Sebelum Perang Dunia II pemerintah kolonial Belanda telah membuat rencana pembangunan jaringan jalan rel kereta api yang menghubungkan pantai timur dan pantai barat Sumatera, yang akhirnya akan meliputi seluruh pulau Sumatera. Jalur Muaro ke Pekanbaru adalah bagian dari rencana itu. Tapi hambatan yang dihadapi begitu berat, banyak terowongan, hutan-hutan dan sungai serta harus banyak membangun jembatan. Karena belum dianggap layak, rencana itu tersimpan saja di arsip Nederlands-Indische Staatsspoorwegen (Perusahaan Negara Kereta Api Hindia Belanda).
Peta Jalur Kereta Api Sumatra yang menghubungkan Pekanbaru dan Muaro,
Peta Jalur Kereta Api Sumatra yang menghubungkan Pekanbaru dan Muaro,
Lokomotif Tua di Desa Lipatkain Selatan |
Pekerjaan dimulai September 1943. Para Romusha membangun fasilitas perkeretaapian dan badan jalan rel di Pekanbaru. Mei 1944 para tawanan perang mulai berdatangan. Tapi sebagian romusha dan tawanan perang tidak pernah sampai ke Pekanbaru. Banyak yang terbunuh ketika kapal yang mereka tumpangi tenggelam terkena torpedo Sekutu. Kapal yang mereka tumpang bernama Kapal Maru Junyo dan Waerwijk Van. Sebagian besar romusha pekerja rel ini meninggal karena kurang makan, penyakit dan perlakuan buruk.
Sementara itu, material kereta api – rel, lokomotif dan gerbong – didatangkan juga dari tempat lain, termasuk beberapa lokomotif bekas Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) and Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). Karena Jepang terdesak waktu untuk menyelesaikan lintasan ini, pembangunan terowongan dihindari, tapi untuk melintasi sungai dan jurang masih tetap harus dibangun jembatan dari kayu yang ditebang di hutan yang dihuni harimau. Akhirnya jalan rel ini selesai pada 15 Agustus 1945, bersamaan dengan penyerahan Jepang pada Sekutu. Jalan kereta api ini tidak pernah digunakan untuk tujuannya semula, membawa batubara dari Sawah Lunto, Sumatera barat, ke Pekanbaru. Kereta api yang melalui jalan rel ini hanya kereta api pengangkut tawanan perang yang telah dibebaskan. Tidak lama setelah itu jalan rel ini ditinggalkan begitu saja. Para romusha dan tawanan perang yang mengorbankan nyawa untuk pembangunan jalan rel ini mati sia-sia.
Pembangunannya telah memakan korban jiwa romusha Indonesia dan tawanan perang Belanda, Inggris dan Australia. Diperkirakan sekitar 10.000 romusha dikuburkan sepanjang jalan rel di tengah belantara Sumatera, meski tidak aka ada yang tahu jumlah pastinya. Sehingga jalan kereta api ini dikenal juga sebagai Jalan Kereta Api Maut Sumatera ada juga yang menyebutnya Pekanbaru Rail Line, seorang penulis Belanda menyebutnya "The Death Railway"
Dalam pengerjaan jalur kereta api Pekanbaru-Muaro ini menggunakan ribuan para pekerja (romusha) yang berasal dari berbagai negara, selain dari Indonesia para pekerja yang membangun jalur rel kereta api ini juga berasal dari negara lain yang merupakan tawanan perang,ada yang berasal dari Belanda, Inggris, Australia, Amerika dan Selandia Baru. Pekerjaan awal jalur kereta api ini dimulai dari ujung Pakan Baroe (Pekanbaru), kemudian agar pengerjaan dapat dilakukan dengan cepat, dikerjakan juga jalur kereta api di Ujung Moeara. (Muaro), kedua rel tersebut baik yang dibangun dari Pekanbaru dan Muaro mengalami titik pertemuan rel pada tanggal pada 15 Agustus 1945. Dalam pengerjaan jalur Kereta api Sumatra Railway dari Pekanbaru hingga Muaro terdapat banyak Kamp para pekerja,kam-kamp itu terdapat di : "modder Lust" - Resort Lumpur, Soengeitengkrang ("Death Camp" - Rumah Sakit), Boeloeh Taratak, Loeboeksakat, Soengaipagar, Lipat Kian (sisi sungai), Kota Baroe, Logas, Ambatjan Loeboek, Koeantan-rivier - 1, Koeantan-sungai - 2, Moeara, Tapoei, Pete
LOKASI KAMP PEKERJA PEMBUAT REL KERETA API "The Death Railway" |
Di Pekanbaru terdapat sebuah jalan yang bernama Jalan Kereta Api, di Jalan Kereta Api tersebut dahulunya terdapat rel, menurut masyarakat di Sekitar Jalan Rel Api,dulunya terdapat beberapa sisa besi tua rel,dan besi-besi tersebut diambil dan dijual oleh orang tidak dikenal.
SEBUAH MONUMEN THE SUMATRA RALWAY YANG TERDAPATDI NATIONAL MEMORIAL ARBORETUM DI STAFFORDSHIRE INGGRIS |
Tidak hanya monumen lokomotif ataupun tugu pahlawan kerja saja yang menandakan bahwa dulunya terdapat Kereta Api di Riau, tetapi juga beberapa penilitian dari luar negeri, buku maupun dokumentasi poto serta replika rel kereta api dan lain-lain sebagainya juga masih ada terdokumentasi dengan rapi diluar negeri tepatnya di
HET INDISCHE SPOOR IN OORLOGSTIJD, sebuah buku ini yang bercerita tentang Jalur Kererta Api Muaro - Pekanbaru.
Sebuah replika yang menunjukkan sebuah jalur kereta api sumatra, didalam replika tersebut terdapat penunjuk arah ke Pekanbaru dan juga ke Muaro.
Menelusuri Jejak Kereta Api di Riau
Menelusuri Jejak Kereta Api di Riau
11 komentar:
Nice Postingan Bang
sungguh menarik mengetahui sejarah seperti ini :)
Wah aku baru tau tuh yang di Lipat Kain...
Ternyata memang banyak puing-puing sejarah berserakan..
Jadi ingin menyusurinya satu persatu...
Gimana nih koq dibiarkan berkarat gitu aja?
@Pojok PHOTO BLOG Mari sama 2 kita telusuri bang, bang isson idris meminta bantuan ku bang dan juga kita blogger bertuah utk menelusuri ini serta didokumentasikan utk kegiatan museum virtual kuantan singingi
Tukeran long dong...!!! link anda udah saya simpan... thank you...
Kalau sistem angkutan Kereta Api ini di hidupkan lagi bagus sekali ya ..dengan teknologi terbaru akan sangat membantu membuka daerah terisolir di Riau
xixixiixixi
Waktu saya masih SD, saya menyaksikan sebuah lokomotif yang dipotong-potong orang di sekitar (sekarang) Masjid Al-Fida' Jl. KH. Ahmad Dahlan - Sukajadi. Mungkin dari Jl. Kereta Api (Tangkerang) itu lewat Sukajadi terus relnya berujung sekitar Pasar Bawah sekarang. Entahlah..
Hayo....pemda Riau diupayakan agar bekas2 jalur kereta api di bangun kembali mulai dr muaro sampe ke pekanbaru, mungkin dengan beberapa pengalihan lajur yg sudah hilang, terutama di perkotaan.
wah baru tau ni cerita...
wah baru tau ni cerita...
Posting Komentar