berdekatan dengan regional asia lainnya sehingga gaung dan promosinya akan cukup besar, selain itu Riau mempunyai modal persiapan dan Infrastruktur olahraga pendukung karena ditahun 2012 Riau menjadi Tuan Rumah Pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVIII

Selain melakukan penjelasan secara lisan mengenai kesanggupan Riau untuk menjadi Tuan Rumah Pelaksanaan Islamic SOlidarity Games 2011, Pihak Provinsi Riau (Indonesia) juga melakukan sosialisasi melalui buku tentang Riau yaitu dengan Judul The Green Riau Indonesia dan Riau Indonesia Ready for An International Sport Event.
ASYKAR THEKING adalah sekelompok Suporter PSPS PEKANBARU. Asykar Theking dilekrasikan  pada tanggal 21 Desember tahun 2002. Saat ini anggota Asykar Theking sudah mencapai ribuan orang yang tersebar diseluruh Wilayah Provinsi Riau hingga ke Luar provinsi Riau,seperti Padang, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Batam, Solo, Semarang dll.



ASYKAR THEKING is a group of supporters PSPS Pekanbaru. Asykar Theking dilekrasikan on December 21, 2002. Currently Theking Asykar members has reached thousands of people who are scattered throughout the area to the Outer Riau Province Riau province, such as Padang, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Batam, Solo, Semarang, etc..
Tari Manggar adalah tari yang dibawakan oleh " Sanggar Tari Balairung Art Production" . Dalam rangka Hari Jadi Kota Pekanbaru,digelar suatu Rangkaian acara dengan Tajuk RENTAK SENI BUDAYA MELAYU SERUMPUN dalam acara ini Balairung Art Production ikut andil dengan membawakan sebuah Tarian yang  yaitu "Tari Manggar"

Tari Manggar menceritakan mengenai Sejarah Kota Pekanbaru, yaitu ditemukannya sebuah Kota yang bernama Sena yang kini dikenal dengan nama Senapelan.


Tari Topeng Mak Yong dibawakan oleh " Sanggar Tari Malay" . Dalam rangka Hari Jadi Kota Pekanbaru,digelar suatu Rangkaian acara dengan Tajuk RENTAK SENI BUDAYA MELAYU SERUMPUN dalam acara ini Sanggar Tari Malay ikut andil dengan membawakan sebuah Tarian yang  yaitu "Tari Mak Yong"
MAK YONG adalah teater tradisional di Kepulauan Riau yang di angkat menjadi sebuah tarian yang menceritakan kenakalan AWANG ( Prajurit ). AWANG diperintahkan oleh  CIK WANG ( sang raja ) untuk berlatih, tetapi AWANG malah mengganggu  INANG ( dayang - dayang ). Hingga akhirnya AWANG ketahuan oleh CIK WANG mengganggu para INANG sehingga AWANG dimarahi oleh CIK WANG

Tari Kipas Mendu dibawakan oleh " Sanggar Tari Malay" . Dalam rangka Hari Jadi Kota Pekanbaru,digelar suatu Rangkaian acara dengan Tajuk RENTAK SENI BUDAYA MELAYU SERUMPUN dalam acara ini Sanggar Tari Malay ikut andil dengan membawakan sebuah Tarian yang  yaitu "Tari Kipas Mendu"
Dalam Tarian Kipas Mandu, Kipas hakekatnya sebagai alat bantu. Bila di Kipas menjadi sejuk, bila sejuk dikipas menjadi marah. Kipas bisa juga menjadi senjata, tergantung yang memakainya. "Tari Kipas Mendu" diangkat dari teater Tradisional "MENDU" yang masih melekat pengaruh zaman kolonial di Kepulauan riau. Tarian ini diangkat dalam suasana yang kental dengan islam

Tarian ini dibawakan oleh " Sanggar Tari Panglima" Kabupaten Pelalawan. Dalam rangka Hari Jadi Kota Pekanbaru,digelar suatu Rangkaian acara dengan Tajuk RENTAK SENI BUDAYA MELAYU SERUMPUN dalam acara ini Sanggar Tari Panglima ikut andil dengan membawakan sebuah Tarian yang  berpijak pada tradisi masyarakat di Kabupaten Pelalawan, khususnya Suku Laut di Kecamatan Teluk Meranti yang biasa menggunakan Ambong sebagai alat untuk mengumpulkan dan membawa Niau (Kelapa). Pada garapan tari ini digambarkan bahwa ambong sebagai properti tari dapat dimainkan juga sesuai dengan kebiasaan masyarakat memperlakukan ambong itu. Ambong dipikul, ambong dijunjung, ambong dihentak, ambong digoyang, ambong digegar, ambong ditungkup.