Sultan
Syarif Kasim II merupakan Sultan Siak yang kedua belas atau yang
terakhir, memerintah Kerajaan Siak dari tahun 1915-1945. Makam Sultan
ini terletak di sisi barat dari Komplek Masjid Sultan (Masjid
Syahbuddin). Komplek pemakaman ini terdiri dari makam Sultan Syarif
Qasyim beserta permaisuri Tengku Agung Sultanah Latifah dan Tengku
Maharatu beserta panglima, makam Sultan ini selalu ramai dikunjungi dan juga didoakan oleh peziarah khususnya wisatawan yang berkunjung ke Siak.
Pada masa pemerintahan presiden BJ Habibie, Sultan Syarif Kasim II diberi tanda kehormatan Bintang Maha Putra Adi Pradana pada tanggal 6 November 1998 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Setelah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II mengibarkan bendera Merah Putih di depan Istana Siak,lalu ia pergi ke Jakarta untuk menemui Presiden Soekarno dan menyatakan ikrarnya kepada NKRI lalu Sultan menyerahkan mahkota kerajaannya, istana, dan hampir seluruh kekayaan Kesultanan Siak Sri Inderapura kepada pemerintah RI dan menyerahkan uang sebesar 13juta Gulden dan tentunya sebuah jumlah yang fantastis untuk saat itu. Sejak itu beliau Sultan Syarif Kasim II bermukim di Jakarta sebagai Penasehat Pribadi Presiden Soekarno dan pada tahun 1960 beliau kembali ke Siak dan hingga beliau mangkat pada tahun 1968 diPekanbaru.
Semasa hidupnya Sultan dikenal sangat anti Belanda dan bersikap tegas dan menyatakan bahwa Kerajaan Siak adalah kerajaan yang berkedudukan sejajar dengan Belanda. Hal ini tidak seperti isi kontrak perjanjian antara Kesultanan Siak dengan Belanda yang menyatakan bahwa Siak adalah milik Kerajaan Belanda yang dipinjamkan kepada sultan.
Sultan pemimpin yang arif dan bijak serta mempehatikan rakyatnya, demi mencerdaskan rakyatnya, Sultan Syarif Kasim II menyelenggarakan program pendidikan dengan mendirikan Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang diperuntukkan bagi semua lapisan penduduk, untuk mempermudah transportasi bagi para siswa, dia membuat perahu penyeberangan gratis. Bahkan, bagi para siswa yang berbakat diberikan beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke luar daerah seperti Medan, Padang, dan Batavia. Dia juga mendirikan sekolah agama khusus laki-laki dengan nama Taufiqiah Al-Hasyimah. Tak tanggung-tanggung, tenaga pengajar didatangkan dari Padang dan Mesir.Dan Permaisuri Istri Sultan juga turut mendirikan sekolah khusus untuk perempuan pertama di Riau yang bernama Latifah School yag didirikan pada tahun 1926.
Cara Menuju ke Makam Sultan Syarif Kasim II
Cara menuju ke Makam Sultan Syarif Kasim II terbilang mudah. Terutama jika Anda memulai perjalanan dari Kota Pekanbaru. Bila menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa menempuh jalur darat dari dua arah, pertama melalui simpang Maredan dari Jalan Lintas Timur menuju ke Pelalawan, jalur ini menyajikan jalanan yang bagus, luas namun sedikit lebih jauh. Jalur kedua bisa melalui kawasan Minas.
Untuk kendaraan yang digunakan bisa menggunakan kendaraan pribadi atau umum, baik roda dua maupun roda empat bisa digunakan karena lama perjalanan sekitar 2 jam saja dalam waktu normal.
Berikut Video Singkat Makam Sultan Syarif Kasim II
Pada masa pemerintahan presiden BJ Habibie, Sultan Syarif Kasim II diberi tanda kehormatan Bintang Maha Putra Adi Pradana pada tanggal 6 November 1998 dan mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Setelah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II mengibarkan bendera Merah Putih di depan Istana Siak,lalu ia pergi ke Jakarta untuk menemui Presiden Soekarno dan menyatakan ikrarnya kepada NKRI lalu Sultan menyerahkan mahkota kerajaannya, istana, dan hampir seluruh kekayaan Kesultanan Siak Sri Inderapura kepada pemerintah RI dan menyerahkan uang sebesar 13juta Gulden dan tentunya sebuah jumlah yang fantastis untuk saat itu. Sejak itu beliau Sultan Syarif Kasim II bermukim di Jakarta sebagai Penasehat Pribadi Presiden Soekarno dan pada tahun 1960 beliau kembali ke Siak dan hingga beliau mangkat pada tahun 1968 diPekanbaru.
Jenazah beliau kemudian
dimakamkan di sekitar Masjid Masjid Syahabuddin yang terletak di Jalan Ismail di
Desa Kepenghuluan Kampung Dalam, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak. Tidaklah sulit untuk mencari makam Sultan dan makam ini cukup megah dengan bangunan yang cukup luas berukuran sekitar 60m2. Pintu masuk berada di sebelah utara. Dinding dinding luarnya
membentuk jendela-jendela dengan bagian atas membentuk lengkung bulat.
Bagian atap terdapat satu kubah seperti bentuk kubah masjid. Jirat makam
Sultan ini berbentuk empat undak dari tegel dan marmer. Nisannya dari
bahan kayu berukir motif suluran. Bentuknya bulat silinder bersudut 8
dengan dimaeter 26 cm dan tinggi 95 cm. Bagian puncak atas nisan
berbentuk kelopak bunga teratai.
Semasa hidupnya Sultan dikenal sangat anti Belanda dan bersikap tegas dan menyatakan bahwa Kerajaan Siak adalah kerajaan yang berkedudukan sejajar dengan Belanda. Hal ini tidak seperti isi kontrak perjanjian antara Kesultanan Siak dengan Belanda yang menyatakan bahwa Siak adalah milik Kerajaan Belanda yang dipinjamkan kepada sultan.
Sultan pemimpin yang arif dan bijak serta mempehatikan rakyatnya, demi mencerdaskan rakyatnya, Sultan Syarif Kasim II menyelenggarakan program pendidikan dengan mendirikan Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang diperuntukkan bagi semua lapisan penduduk, untuk mempermudah transportasi bagi para siswa, dia membuat perahu penyeberangan gratis. Bahkan, bagi para siswa yang berbakat diberikan beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke luar daerah seperti Medan, Padang, dan Batavia. Dia juga mendirikan sekolah agama khusus laki-laki dengan nama Taufiqiah Al-Hasyimah. Tak tanggung-tanggung, tenaga pengajar didatangkan dari Padang dan Mesir.Dan Permaisuri Istri Sultan juga turut mendirikan sekolah khusus untuk perempuan pertama di Riau yang bernama Latifah School yag didirikan pada tahun 1926.
Cara Menuju ke Makam Sultan Syarif Kasim II
Cara menuju ke Makam Sultan Syarif Kasim II terbilang mudah. Terutama jika Anda memulai perjalanan dari Kota Pekanbaru. Bila menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa menempuh jalur darat dari dua arah, pertama melalui simpang Maredan dari Jalan Lintas Timur menuju ke Pelalawan, jalur ini menyajikan jalanan yang bagus, luas namun sedikit lebih jauh. Jalur kedua bisa melalui kawasan Minas.
Untuk kendaraan yang digunakan bisa menggunakan kendaraan pribadi atau umum, baik roda dua maupun roda empat bisa digunakan karena lama perjalanan sekitar 2 jam saja dalam waktu normal.
Berikut Video Singkat Makam Sultan Syarif Kasim II