Nandung Indragiri Hulu

Tradisi menidurkan anak sambil bersenandung
hampir tersebar di setiap daerah yang ada di Provinsi Riau dengan cara yang persis atau jauh berbeda. Tradisi menidurkan anak sambil mendendangkan atau menandungkan kata-kata hikmah menjadi tradisi yang tersebar di seluruh wilayah Riau dengan berbagai irama dan sebutan atau istilah, seperti Dodoi, Dudui, Dudu dan Nandung. Khusus tradisi Nandung yang terdapat di wilayah Indragiri Hulu khususnya Melayu Rengat apabila dilihat dari bentuk dan pola baris serta irama akhir di setiap kalimat termasuk pada bentuk pantun. Tetapi ketika nandung dilafaskan atau dinyanyikan, bentuknya mendekati pola irama syair, sebab bentuk dan pola syair dapat dilafazkan dengan irama nandung. Susunan kalimat nandung terdiri dari empat baris. Dua baris pertama berupa sampiran sedangkan dua baris terakhir berupa isi dengan rima akhir a,b;a,b. 
 
Keberadaan nandung di Indragiri Hulu berfungsi dalam hal menidurkan atau merayu anak agar tidur pada saat dibuaikan oleh ibunya. Dalam perkembangannya pantun-pantun yang terdapat dalam isi nandung kemudian dipilih dan dipadatkan dengan kalimat-kalimat yang mengandung pengajaran dan nasehat, diselingi dengan tahlil antara tiap bait dan dinyanyikan dengan irama yang menyerupai irama syair. Irama syair yang bernuansa Melayu tersebut kemudian bersebati pula dengan irama qiraat al-quran sehingga irama nandung mempunyai ciri khas dan baku.
 
Nandung Melayu Indragiri Hulu yang merupakan sastra lisan khas masyarakatnya dapat dilihat dari contoh berikut: La Illaha Illallah (3 kali) Dudulah si dudu Dudulah si dudu Tidolah mate nak saying Si buah hati. Nandung lah dinandung ke pantai nandi Orang begaja nak saying due beranak Bukan telangsung kite kemari Memohon perintah orang yang banyak Anaklah ndu raje Seleman Terbang ke tingkapmelambai angina Kalaulah rindu pandang ke halaman Di situ tempat kakak kau bermain Petiklah poa delima batu Anak sembilang di tapak tangan Abang kau jauh di negeri yang Satu Hilang di mate di hati jangan Burunglah gagak burung kedidi Hinggap di ranting si limau manis Mak mengembus si sawan pogi Mak menangkal si sawan tangis Nak gugu gugulah nangke Jangan ditimpa si ranting pauh Nak tido tidolah mate Jangan dikenang orang yang jauh Dondanglah si dondang bawe betandang Sayurlah bayam berkicap manis Rindu siang bawa bertandang Rindu malam bawa menangis Enciklah Alam mengail kekek Dapat seekor ikan gulame Berkirim salam kepada encek Bulanlah terbang suruh ke sane.
 
Pada Tahun 2018 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 225 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Nandung menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201800643
 
(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 143)   

0 komentar: