Tampilkan postingan dengan label INDRAGIRI HULU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label INDRAGIRI HULU. Tampilkan semua postingan

Tersebutlah nama Elang Pulai,nama yang tidak begitu Asing bagi masyarakat Pangean dan nama Elang Pulai diabadikan menjadi sebuah Tugu. Sebelum TNI resmi dibentuk , Nusantara sudah memilki pasukan perang yang berjuang melawan penjajah Di Pangean, tersebutlah pasukan Elang Pulai.

Pada 5  Januari 1949 Pukul 10.00, pasukan payung kolonial Belanda mendarat di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri. Pertempuran pun tak terelakkan lagi. Pemerintah kabupaten dan rakyat dengan mengambil tempat di balai adat Koto Tinggi Pangean yang diprakarsai oleh Ja’far Thaher selaku wali militer bersama pemuka adat, alim ulama guru silat dan lainnya membentuk kesatuan gerilya Pangean dengan nama Elang pulai pada 25 Januari 1949. Menurut sejarah, seekor burung elang yang keramat, bersarang di pucuk kayu pulai yang tumbuh di ujung taye, yaitu tempat yang dikeramatkan karena tempat berpendamnya para guru silat pangean, tempat yang lazim diziarahi orang sampai sekarang. Setiap pasukan Elang pulai yang akan diberangkatkan ke medan perang, berziarah terlebih dahulu ke ujung Taye, berharap berhasil dan kembali dengan selamat.

Tanggal 5 Maret 1949 pasukan elang punai dipimpin oleh Harun Haban dan Intan Judin dengan 70 anggota diberangkatkan dari surau godang Teluk Pauh Pangean pukul 10.00, dilepas oleh pemuka masyarakat termasuk rang (Orang) padek-padek. Dalam pengepungan dan penyerbuan pasar Cirenti, pasukan elang pulai dibagi tiga regu, untuk regu satu jurusan timur, dipimpin oleh Harun Aban, regu dua dipimpin oleh musmil untuk jurusan dan regu tiga di selatan dipimpin oleh Intan Judin. Pukul 00.30 hari itu terjadi kontak senjata dengan dahsyat berlangsung sampai fajar terbit.

Pada 15 April 1949 Belanda datang dan masuk di Koto Rajo menuju penahan pasukan elang pulai di pematang pangean sepuluh hari, dan terjadi pertempuran sengit. Dalam pertempuran ini, pasukan Belanda mundur ke Koto Rajo. 3 orang pasukan elang terjebak, Leman Ransu, Mail Birit, dan Dujang. Leman dan Mail ditembak mati sedangkan Dujang dipukuli hingga pingsan.

Tanggal 28 Mei 1949 sang merah putih tetap berkibar di dua tempat. Di kasana kayu batu dan pekan Selasa. Di Pembatang Balung berada staf wali militer Jaafar Thaher dan Wedana Amiruddin oleh tentara Belanda diadakan pengepungan terhadap kekuatan elang punai waktu itu adalah Musmil, Syamsudin dan Lasin Gomuk yang beranggotakan sebanyak 60 orang. Belanda meneruskan penyerangannya sampai ke Rawang Binjai.

Selama bulan Juni 1949 Belanda bertemu dengan dua orang pasukan elang punai yaitu A. Muin dan Umar Burhan di Rawang Binjai. Umar ditembak mati dan Muin berhasil meloloskan diri, kegiatan operasi tentara Belanda selain membakar dan merampas, telah berhasil menembak 2 orang lagi yaitu Samsu dan Musa di sungai pangean.

Setelah mendapat informasi bahwa pasukan elang punai berada di Pauh Angit, Amir Ranjau bersama militer bersenjata britis menuju kesana. Melalui pengepungan, mereka berhasil menagkap komandan elang pulai-Zainal Abidin berikut 6 orang anggota yaitu Lasin Gomik, M. Yusuf, Hadap, Bujang, Ali Negara dan Raja Ewa. Senjata mereka dilucuti dan mereka diangkut ke Baserah, menuju Taluk Kuantan, Air Molek dan Rengat sebagai tawanan perang. Tetapi mereka dikembalikan ke pasukan republik karena tidak dibenarkan melakukan penangkapan dan tindakan lainnya karena di negeri Belanda sedang melaksanakan konferensi meja bundar.

Akhirnya perjuangan ini disudahi dengan syukuran makan bersama dihibur dengan rarak bertalempong dan dikumandangkan lagu rimba raya sebagai lagu perjuangan rakyat pangean, yang diciptakan oleh Sulaiman Isma’il dengan nama panggilan Leman Kaomato, berirama lagu Pantai Padang.

Tiga orang tentara yang gugur dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Darma di Pekanbaru. Tanggal 29 Desember 1949 dibangun tiga tugu pahlawan elang pulai yang terletak di pematangan oleh rakyat pangean dengan pemerintahan RI sebagai bukti sejarah perjuangan rakyat kenegarian Pangean di Indragiri Hulu. Tugu pahlawan ini masih bediri.

Demikian sekelumit dari perjalanan perjuangan masyarakat Pangean melalui kesatuan gerilya elang punai dalam usaha ikut mempertahankan proklamasi 17 Agustus dari ancaman kolonial Belanda.

 

(Sumber : https://bahanamahasiswa.co/pasukan-gerilya-elang-pulai-pangean/)


Di daerah aliran batang Indragiri bermukim Orang Talang Mamak yang masih memegang teguh tradisi nenek moyangnya. Kelompok masyarakat ini tergolong Melayu Tua (Proto Melayu) yang merupakan orang asli Indragiri Hulu. Mereka adalah suku yang pertama sekali datang ke wilayah Indragiri.
 

Dalam kehidupan sosial masyarakat, mereka sangat tunduk kepada pucuk suku atau Batin. Begitu juga dalam hal adat istiadat perkawinan. Batin menjadi saksi penting bagi masyarakat yang hendak menikah. Dan perayaan nikah kawin tersebut dirangkai dalam suatu upacara besar yang dikenal dengan Gawai Gedang atau helat yang besar. Gawai sendiri memiliki pengertian sebagai pesta perkawinan dalam bentuk gotong-royong (kebersamaan) dalam mewujudkannya. Masyarakat Talang Mamak melakukan begawai untuk maksud merayakan ikatan pernikahan warga kelompoknya.

 

Rangkaian pesta perkawinan atau Begawai dilaksanakan minimal 2-4 bulan atau maksimal 6-7 bulan. Biasanya dilaksanakan setelah panen padi berlangsung yang ditandai dengan memasak dan mendirikan bangunan panjang untuk tamu. Pekerjaan ini dilaksanakan secara bergotong-royong diikuti makan sirih bersama-sama disaksikan oleh batin atau penghulu. Pernikahan orang Talang Mamak menurut adat dan tradisinya selalu menampilkan atraksi dan prosesi berarak melingkar di mana kedua pasang mempelainya diangkat di pundak dan diikuti oleh para batin dan mangku-manti (orang khusus/pengawal) batin khususnya, dan diiringi  kaum perempuan. Prosesi ini diringi musik Gendang, Tetawak dan Calempong. Di tengah-tengah lingkaran ini ada pula dua orang yang bersilat. Selesai berarak, batin dan pemangku adat berjalan menuju tangga naik rumah dan diikuti oleh para pengantin dan masyarakat. Di dalam rumah telah terhidang makanan. Maka barisan mempelai berpisah, mempelai laki-laki berada di depan dan pengantin perempuan duduk di belakang pengantin laki laki. Selain pengantin, orang yang khitanan juga ikut bersama-sama duduk dan makan.



Proses begawai secara umum terbagi dalam tahapan sebagai berikut:
1. Laki-laki menyediakan pengasih atau air tapai yang disimpan dalam tanah selama 3 bulan. Batang resam untuk pipa pengisap air dan selempang untuk bersanding dan maharnya sebuah peci, 2 buah kelapa, segantang beras atau sesuai kemampuan.

2. Kedua calon pengantin dihadapkan pada batin dan wakilnya monti keluarga tertua dari pengantin perempuan menyerahkan 3 bilah tombak didahului jabat tangan oleh batin (penghulu) dengan pedang terhunus melambai-lambai kearah kasau jantan serta memberikan pengumuman tentang sahnya perkawinan.

3. Akad nikah dilangsungkan di bawah pohon bergetah dan setelah calon suami atau istri dinasehati dan berjanji dengan saksi para tokoh-tokoh adat, dan orang-orang ramai maka batinpun menoreh pohon getah sampai keluar getahnya sambil membaca ikrar tanda sahnya perkawinan itu. Setelah membaca ikrar tanda sahnya perkawinan, maka salah satu tiang rumah digantung pau-pau yang terdiri dari sebilah keris yang dibungkus dengan kain putih.

4. Pegawai nikah membuka upacara

5. Upacara penutup, diberikan arahan agar jangan sampai kasau jantan (perceraian) yaitu dapat diteroka dalam kata bersayap yang disebut managul manajal arahan (nasehat) penghulu kepada pihak suami.

Dengan selesainya nasehat dari penghulu, resmilah pasangan itu menjadi suami istri. Perayaan begawai dilanjutkan dengan acara sabung ayam, pertunjukan kesenian dan lainnya. Sabung ayam ini biasanya terus berlanjut di hari-hari berikutnya hingga mencapai 80 pasang atau 160 ekor sabungan.

 

Pada Tahun 2020 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 153 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Gawai Gedang Talang Mamak Indragiri Hulu menjadi salah satu dari Warisan BudayaTak Benda dengan Nomor Registrasi 202001116.

 

(sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=2043)

 

Tradisi menidurkan anak sambil bersenandung
hampir tersebar di setiap daerah yang ada di Provinsi Riau dengan cara yang persis atau jauh berbeda. Tradisi menidurkan anak sambil mendendangkan atau menandungkan kata-kata hikmah menjadi tradisi yang tersebar di seluruh wilayah Riau dengan berbagai irama dan sebutan atau istilah, seperti Dodoi, Dudui, Dudu dan Nandung. Khusus tradisi Nandung yang terdapat di wilayah Indragiri Hulu khususnya Melayu Rengat apabila dilihat dari bentuk dan pola baris serta irama akhir di setiap kalimat termasuk pada bentuk pantun. Tetapi ketika nandung dilafaskan atau dinyanyikan, bentuknya mendekati pola irama syair, sebab bentuk dan pola syair dapat dilafazkan dengan irama nandung. Susunan kalimat nandung terdiri dari empat baris. Dua baris pertama berupa sampiran sedangkan dua baris terakhir berupa isi dengan rima akhir a,b;a,b. 
 
Keberadaan nandung di Indragiri Hulu berfungsi dalam hal menidurkan atau merayu anak agar tidur pada saat dibuaikan oleh ibunya. Dalam perkembangannya pantun-pantun yang terdapat dalam isi nandung kemudian dipilih dan dipadatkan dengan kalimat-kalimat yang mengandung pengajaran dan nasehat, diselingi dengan tahlil antara tiap bait dan dinyanyikan dengan irama yang menyerupai irama syair. Irama syair yang bernuansa Melayu tersebut kemudian bersebati pula dengan irama qiraat al-quran sehingga irama nandung mempunyai ciri khas dan baku.
 
Nandung Melayu Indragiri Hulu yang merupakan sastra lisan khas masyarakatnya dapat dilihat dari contoh berikut: La Illaha Illallah (3 kali) Dudulah si dudu Dudulah si dudu Tidolah mate nak saying Si buah hati. Nandung lah dinandung ke pantai nandi Orang begaja nak saying due beranak Bukan telangsung kite kemari Memohon perintah orang yang banyak Anaklah ndu raje Seleman Terbang ke tingkapmelambai angina Kalaulah rindu pandang ke halaman Di situ tempat kakak kau bermain Petiklah poa delima batu Anak sembilang di tapak tangan Abang kau jauh di negeri yang Satu Hilang di mate di hati jangan Burunglah gagak burung kedidi Hinggap di ranting si limau manis Mak mengembus si sawan pogi Mak menangkal si sawan tangis Nak gugu gugulah nangke Jangan ditimpa si ranting pauh Nak tido tidolah mate Jangan dikenang orang yang jauh Dondanglah si dondang bawe betandang Sayurlah bayam berkicap manis Rindu siang bawa bertandang Rindu malam bawa menangis Enciklah Alam mengail kekek Dapat seekor ikan gulame Berkirim salam kepada encek Bulanlah terbang suruh ke sane.
 
Pada Tahun 2018 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 225 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Nandung menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201800643
 
(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 143)   

Debus Indragiri Hulu adalah sebuah kesenian tradisional masyarakat Melayu Indragiri Hulu, yang telah ada semenjak kesultanan Indragiri yang dibawa oleh Syeh Ali Al Idrus (bangsa Arab Hadratul Maut). Tempo dulu kesenian Debus digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam di wilayah Indragiri, dan sekarang kesenian debus sebagai sarana hiburan pada perayaan pernikahan, Sunat Rasul, serta perayaan Islam lainnya. Alat yang dipakai dalam debus berupa sebilah besi yang tajam bermata tiga. Debus dilakukan secara bergiring-giring dengan kalimat berjanji diiringi musik Gebano serta dipimpin oleh seseorang Khalifa', lalu penari/pemain debus menusukkan debus bermata tajam ke lengan dan ke perut penari. Maka dengan izin Allah SWT penari Debus tidak terluka oleh tajamnya mata Debus. Pada akhir pertunjukan Debus ditutup oleh Khalifa' dengan do'a -do'a

 

Pada Tahun 2016 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Debus Indragiri Hulu menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201600312.

 

(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 73)  
 

Cagar budaya adalah daerah yang kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dari bahaya kepunahan. Menurut UU no. 11 tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Ada Lima Kategori Cagar Budaya yaitu sebagai berikut :
Benda
Benda cagar budaya adalah benda alami atau buatan manusia, baik bergerak atau tidak, yang punya hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan sekarang.
Bangunan
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding, tidak berdinding dan atau beratap.
Struktur
Struktur Cagar Budaya adalah suatu susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.
Situs
Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.
Kawasan
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. 
Indragiri Hulu memiliki Banyak Cagar Budaya terutama peninggalan dari Kerajaan Indragiri , berikut kami rangkum Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Rokan Hulu :
  1. Kompleks Makam Sultan Mahmud
  2. Rumah Menteri Kerajaan Indragiri
  3. Kompleks Makam Narasinga II
  4. Kompleks Makam Sultan Kasedengan
  5. Kompleks Makam Japura I
  6. Makam Japura II
  7. Kompleks Makam Japura III
  8. Rumah Amir Nikmat Kelayang
  9. Kompleks Eks Asrama Jepang
  10. Benteng Kota Lama
  11. Makam Syekh Abdur Rauf Singkili
  12. Makam Raja Uwok
  13. Makam Raja Jumat dan Makam Raja Yusuf
  14. Kompleks Makam Mufti Kerajaan Indragiri Said Ali Al Idrus
  15. Makam Sultan Hasan
  16. Makam Datuk Kulim
  17. Makam Raja Riansyah
  18. Kompleks Makam Raja dan Menteri Kerajaan Indragiri
  19. Makam Andi Sumpu Muhammad (Jukse Besi)
  20. Makam Sultan Muzafarsyah
  21. Makam Raja Usman Fadillah
  22. Makam Pendekar Bincit
  23. Kompleks Makam Japura IV
  24. Kompleks Makam Japura V
  25. Masjid Raja Pauh Ranap
Genggong merupakan alat musik jenis harpa mulut yang banyak tersebar di Indonesia dan Alat musik ini dimainkan sebagai hiburan pada waktu senggang.
Genggong adalah alat musik yang terbuat dari bambu, pelepah enau, kayu, atau logam, yang dimainkan dengan mendekatkannya ke rongga mulut, kemudian menarik-narik utas (tali) yang dihubungkan dengan lidah getar pada alat musik tersebut, atau memetik lidah getar berupa lamela logam, sedangkan mulut si pemakai berfungsi sebagai resonator.




Genggong merupakan alat musik khas tradisional Suku Talang Mamak yang terbuat dari pelepah enau. Umumnya Begenggong (memainkan Genggong) dilakukan pada saat- saat istirahat menghibur diri sendiri. Dapat juga dimainkan pada saat menunggu padi masak, acara-acara begawai atau upacara-upacara tradisional lainnya pada Suku Talang Mamak. 

Bagi jejaka, begenggong dilakukan pada saat malam hari untuk memanggil gadis agar turun ke tanah. Begenggong bagi jejaka adalah untuk memikat anak gadis.


Bagaimana dengan Alunan Suara Genggong, saksikan video berikut : 
Kini gerakan anti  sedotan plastik cukup marak dilakukan oleh penggiat dan pecinta lingkungan, masalah sampah plastik yang semakin membahayakan lautan sudah cukup kronis, sampah sedotan plastik di laut mengancam kelestarian satwa.

Kini beberapa makann cepat saji sudah tidak menyediakan sedotan plastik, dan Suku Talang Mamak dari Indragiri Hulu memberikan solusi pengganti sedotan plastik, yaitu Sedotan dari Kerajinan Batang Resam.

Resam adalah sejenis akar yang tumbuh liar di hutan dan bentuknya lurus tidak ada ruas dan panjangnya mencapai dua meter.
 
Sedotan ini terbuat dari bahan Alami, selainmaterial yang alami dan proses pembuatannya juga alami tanpa bahan kimia, Resam yang didapat dari hutan dipotong kemudian isinya dikeluarkan dan dikeringkan  dua minggu. Sedotan dari Resam ini mampu bertahan hingga 3tahun ,setelah digunakan sedotan resam ini dicuci kemudian dikeringkan

 












 Photo : TIKA (AMAN INHU)


Tertarik Untuk Membeli Resam serta Kerajinan Lainnya dari Suku Talang mamak bisa menghubungi TIKA : 081270260953
SEJARAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Sejarah Kabupaten Indragiri Hulu telah dimulai sejak Kerajaan Indragiri, hingga berlanjut  sebelum zaman penjajahan Belanda, sebelum kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Secara umum, berikut ini beberapa penjelasan mengenai sejarah Kabupaten Indragiri Hulu

Ada beberapa priode pemerintahan yang dilalui semenjak dari awal terbentuknya kabupaten indragiri hulu:

1. Periode sebelum tahun 1945

  • Zaman sebelum penjajahan kolonial belanda
    Zaman sebelum VOC Pemerintahan kolonial belanda datang dan memerintah di indonesia daerah Indragiri Hulu dan Teluk Kuantan merupakan Kerajaan. Kerajaan Indragiri diperintah oleh Raja atau Sultan yang berkedudukan di Pekan Tua yang terletak sekitar 75 Km sebelah timur kota rengat. Raja pertamanya adalah Raja Kocik Mambang alias Raja Melayu 1 yang memerintah dari tahun 1298 sampai tahun 1337 dan raja terakhir yang memerintah adalah Tengku Muhammad dengan gelar Sultan Muhammad Syeh.

    Wilayah Kerajaan Indragiri pada waktu itu meliputi Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Indragiri Hulu sekarang, kecuali Kecamatan Cerenti, Kuantan Hilir, Kuantan Tengah, Kuantan Mudik yang merupakan bagian dari Kerajaan Kuantan sedangkan Kuantan Singingi pada waktu itu termasuk wilayah I Kerajaan Siak.
  •  Zaman Pemerintahaan Kolonial BelandaSetelah VOC pada waktu itu daerah ini dikuasai oleh pemerintah Belanda dengan nama Afdeling Indragiri yang pernah diperintah oleh seorang Afdeling yang terdiri dari :
    - Order Afdeling/ District Rengat
    - Order Afdeling/ District  Tembilahan
    - Order Afdeling/ District Teluk Kuantan


    Order Afdeling ini dipakai oleh seorang District Hoofd. Masing-masing District dibagi dalah 4 Order District Hoofd atau disebut AMIR dalam wilayah kerajaan Indragiri.
      Karena luasnya wilayah dan sulitnya komunikasi serta untuk memperlancar roda pemerintahahn daerah maka sultan mengangkar beberapa AMIR yang sekarang Camat yaitu :
    Amir yang berkedudukan di Kelayanguntuk Order District Pasir Penyu
    Amir yang berkedudukan di Rengat untuk Order District Rengat
    -
    Amir yang berkedudukan di sungai salak untuk Order District Tempuling
    -
    Amir yan berkedudukan di Tembilahan
    -
    Amir yang berkedudukan di Kateman.

    Khusus untuk daerah Rantau Kuantan dimana daerah ini tidak berada dibawah kekuasaan Sultan Indragiri. Daerah ini diperintah oleh seorang citroleor yang berkedudukan di Teluk Kuantan dan Kuantan merupakan daerah otonom sendiri yan disebut dengan Kuantan Distriction, skerajaan yang hanya berkuasa memegang urusan adat, agama, pengadilan kecil dan urusan rakyat.   
  • Zaman Pemerintahan Jepang
    Dengan kemenangan jepang dalam perang Asia Timur Raya dan didudukinya Indonesia dan beralih kekeuasaan Jepang. Dengan Indragiri pada waktu itu berada dibawah fasis Jepang, Pengauasaannya pada waktu itu disebut Bunshiho (bupati) dan dibantu oleh Gusaibu (Fatih) karena perpindahan Indragiri seakan-akan tidak ada lagi.

2.  Periode sesudah tahun 1945
  •  Periode Tahun 1945-1965Dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia tangal 17 Agustus 1945 maka didaerah-daerah dibentuk pula lembaga  Ketata Negaraan yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan bersifat :
    - Penyerahan wewenang sepenuhnya baik yang menyangkut
       kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan, maupun pembiayaan.
    - Pelimpahan wewenang untuk melaksanakan urusan pemerintahaan pusat
       kepada aparat daerah.
    - Mengikutsertakan Organisasi pemerintah daerah untuk melaksanakan
     urusan pemerintah Daerah membantu pelaksanaan urusan pemerintah
      pusat.

    Berdasarkan undang-undang nomor 10 tahun 1948 dibentuk Kabupate Indragiri yang termasuk didalam provinsi Sumatra Tengah dengan surat  keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948 nomor 10/GM/T.49, kemudian dengan undang-undang nomor 4 tahun 1952 dan undang-undang nomor 12 tahun 1956 dibentuk daerah Otonom dalam Provinsi Sumatra Tengah termasuk Kabupaten Indragiri.
    Kabupaten Indragiri pada waktu itu terdiri dari 4 Kewedanaan, 17 Kecamatan yaitu Kewedanaan Indragiri Hilir Selatan, Indragiri Hulu Utara, Indragiri Hulu dan Kewedanaan Kuantan Singingi. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 50 tahun  1963 status kewedaan dihapus bersama dengan penghapusan empat  kewedaan dalam Kabupaten Indragiri.

    Dengan undang-undang nomor 61 tahun 1958 Dibentuk Provinsi Riau dengan    ibu kota Pekanbaru yang terdiri dari lima dasserah tingkat II masing-masing  Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri, Kabupaten Bengkalis,Kabupaten Kepulauan Riau dan Kotamadya Pekanbaru.

  • Periode tahun 1965 sampai sekarang
    Dengan dibentuknya Provinsi Riau denan undang-undang nomor 61 tahun 1958 maka timbullah didua kewedaan tersebut yaitu kewedaan Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu.


    Dengan perjuangan yang disalurkan melalui Panitia Persiapan Pembentukan kabupaten Indrairi Hilir dan melalui Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royon Kabupaten Indragiri ternyata hasrat tersebut mendapat dukungan dari DPRD Riau dan DPRGR pusat.


    Berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 1965 maka terjadilah pemekaran Kabupaten Indragiri menjadi dua kabupaten yaitu :
    -
    Kabupaten Indragiri Hilir dengan ibukotanya Tembilahan, terdiri dari delapan kecamatan , sekarang 11 kecamatan.
    - Kabupaten Indragiri hulu dengan Ibukotanya Rengat, terdiri dari 9 Kecamatan yaitu :
a.      Kec. Rengat Ibukota Renat
b.      Kec Pasir Penyu ibukota Air Molek
c.      Kec Seberida ibukota Pangkalan Kasai
d.      Kec. Peranap ibukota Peranap
e.      Kec. Kuantan Hilir ibukota Baserah
f.       Kec kuantan tengah ibukota Taluk Kuantan.
g.      Kec. Kuantan Mudik ibukota Lubuk Jambi.
h.      Kec Singingi ibukota Muara Lembu.
    Pada tahun 1996 terjadi penambahan kecamatan dengan adanya pemekaran
    Kecamatan Kuantan Tengah, Pasir Penyu, dan Renat, Kecamatan Yang baru
    adalah :
a.       Kec. Benai ibukota Benai
b.       Kec. Kelayang ibukota Simpang Kelayang
c.       Kec. Rengat Barat ibukota Pematang Reba.

  
Pada tahun 1999 Kabupaten Indragiri Hulu dipecah lagi menjadi 2 kabupaten
   yaitu Kabupaten Kuansing yan berkedudukan di Taluk Kuantan dan Kabupaten
  Indragiri Hulu berkedudukan di Rengat. Pada tahu 2004 mengalami beberapa
  pemekaran wilayah Kecamatan sehingga menjadi 14 kecamatan :
 
a.   Kec. Rengat ibukota Rengat
b.   Kec. Rengat Barat, ibukota Pematang Reba
c.   Kec. Seberida, ibukota Pangkalan Kasai
d.   Kec. Batang Gangsal, ibukota Seberida
e.   Kec. Batang Cenaku, ibukota Aur Cina
f.    Kec. Pasir Penyu, ibukota Air Molek
g.   Kec. Lirik, ibukota Lirik
h.   Kec. Kelayang, ibukota Simpan Kelayang
i.    Kecamatan Peranap ibukota Peranap
j.    Kec.  Batang Peranap, ibukota Pematang
k.   Kec. Rakit Kulim, ibukota Petonggan
l.    Kec. Sungai Lala, ibukota Kelawa
m.  Kec. Lubuk Batu Jaya, ibukota Lubuk Batu Tinggal
n.   Kec. Kuala Cenaku, ibukota Kuala Cenaku.


LETAK GEOGRAFIS
Luas dan Letak Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Indragiri Hulu meliputi 8.198.26 km² (819.826,0 Ha) yang terdiri dari daratan rendah, daratan tinggi rawa-rawa dengan ketinggian 50-100m diatas permukaan laut. Kabupaten Indragiri Hulu terletak di : 0°15’ Lintang Utara,  1°5’ Lintang Selatan,  101°10’ Bujur Timur, 102°48’ Bujur Barat

Batas Wilayah

Kabupaten Indragiri Hulu Berbatasan dengan: :
Utara    : kabupaten Pelalawan
Selatan : Kabupaten Bungo Tebo(Propinsi Jambi)
Barat    :  Kabupaten Kuantan Singingi
Timur   :  Kabupaten Indragiri Hilir

Tugu Ikan Patin ini berada di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu, Rengat barat beribukota Pematang Reba dan pematang reba kini menjadi Pusat pemerintahan Kabupaten Indragiri Hulu. 

                               


Kelayang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, Indonesia. Dulu, Kelayang adalah nama sebuah desa yang dikenal dengan Keloyang, sedangkan Keloyang berasal dari Kolam Loyang.

Pada suatu masa, Kerajaan Indragiri mengalami zaman keemasannya. Ibukota kerajaan yang menjadi pusat pemerintahan berada di Japura. Semula Japura bernama Rajapura. Rakyat Indragiri hidup dengan sejahtera, tenteram, dan damai. Para datuk memimpin dengan baik dan menjadi teladan bagi seluruh penduduk negeri.

Suatu hari, salah seorang datuk yang bernama Datuk Sakti, pergi menghiliri Sungai Indragiri. Saat itu Sungai Indragiri masih bernama Sungai Keruh. Datuk Sakti ingin melihat kehidupan rakyatnya yang hidup di sepanjang sungai tersebut.
Areal Kebun Sawit Tertua di Riau ada di Kabupaten Indragiri Hulu, kini areal tersebut menjadi milik PT. TPP (PT. Tunggal Perkasa Plantations). Areal ini sudah ada semenjak tahun 1918,hanya saja pada saat itu areal seluas 28ribu hektare itu merupakan perkebunan sawit milik tiga perusahaan asing yaitu milik NV Cultur Maatachapij  (Swiss), Indragiri Rubber Limited (IRL) dan Klawat Syndicate yang keduanya merupakan joint venture milik Malaysia.

Kedondong adalah buah khas Kota Rengat, Kedondong di Rengat sangat mudah untuk kita jumpai, sehingga Rengat dapat dijuluki dengan Kota Kedondong. Dulu tepat di Kota Rengat terdapat monumen kedondong,kini monumen tersebut sudah tidak ada lagi.


Dodol Kedondong adalah makanan khas Kabupaten Indragiri Hulu Riau, makanan ini terbuat dari tepung beras ketan, gula pasir, kelapa dan buah kedondong. Warna dodol kedondong ini cokelat  kehitaman, aromanya harum, dan rasanya tidak terlalu manis dan juga tidak terlalu asam.

Selain di Kota Rengat dodol Kedondong ini dapat kita jumpai di Kusat jajanan dan oleh-oleh di Pekanbaru, Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,Bandara Internasionla Soekarno Hatta, juga dapat ditemui pada pameran makanan tradisional. Harga Dodol ini perkotaknya berkisar antara Rp.15.000 hingga Rp.20.000. 




Air Molek adalah nama sebuah kota kecil yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, Air Molek merupakan Ibu Kota Kecamatan Pasir Penyu. Secara geografis kota Air Molek berbatasan dengan Kecamatan Lirik, selatan dengan Desa Japura, sebelah barat dengan Kecamatan Sei Lala, dan bahagian timur berbatasan langsung dengan Sungai Indragiri.

Struktur geografis tanah dataran rendah yang cukup luas untuk kawasan kota kecil yang mulai berkembang, dengan sentralisasi pemukiman di pasar kota sebagai pusat aktifitas masyarakat. Areal yang cukup mumpuni untuk dikembangkan, menjadi potensi tersendiri bagi perkemangan kota tersebut. Letak kota Air Molek berada lebih kurang 10 km dari jalur Lintas Timur Sumatera yang dapat menghubungkan berbagai daerah yang berada di Pulau Sumatera, yaitu Sumatera Bagian Selatan hingga ke Pulau Jawa, Sumatera bagian Barat, Sumatera Bagian Utara hingga Propinsi Aceh.

Air Molek mempunyai struktur tanah yang subur, merupakan modal Sumber Daya Alam bagi bidang pertanian dan perkebunan. Bisa dilihat bagaimana masyarakat yang bermukim di sepanjang sungai Indragiri (kuantan) memanfaatkan kesuburan tanah dengan menanam berbagai jenis tananaman ladang seperti jagung pisang, sayur-sayuran, dan lain sebagainya. Areal perkebunan kelapa sawit yang membentang luas di pinggiran kota Air Molek merupaka keuntungan tersendiri bagi perekonomian masyarakatnya.

Di beberapa daerah pemukiman, terdapat tanah yang memiliki komposisi yang sangat bagus untuk bahan baku pembuatan batu bata, dimana batu bata tersebut adalah salah satu bahan untuk bangunan beton. Yaitu terdapat di Desa Tanah Busuk, Kembang Harum misalnya, akan banyak ditemukan tempat pembakaran batu bata tersebut.

 
 
ASAL USUL NAMA AIR MOLEK
Menurut cerita dari orang-orang tua di Air Molek, yaitu mereka-mereka yang mengetahui tentang etiologi (Asal usul nama suatu daerah) mengatakan bahwa nama Air Molek berasal dari dua kata yaitu ayo dan molek. Ayo berarti air sedangkan molek berarti bagus atau besih. Mengapa dikatakan demikian?. Karena pada zaman dahulu di Air Molek saat ini terdapat sebuah sungai kecil, dimana airnya tersebut jernih, bersih, dan layak untuk langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu. Maka oleh orang-orang yang melalui sungai tersebut menamakan sungai itu sungai Ayo Mole yaitu sungai yang airnya boleh untuk diminum. Dari versi kedua mengatakan bahwa nama Air Molek itu berasal dari dua kata juga yaitu Ayo Mole, ayo yang berarti ait dan Mole berasal dari kata menyole yang berarti menyalah/salah (yang tidak seperti biasanya). Menurut cerita ini menerangkan bahwa orang-orang tua dulu menemukan sebuah sungai yang aneh. Dimana ketika air sungai yang layaknya bermuara ke sungai yang lebih besar ataupun sungai yang bermuara ke laut, tidak demikian dengan sungai yang satu ini. Jikalau biasanya air sungai mengalir ke tempat yang lebih rendah dan terus mengalir dari hulu ke hilir, tidak seperti itu sungai tersebut. Yaitu ketika sungai kuantan (Indragiri) naik maka aliran sungai ini malah balik ke hilir. Hal tersebut terjadi terus menerus. Tentu fenomena seperti ini diluar dari biasanya. Maka oleh orang-orang dulu menyebutkan sungai tersebut adalah sungai menyoleh (sungai yang menyalahi aturan aliran sungai) hingga akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Air Molek. Sedangkan dari versi yang ketiga adalah dari orang-orang tua etnis Jawa yang sudah lama bermastautin di Indragiri. Menyebutkan bahwa Air Molek berasal dari kata Air dan Mole. Kata Air yang berarti memang air sedangkan mole berarti balik. Hal tersebut berdasarkan keadaan air sungai yang terdapat di daerah tersebut yang apa bila sungai kuantan naik maka aliran sungai itu balik ke asalnya. Pertemuan dua arus tersebut menjadi keanehan hingga disebutlah nama sungai tersebut menjadi Air Mole (air balik).

 
HISTORIOGRAFI AIR MOLEK
Masyarakat Inhu terlanjur meyakini 5 Januari merupakan hari jadi Kota Rengat. Padahal hasil penelusuran anak jati Rengat, Susilowadi alias Ilo ke Belanda, 5 Januari adalah hari pembantaian KNIL terhadap rakyat sipil.


Almarhum Mandor Rasiman merupakan salah satu kerabat Kerajaan Indragiri, semasa kerajaan diperintah oleh Sultan Isa, ayahanda dari Sultan Mahmud. Dan Mandor Rasiman adalah salah satu korban pembantaian tentara Belanda di Skip Cipayung Rengat. Salah satu ahli waris atau cucu kandung Mandor Rasiman,Susilowadi, SE, SH, MH dikenal dengan sebutan Bang Illo, menegaskan bahwa pada tanggal 5 Januari 2012 bukan untuk diperingati sebagai “Hari Jadi Kota Rengat” tetapi untuk mengenang peristiwa 62 tahun yang lalu, yaitu jatuhnya Kota Rengat karena peristiwa pembantaian 2.600 orang oleh pasukan Belanda dan KNIL atau SPESIAL TROOPEN. 
Bang Illo akan memperjuangkan dan akan tetap menolak, jika tanggal 5 Januari dijadikan sebagai Hari Jadi Kota Rengat, walaupun Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Indragiri Hulu telah mem-Perdakan Hari Jadi Kota Rengat pada 5 Januari dengan berperdoman pada peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Rengat pada 5 Januari 1815.
“Apabila Perda penetapan Hari Jadi Kota Rengat tidak direvisi, maka akan tetap menimbulkan polemik yang berkepanjangan dan dipastikan akan menghambat pembangunan Kabupaten Indragiri Hulu, sebab pada tanggal yang sama, 5 Januari terjadi suatu peristiwa pembantaian dan jatuhnya Kota Rengat,” tegas Bang Illo.


Dalam masyarakat Melayu Indragiri Hulu, salah satu prosesi adat pernikahan adalah membacakan Surat Kapal atau bisa juga disebut dengan Syair Cendrawasih atau Cerita Kapal. Syair Cenderawasih merupakan syair yang khusus dibacakan ketika keturunan bangsawan menikah, baik sesama keturunan bangsawan (Raja) maupun salah satu diantaranya berdarah biru. Sedangkan Surat Kapal atau Cerita  Kapal khusus dibacakan dan dilantunkan bagi orang kebanyakan (masyarakat umum).

Surat Kapal menceritakan siapa calon pengantin, dimana pertemuannya, apa aktivitasnya, siapa keluarganya dan keturunannya dan melalui syair Surat Kapal ini calon pengantin diminta belajar banyak bagaimana filosofis perjalanan kapal. Seperti bagaimana melawan ombak perkawinan, riak-riak kecil perjalanan rumah tangga dan sebagainya.

Berikut contoh Surat Kapal di salah pesta pernikahan di Kecamatan Peranap, Indragiri Hulu :


1. Dengan bismillah saya mulakan
Assalamualaikum saya ucapkan
Tiada lain untuk tujuan
Surat kapal saya bacakan

2. Rumpun bambu di tepi perigi
Tumbuh rebung menjadi buluh
Ampun hamba tegak berdiri
Wujudnya hamba duduk bersimpuh

3. Pujian syukur kita panjatkan
Ke hadirat Allah pencipta alam
Melimpahkan rahmat siang dan malam
Kepada umat penghuni alam

4. Selawat dan salam beriring pula
Nabi Muhammad pemimpin kita
Salat lima waktu janganlah lupa
Salat disebut tiang agama

5. Dengan bismillah permulaan kalam
Kertas dan dawat berwarna hitam
Cerita dibuat siang dan malam
Menyampaikan hajat seorang insane

6. Kami kisahkan seorang pemuda
Duduk termenung berhati hiba
Niat di hati mencari intan permata
Di rawah kononnya ada

7. Duduk di teras di atas kursi
Ambil gitar bawa bernyanyi
Lagunya merdu bernada tinggi
Lagunya bernama si jali-jali

8. Encik Masbah seorang pemuda
Pergi berjalan kendaraan honda
Astrea grand ataupun supra
Cari hiburan senang hatinya

9. Amaliah terpandang pula
Kecik dan mungil pula manis wajahnya
Masbah tercantul hati dia
Ingin berkenalan malu pula

10. Besok harinya diulang lagi
Terus-terang saja tak sabar lagi
Malam tadi ku tidur bermimpi
Gadis kuidamkan di pelukan ini

11. Teringat semalam tidur bermimpi
Gadis yang tampak berjumpa lagi
Inikah jodoh Tuhan takdiri
Siang terbayang malam bermimpi


Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Riau tepatnya di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu  Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004 dan kini Taman Nasional Tesso Nilo menjadi salah satu primadona Wisata Riau. 

Terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia di setiap hektare Taman Nasional Tesso Nilo. Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 60-80 ekor gajah dan merupakan kawasan konservasi gajah selain itu Taman Tesso Nilo juga sebagai tempat  pelestarian habitat harimau Sumatera.

Masyarakat di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo mempertahankan pohon Sialang dan mengambil madu dari lebah yang ada di pohon sialang  dan menjadikan madu hutan sebagai usaha ekonomi alternatif. 
Tahun 2001 Center for Biodiversity Management dari Australia menemukan 218 jenis tumbuhan vascular di petak seluas 200 m2 dan hasil penelitian LIPI dan WWF Indonesia (2003) dalam petak sample plot berukuran 1 hektar ditemukan 360 jenis yang tergolong dalam: 165 marga dan 57 suku dengan rincian 215 jenis pohon dan 305 jenis anak pohon,sehingga kawasan Tesso Nilo disebut - sebut sebagai hutan yang terkaya keanekaragaman hayatinya di dunia
 
Beberapa jenis tumbuhan yang ada di Tesso Nilo merupakan jenis yang terancam punah dan masuk dalam data red list IUCN, seperti Kayu Batu (Irvingia malayana), Kempas (Koompasia malaccensis), Jelutung (Dyera polyphylla), Kulim (Scorodocarpus borneensis), Tembesu (Fagraea fragrans), Gaharu (Aquilaria malaccensis), Ramin (Gonystylus bancanus), Keranji (Dialium spp), Meranti (Shorea spp), Keruing (Dipterocarpus spp), Sindora leiocarpa, Sindora velutina, Sindora Brugemanii, dan jenis-jenis durian (Durio spp) serta beberapa jenis Aglaia spp


Dari hasil penelitian LIPI (2003) di kawasan hutan Tesso Nilo juga ditemukan tidak kurang dari 83 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan obat dan 4 jenis tumbuhan untuk racun ikan. Tanaman obat terpenting yaitu jenis pagago (Centella asiatica) dan patalo bumi (Eurycoma longifolia)
Pagago sudah dibudidaya masyarakat lokal sedangkan patalo bumi belum dibudidaya padahal sering dimanfaatkan sebagai fitofarmaka dan memiliki nilai jual tinggi

Kawasan hutan ini mempunyai daerah yang basah dan kering sehingga memungkinkan untuk berkembangnya kehidupan satwa liar diantaranya Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), rusa (Cervus timorensis russa), siamang (Hylobathes syndactylus syndactylus), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus)

LIPI dan WWF Indonesia (2003) melaporkan bahwa kawasan Tesso Nilo memiliki indeks keanekaragaman mamalia yang tinggi yakni 3,696 jenis dijumpai 23 jenis mamalia dan dicatat sebanyak 34 (16,5% dari 206 jenis mamalia yang terdapat di Sumatera) dimana 18 jenis berstatus dilindungi serta 16 jenis termasuk rawan punah menurut IUCN

Kawasan Tesso Nilo merupakan blok habitat gajah terpenting yang masih ada di Riau. Survei yang dilakukan olek BKSDA Riau dan WWF menunjukkan bahwa terdapat kira-kira 350 ekor gajah yang masih tersisa di Provinsi Riau, dari jumlah tersebut sebanyak 150-180 ekor berada di Tesso Nilo Bukit Tigapuluh dan sebanyak 60-80 ekor berada di Kawasan Tesso Nilo


Untuk burung tercatat 114 jenis burung dari 28 famili, Total jenis burung yang ditemukan tersebut merupakan 29% dari total jenis burung di Pulau Sumatera yaitu 397 jenis.  Ada satu jenis yang merupakan catatan baru secara ilmiah untuk daerah sebarannya yaitu Kipasan gunung (Rhipidura albicollis) dan ada jenis endemik Sumatera dan Kalimantan dengan sebaran terbatas dihutan pamah, sudah terancam tetapi belum dilindungi yaitu Empuloh paruh kait
Ancaman yang paling nyata terhadap kawasan Tesso Nilo adalah pembalakan liar dan penjarahan lahan. Pembalakan liar terjadi hampir diseluruh wilayah di dalam hutan Tesso Nilo. Hal tersebut dipicu oleh kondisi ekonomi masyarakat di sekitar hutan serta kebutuhan akan kayu yang demikian tinggi ditambah lagi adanya akses ke dalam hutan yang sudah cukup lancar dengan dibangunnya koridor-koridor jalan di dalam hutan oleh bekas HPH dan perusahaan-perusahaan besar seperti RAPP. Pengawasan yang lemah dari instansi pemerintah di bidang ini juga menyebabkan aktivitas pembalakan liar dapat berlangsung dengan leluasa

Penjarahan dan klaim lahan juga banyak dijumpai di kawasan hutan Tesso Nilo. Pelaku umumnya adalah masyarakat setempat yang kondisi ekonominya terbatas serta memerlukan lahan untuk memperluas kebun dan menggantungkan hidupnya. Namun dijumpai juga adanya masyarakat luar yang ikut melakukan pelanggaran ini dan diindikasikan banyak pejabat - pejabat yang terlibat. Degradasi hutan Tesso Nilo mengancam kekayaan hayati yang dikandungnya Kehilangan habitat merupakan faktor utama yang mengancam kelestarian satwa besar seperti gajah dan harimau di kawasan tersebut

Yang paling menarik adalah pasukan khusus penjaga kawasan dari ancaman gajah liar dan aksi perambahan hutan yang dinamakan Flying Squad.  Pasukan yang terdiri atas beberapa ekor gajah dewasa ini secara rutin melakukan patroli ke dalam hutan setiap harinya
 



Mengarungi sungai Nilo dengan menggunakan perahu dan menyusuri lebatnya hutan di kawasan tersebut bersama pasukan patroli gajah dapat memberikan gambaran kepada siapa saja, bahwa manusia dapat hidup berdampingan dengan segenap penghuni hutan, asalkan ada kearifan di balik semua yang dilakukan

 
Pengunjung yang ingin memacu andrenalinnya dapat turut serta secara langsung menggiring gajah-gajah liar ke habitatnya. Di areal hutan ini pengunjung dapat menjumpai jejak-jejak harimau Sumatera atau satwa liar lainnya, seperti tapir, beruang, macan dahan dan lainnya


SUMBER :