Tampilkan postingan dengan label MONUMENT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MONUMENT. Tampilkan semua postingan

Tersebutlah nama Elang Pulai,nama yang tidak begitu Asing bagi masyarakat Pangean dan nama Elang Pulai diabadikan menjadi sebuah Tugu. Sebelum TNI resmi dibentuk , Nusantara sudah memilki pasukan perang yang berjuang melawan penjajah Di Pangean, tersebutlah pasukan Elang Pulai.

Pada 5  Januari 1949 Pukul 10.00, pasukan payung kolonial Belanda mendarat di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri. Pertempuran pun tak terelakkan lagi. Pemerintah kabupaten dan rakyat dengan mengambil tempat di balai adat Koto Tinggi Pangean yang diprakarsai oleh Ja’far Thaher selaku wali militer bersama pemuka adat, alim ulama guru silat dan lainnya membentuk kesatuan gerilya Pangean dengan nama Elang pulai pada 25 Januari 1949. Menurut sejarah, seekor burung elang yang keramat, bersarang di pucuk kayu pulai yang tumbuh di ujung taye, yaitu tempat yang dikeramatkan karena tempat berpendamnya para guru silat pangean, tempat yang lazim diziarahi orang sampai sekarang. Setiap pasukan Elang pulai yang akan diberangkatkan ke medan perang, berziarah terlebih dahulu ke ujung Taye, berharap berhasil dan kembali dengan selamat.

Tanggal 5 Maret 1949 pasukan elang punai dipimpin oleh Harun Haban dan Intan Judin dengan 70 anggota diberangkatkan dari surau godang Teluk Pauh Pangean pukul 10.00, dilepas oleh pemuka masyarakat termasuk rang (Orang) padek-padek. Dalam pengepungan dan penyerbuan pasar Cirenti, pasukan elang pulai dibagi tiga regu, untuk regu satu jurusan timur, dipimpin oleh Harun Aban, regu dua dipimpin oleh musmil untuk jurusan dan regu tiga di selatan dipimpin oleh Intan Judin. Pukul 00.30 hari itu terjadi kontak senjata dengan dahsyat berlangsung sampai fajar terbit.

Pada 15 April 1949 Belanda datang dan masuk di Koto Rajo menuju penahan pasukan elang pulai di pematang pangean sepuluh hari, dan terjadi pertempuran sengit. Dalam pertempuran ini, pasukan Belanda mundur ke Koto Rajo. 3 orang pasukan elang terjebak, Leman Ransu, Mail Birit, dan Dujang. Leman dan Mail ditembak mati sedangkan Dujang dipukuli hingga pingsan.

Tanggal 28 Mei 1949 sang merah putih tetap berkibar di dua tempat. Di kasana kayu batu dan pekan Selasa. Di Pembatang Balung berada staf wali militer Jaafar Thaher dan Wedana Amiruddin oleh tentara Belanda diadakan pengepungan terhadap kekuatan elang punai waktu itu adalah Musmil, Syamsudin dan Lasin Gomuk yang beranggotakan sebanyak 60 orang. Belanda meneruskan penyerangannya sampai ke Rawang Binjai.

Selama bulan Juni 1949 Belanda bertemu dengan dua orang pasukan elang punai yaitu A. Muin dan Umar Burhan di Rawang Binjai. Umar ditembak mati dan Muin berhasil meloloskan diri, kegiatan operasi tentara Belanda selain membakar dan merampas, telah berhasil menembak 2 orang lagi yaitu Samsu dan Musa di sungai pangean.

Setelah mendapat informasi bahwa pasukan elang punai berada di Pauh Angit, Amir Ranjau bersama militer bersenjata britis menuju kesana. Melalui pengepungan, mereka berhasil menagkap komandan elang pulai-Zainal Abidin berikut 6 orang anggota yaitu Lasin Gomik, M. Yusuf, Hadap, Bujang, Ali Negara dan Raja Ewa. Senjata mereka dilucuti dan mereka diangkut ke Baserah, menuju Taluk Kuantan, Air Molek dan Rengat sebagai tawanan perang. Tetapi mereka dikembalikan ke pasukan republik karena tidak dibenarkan melakukan penangkapan dan tindakan lainnya karena di negeri Belanda sedang melaksanakan konferensi meja bundar.

Akhirnya perjuangan ini disudahi dengan syukuran makan bersama dihibur dengan rarak bertalempong dan dikumandangkan lagu rimba raya sebagai lagu perjuangan rakyat pangean, yang diciptakan oleh Sulaiman Isma’il dengan nama panggilan Leman Kaomato, berirama lagu Pantai Padang.

Tiga orang tentara yang gugur dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Darma di Pekanbaru. Tanggal 29 Desember 1949 dibangun tiga tugu pahlawan elang pulai yang terletak di pematangan oleh rakyat pangean dengan pemerintahan RI sebagai bukti sejarah perjuangan rakyat kenegarian Pangean di Indragiri Hulu. Tugu pahlawan ini masih bediri.

Demikian sekelumit dari perjalanan perjuangan masyarakat Pangean melalui kesatuan gerilya elang punai dalam usaha ikut mempertahankan proklamasi 17 Agustus dari ancaman kolonial Belanda.

 

(Sumber : https://bahanamahasiswa.co/pasukan-gerilya-elang-pulai-pangean/)



Mengutip laman Wikipedia ,Diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan. Asal usul diorama adalah dekorasi teater di Eropa dan Amerika pada abad ke-19. Pencinta miniatur sering membuat diorama untuk memamerkan model kendaraan militer, miniatur figur publik, ataupun miniatur pesawat terbang.

Diorama pada masa modern digunakan untuk menggambarkan keadaan sesungguhnya dari landskap keadaan sejarah, kejadian alam, dan keadaan kota untuk kebutuhan pendidikan atau pertunjukan. Dan salah satu contoh Diorama Modern adalah Diorama Tuanku Tambusai yang terdapat di Desa Talikumain, dan Dalu Dalu Kelurahan Tambusai Tengah Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu.
                    


Diorama Tuanku Tambusai menggambarkan perjuangan Tuanku Tambusai dalam mengusir penjajahan belanda, sehingga para pengunjung merasakan suasana perjuangan masa lalu Tuanku Tambusai. Diorama Tuanku Tambusai syarat dengan nuansa Tempo Dulu, dimana terdapat Tulisan berejaan tempo dulu dan juga tulisan arab melayu, Diorama Tuanku Tambusai menampilkan silsilah Tuanku Tambusai, bagaimana ia besar dan tumbuh, serta cerita perjuangannya melawan penjajah dan tentunya juga ditampilkan relief serta peta Benteng Tujuh Lapis.


Terdapat Dua Diorama Tuanku Tambusai di Kecamatan Tambusai , Diorama Ini merupakan Zona Penunjang dari Revitalisasi Benteng Tujuh Lapis, dimana  dibangun sebanyak Dua Diorama yang berjarak sekitar 2km dari kawasan Benteng Tujuh Lapis , Diorama pertama berada di  tepi jalan masuk Dalu-dalu dari Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara, yakni di lingkungan Kubu Baling-baling Kelurahan Tambusai Tengah sedangkan Diorama berikutnya berada di Tepi Jalan Desa Talikumain jika dari arah Pasir Pengaraian.


Kini Diorama ini menjadi tempat yang ramai dikunjungi untuk berswaphoto maupun menjadi tempat kunjungan wajib jika berkunjung ke Tambusai Rokan Hulu.


Cara Menuju Lokasi Diorama Tuanku Tambusai
Untuk mengunjungi lokasi Diorama Tuanku Tambusai yang berada di Kecamatan Tambusai Kabupaten  Rokan Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan  lebih kurang sejauh dua ratus kilometer , dengan waktu tempuh normal 4 ,5 hingga 5 jam perjalanan. Perjalanan dilakukan menuju Tambusai Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat dilakukan melalui  akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang Anda cari. 
Selain itu untuk memudahkan serta kenyamanan anda juga dapat menggunakan Jasa Travel Pekanbaru - Tambusai dengan Biaya Rp.120.000,- sekali Perjalanan, Alam Travel menjadi salah satu Referensi kami untuk Perjalanan Pekanbaru - Tambusai atau sebailknya Tambusai - Pekanbaru , keramahan Supir dan juga keamanan dalam mengemudi Kendaraan menjadi Ciri Khas dari Alam Travel. Untuk menikmati perjalanan bersama Alam Travel dapat menghubungi Nomor 08217228279.

Jika ingin menginap ,tidak jauh dari Diorama terdapat sebuah Penginapan Syariah, dan Jika menginap Kita dapat berkunjung ke beberapa tempat di Kecamatan Tambusai seperti Benteng Tujuh Lapis, Gedung Lembaga Kerapatan Adat Desa Adat Luhak Tambusai, Makam Raja Qahar, serta Makam Raja Rambah yang berjarak sekitar Belasan Kilometer yang berada di Kecamatan Rambah.

Provinsi Riau merupakan salah satu daerah yang dilewati Garis Equator (Garis Khatulistiwa). Terdapat dua daerah di Riau yang dilewati Garis Equator (Garis Khatulistiwa) yaitu Pangkalan Lesung (Kabupaten Pelalawan) dan Lipat Kain (Kabupaten Kampar). 

Salah satu Tugu Equator (Tugu Khatulistiwa) khatulistiwa berada di Lipatkain yang terletak 79 km ke arah selatan Kota  Pekanbaru. Secara geografis, Lipatkain terletak pada garis lintang 0 derajat. Lipatkain merupakan salah satu ibu kota kecamatan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri.

                        

Pemerintah Provinsi Riau akan membangun sebuah Monumen yaitu Monumen Bahasa Indonesia. Monumen ini nantinya juga berfungsi sebagai Museum. Monumen Bahasa merupakan Simbol bahwa Bahasa Indonesia Berasal dari Bahasa melayu. Dana sekitar Rp 16 milyar telah dipersiapkan untuk membangun tugu bahasa tersebut. Pada awalnya rencana Pembangunan ini ditentang oleh masyarakat Riau bahkan sempat terjadi tarik ulur persetujuan Anggaran Monumen Bahasa ini. 
Walaupun banyak kritikan dilayangkan terhadap pembangunan Monumen Bahasa Indonesia di Riau, namun DPRD Riau menilai, tugu tersebut perlu. Ketua DPRD Riau, Drs HM Johar Firdaus MSi kepada wartawan di Gedung Lancang Kuning, mengatakan pembangunan tersebut jangan dilihat dari segi yang bisa menyudutkan pembangunan Riau, tapi lihatlah dari aspek budaya, bangunan itu berguna untuk anak-cucu yang akan datang. Monumen Bahasa ini nantinya akan dibangun di lokasi Bandar Seni Raja Ali Haji. 

Sumber Photo :
http://pt-findo.com/government/monument-bahasa-indonesia

Monumen perjuangan Rakyat riau berada di Jalan Diponegoro Pekanbaru, persis berada didepan Kompleks Gubernuran (Rumah Dinas Gubernur Riau). Di tengah monumen ini terdapat patung TNI dan Rakyat dalam menghadapi penjajah, patung ini berdiri di atas pelataran yang berisi relief perjuangan dan disisi kanan  dan kiri terdapat meriam. 
                               arti dan lambang Monumen Perjuangan Rakyat Riau

Bentuk keseluruhan monumen adalah terbuka yang melambangkan kakraban lingkungan, keserasian dan perpaduan antara monumen dengan alam sekitarnya. Makna yang terkandung di dalamnya, pendekatan dan penghayatan yang se-“resam” antara pemimpin dan rakyat, yang menjadi tulang punggung kesatuan dan persatuan nasional.

                                

Bentuk pelataran monumen adalah “segitiga” yang melambangkan mata anak panah yang mengarah pada satu titik menghadap tiang bendera tempat Sang Saka Merah Putih berkibar di halaman Gubernuran (d/h Gedung Daerah).


Bentuk dasar “dampar” monumen adalah “segilima” dalam 4 (empat) tingkatan yang melambangkan 5 sila dari Pancasila dan juga melambangkan tahun 45 sebagai tahun Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kaki monumen berbentuk segilima yang melambangkan Pancasila dengan lambang sila-sila Pancasila.



Dampar yang menjadi alas patung berbentuk “astakona” atau segi delapan, melambangkan bulan ke delapan yakni bulan Agustus sebagai bulan diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia.


Tugu Ikan Patin ini berada di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu, Rengat barat beribukota Pematang Reba dan pematang reba kini menjadi Pusat pemerintahan Kabupaten Indragiri Hulu. 

                               



Tugu Sempiai merupakan salah satu tugu yang akan hadir di Kecamatan Bandar Petalangan  Kabupaten Pelalawan. Kabupaten Pelalawan mencanangkan tiap kecamatan yang ada di kabupaten Pelalawan memiliki Land Mark. Sebelumnya Pemerintah kabupaten Pelalawan telah membangun Tugu Kijang yang merupakan Land Mark dari Kecamatan Bandar Seikijang 











Tugu Kapau merupakan salah satu tugu yang akan hadir di Kecamatan Kerumutan  Kabupaten Pelalawan. Kabupaten Pelalawan mencanangkan tiap kecamatan yang ada di kabupaten Pelalawan memiliki Land Mark. Sebelumnya Pemerintah kabupaten Pelalawan telah membangun Tugu Kijang yang merupakan Land Mark dari Kecamatan Bandar Seikijang. Pemkab pelalawan juga melakukan pembangunan Tugu Sempiai di Kecamatan Bandar Petalangan.




Tugu 0km memiliki makna penting dan juga  memiliki rangkaian nilai historis,bahkan tidak jarang Tugu 0km menjadi objek untuk berfoto. Tugu 0 Km Kota Pekanbaru memiliki sejarah dan mungkin rangkaian cerita yang unik dan aneh.

                                 

Setidaknya di kota pekanbaru saat ini terdapat 2 Tugu Titik 0Km. Tugu 0Km pertama terdapat di Gudang Pelabuhan Indonesia I (Gudang Pelindo I) di Kelurahan kampung dalam Kecamatan Senapelan. Kini Tugu 0Km yang berada di kecamatan Senapelan sudah tidak dianggap dan dijadikan 0 Km Kota pekanbaru, mungkin saja dahulunya tugu ini dijadikan 0Km karena disekitar tugu ini dulunya Senapelan dijadikan sebagai Pusat Pemerintahan Pekanbaru, mungkin dengan perkembangan waktu dan zaman Pusat Pemerintahan pekanbaru berpindah sehingga menyebabkan adanya Tugu Titik 0Km yang baru.

                                 

Tugu 0km lainnya terdapat di  persimpangan jalan Jenderal Sudirman dan jalan Gajah Mada, Tugu 0km ini terbilang unik dan penuh kontroversial. Pada awalnya Tugu 0Km yang terdapat di perempatan jalan Jendral Sudirman dan Jalan Gajah mada ditandai dengan hadirnya sebuah Tugu Pesawat F-86 Sabre. 
                             
Dikemudian hari terjadi  kontroversi pemindahan Tugu Pesawat North American F-86 Sabre yang telah puluhan tahun menjadi ikon kota yang menandai titik 0km kota pekanbaru dan sekarang digantikan dengan Tugu Tari Zapin yang terbuat dari Perak, patung dari perak ini dibuat oleh pematung kelas dunia dari Bali I Nyoman Nuarta. Tugu Zapin  ini berharga 4,5Milyar. Tugu Zapin ini menggambarkan ciri khas daerah Riau dengan menampilkan Tarian Zapin sebagai simbol Melayunya. Tugu atau patung ini berbentuk sepasang pemuda-pemudi yang sedang menarikan Tarian Zapin.


                             


                                      
Eks Kantor PU Riau yang kini telah berubah fungsi Menjadi Ruang Terbuka Hijau Tunjuk Ajar Integritas terdapat sebuah Tugu, dan disinilah dulunya Bendera Merah Putih Pertama kali berkibar di Kota Pekanbaru, dan Tugu ini di sebut dengan Tugu Proklamasi.


Kemerdekaan Indonesia diawali dengan Pembacaan  Proklamasi oleh Soekarno dan Muhammad Hatta, pada 17 Agustus 1945, baru sampai ke telinga pemuda di Pekanbaru, Riau, lima hari kemudian, 22 Agustus 1945. 

Kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu diterima melalui telegrafis Pemuda PTT Pekanbaru, Basrul Jamal. Namun, ia belum berani mengungkapkannya kepada pemuda lain karena situasi Pekanbaru ketika itu masih dikuasai Jepang, negara yang kalah perang. 

Berselang delapan hari kemudian, 30 Agustus 1945, barulah Basrul Jamal dan para pemuda tergabung dalam Angkatan Muda PTT Pekanbaru, kemudian menyebarluaskan teks Proklamasi tersebut, usai mendapat kabar kepastian utusan yang datang dari Sumatare Barat. 

Bendera Merah Putih itu dijahit oleh Zalidar, kakak perempuan Basrul Jamal. Bendera merah putih itu dikibarkan pada tanggal 12 September 1945, pada  Saat pengibaran Bendera Merah Putih tersebut dihadiri oleh Tokoh Pemuda dan Pejuang Riau saat itu yaitu : Basrul Jamal, Mansyurdin ,Umar Usman, Datuk Mangku, Wan Abdurrahman, Hasan Basri, Toha Hanafi, Bermawi, Abu Bakar Abduh, Agus Ramadhan, Raden Yusuf, Raden Selamat, Amat Suka


Monumen pesawat A-4E Skyhawk ini terletak di Pos depan pintu masuk utama kawasan Lanud Pekanbaru. Monumen ini diresmikan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat SIP, pada hari Sabtu tanggal 25 Februari 2012.



Pesawat Elang Perkasa A-4E buatan Mc Douglas USA merupakan pesawat andalan yang pernah dimiliki Indonesia. Pesawat tempur tersebut mampu melaksanakan operasi taktis, strategis, hanud terbatas dan visat Photo Recce. Selain itu, pesawat tempur yang pernah dioperasikan Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru, pernah melalang buana dan berkiprah dalam medan penugasan operasi seperti Operasi Rencong, Halau, Tetuko, Seroja Timtim dan lain-lain.





Dahulunya pesawat tempur A-4E Skyhawk  menjadi kekuatan inti di Skadron 11 Madiun hingga kemudian dipindahkan  ke Skadron Udara 12 Pangkalan TNI AU Pekanbaru. Dan ini  menjadi salah satu bukti sejarah pengabdian A-4E Skyhawk kepada bangsa dan negara yang tak pernah lekang oleh waktu, sehingga dibangunlah monumen peswat A-4E Skyhwak.  




Tugu Kijang ini menjadi simbol dari kecamatan Bandar Seikijang Kabupaten Pelalawan. Tugu ini berada di jalan Lintas Timur Pekanbaru- Pangkalan Kerinci. Tugu ini menandakan bahwa dahulunya di Bandar Seikijang banyak terdapat kijang,namun kini kijang-kijang tersebut sudah tidak ada lagi.







BACA JUGA : RENDERING TUGU KIJANG BANDAR SEIKIJANG

Tugu ini berada di Jalan Jendral Sudirman tepatnya di Pertigaan Jalan masuk ke Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II. Tugu ini dinamakan Tugu Selamat Datang karena Tugu Inilah Tugu yang pertama kali dilihat jika kita berdatangan dari Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.



Tugu Air Mancur Kota Pekanbaru sempat  menjadi ikon  Kota Pekanbaru. Tugu ini berada di Jalan Sudirman Pekanbaru persis di depan Kantor Walikota Pekanbaru. Tugu ini sangat ramai dikunjungi oleh warga Pekanbaru,mereka mengunjungi Tugu ini untuk berphoto. Kini Tugu Air Mancur hanya tinggal kenangan saja, saat ini  keberadaan Tugu Air Mancur telah diganti dengan hadirnya Tugu Ikan Selais Tiga Sepadan. 


Kredit Photo : Forum Skyscrapercity Riau
Monumen Dirgantara atau Tugu Pesawat biasanya warga Pekanbaru menyebutnya. Tugu ini berdiri dengan gagah tepat berada di Titik 0 (nol) km Kota Pekanbaru. Tugu ini sangat erat kaitannya dengan Perjuangan Pekanbaru. Dulunya Pekanbaru (Riau) pernah menjadi basis dan pemusatan kekuatan Angkatan Udara RI ketika konfrontasi dengan Malaysia sekitar tahun 1950-an.


Pesawat yang ada di Tugu Pesawat Tempur,merupakan pesawat tempur asli jenis Sabre 86 J388. Pesawat ini  dibeli secara patungan oleh sejumlah pengusaha di Pekanbaru, termasuk salah seorang penyumbangnya adalah Saleh Abbas, pengusaha yang bermukim di Pasar Bawah yang namanya diabadikan menjadi sebuah nama jalan di Pasar bawah yaitu Jalan Saleh Abbas. Pesawat tempur Sabre 86 jenis J388 ini pernah digunakan untuk melawan Belanda saat masa kemerdekaan demikian Narasi yang beredar di Masyarakat, dulunya Saleh Abbas bersama Pengusaha dan Saudagar Pekabaru lainnya berniat untuk membeli pesawat , namun pembelian pesawat urung dilakukan.

Lantas Ini Pesawat apa ?

Avon Sabre 86 adalah pesawat tempur TNI-AU yang dihibahkan dari Australia dekade 70an dan resmi memperkuat TNI-AU pada tahun 1973 dan 1976. Tahun 1973 adalah pesawat bekas pakai RAAF (Australia sebanyak 18 unit) sedangkan yang datang tahun 1976 adalah pesawat bekas pakai TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia) yang sebelum dipakai oleh Malaysia juga dipakai oleh RAAF (Australia).

Pesawat ini "aslinya" dibuat oleh pabrik North America di USA dengan nama F-86 Sabre. Namun, karena lisensi ikut dibeli oleh perusahaan Avon asal Australia, maka dibuatlah nama "baru lahir" menjadi Avon Sabre 86. Pesawat ini kondang di Perang Korea tahun 1950an dengan sebutan "MiG Killer". Karena pesawat ini banyak sekali "membunuh" pesawat MiG-15 milik musuh.

Pesawat yang dipakai TNI-AU ini hibah dari Australia dan Malaysia secara bekas pakai sebanyak 23 unit (18 Australia, 5 Malaysia). Mendatangkan pesawat Avon Sabre 86 dilakukan melalui sebuah operasi yang bernama "Garuda Bangkit". Pesawat ini hadir untuk mengisi arsenal TNI-AU di Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi, Madiun

 

Kini keberadaan Tugu Pesawat sudah berpindah tempat, Tugu Pesawat sendiri dipindahkan persis di Depan Gedung Juang Pekanbaru, sedangkan di eks Lokasi Tugu Pesawat dibangun Tugu Zapin. Tugu Tari Zapin ini terbuat dari Perak, patung dari perak ini dibuat oleh pematung kelas dunia dari Bali I Nyoman Nuarta. Tugu Zapin  ini berharga 4,5Milyar. Tugu Zapin ini menggambarkan ciri khas daerah Riau dengan menampilkan Tarian Zapin sebagai simbol Melayunya. Tugu atau patung ini berbentuk sepasang pemuda-pemudi yang sedang menarikan Tarian Zapin.


Tugu ini bernama Tugu Kijang, Tugu ini akan dibangun di kecamatan Bandar Seikijang. Pada dahulunya di Bandar Seikijang, terdapat sebuah sungai dan di Sungai tersebut banyak ditemukan Kijang. Saat ini Kijang sudah langka di Bandar Seikijang ataupun di Pelalawan.
Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan event olahraga nasional yang diselenggarakan kurun waktu 4 (empat) tahun dan event tersebut merupakan titik kulminasi kegiatan keolahragaan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan prestasi olahraga nasional.


Countdown diartikan sebagai perhitungan mundur yang sangat diharapkan untuk dapat dijadikan sebagai momentum pengingat bahwa Provinsi Riau mempunyai tanggung jawab yang besar sebagai pelaksana yang bermuara pada penyelenggaraan PON XVIII tahun 2012 pada tanggal 9 September 2012 mendatang dengan menjalankan catur sukses PON XVIII Tahun 2012 yaitu sukses penyelenggaraan, sukses prestasi nasional, sukses pemberdayaan ekonomi kerakyatan, sukses promosi daerah. Kegiatan Tugu Contdown ini dimaksudkan untuk memberi kesan berbeda sehingga seluruh lapisan masyarakat khususnya Riau lebih sigap dalam menyikapi egala persiapan menjelang 1 tahun (365 hari) penyelenggaraan event olahraga nasional.


Tujuan Pelaksanaan Contdown PON XVIII Tahun 2012
  1. Sebagai momentum pengingat bahwa pelaksanaan PON XVIII Tahun 2012 tinggal 365 hari lagi dan tugas besar bagi Panitia PON XVIII Tahun 2012 beserta segenap lapisan masyarakat untuk mensukseskannya.
  2. Menjaga antusiasme masyarakat Riau akan PON XVIII Tahun 2012 dengan memberikan sebuah presentasi kesiapan dan apresiasi atas kerja dan dukungan dari semua pihak
  3. Memasyarakatkan budaya Melayu Riau yang ramah dan mampu beradaptasi dengan perkembangan dunia kepada masyarakat melalui kegiatan seni dan budaya



Makna dari Tugu Countdown PON XVIII Tahun 2012 :
  1. Tinggi 9 meter : Melambangkan tanggal penyelenggaraan PON XVIII tahun 2012
  2. Bentuk 2 buah tower : Bentuk abngunan melengkung (melambangkan kedinamisan aktifitas olahraga), dua buah tower yang tidak sama tinggi (melambangkan perlombaan atau kompetisi yang sportif untuk menjadi yang terbaik (sang juara)
  3. Buku : Sebagai simbol Al-Quran yang melambangkan Al-Quran menjadi pedoman dalam bertindak dan berperilaku dalam apapun jua
  4. Anak Tangga yang berjumlah lima 5 anak tangga : Melambangkan Rukun Islam sebagai ketentuan utama masyarakat melayu Riau
  5. Tower yang dikelilingi kolam : Melambangkan "back nature" sebagai dasar berpijak dan moto "go green" yang dicanagkan Pemerintah Provinsi RIAU.

Di Bumi Riau Terbilang
Kita Wujudkan PON Gemilang

Di Riau Bumi Bertuah
               Kita Wujudkan PON Bermarwah

Di Riau Negeri Yang Aman
Kita Wujudkan PON yang Nyaman

Menyambut PON di Bumi Melayu
Rakyat Riau Bersatu Padu






Makna dari Tugu Countdown PON XVIII Tahun 2012 :
  1. Tinggi 9 meter : Melambangkan tanggal penyelenggaraan PON XVIII tahun 2012
  2. Bentuk 2 buah tower : Bentuk abngunan melengkung (melambangkan kedinamisan aktifitas olahraga), dua buah tower yang tidak sama tinggi (melambangkan perlombaan atau kompetisi yang sportif untuk menjadi yang terbaik (sang juara)
  3. Buku : Sebagai simbol Al-Quran yang melambangkan Al-Quran menjadi pedoman dalam bertindak dan berperilaku dalam apapun jua
  4.  Anak Tangga yang berjumlah lima 5 anak tangga : Melambangkan Rukun Islam sebagai ketentuan utama masyarakat melayu Riau
  5. Tower yang dikelilingi kolam : Melambangkan "back nature" sebagai dasar berpijak dan moto "go green" yang dicanagkan Pemerintah Provinsi RIAU.

Tugu Countdown ini berlokasi di jalan Cut Nyak Dien Pekanbaru, dan kedepannya tugu ini akan dijadikan kawasan citywalk
Adipura, adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Sepanjang penyelenggaraan Adipura, Kota pekanbaru telah 7 kali mendapatkan Piala Adipura untuk kategori Kota Besar,  yaitu 7 kali berturut-turut semenjak tahun 2004 hingga tahun 2011. Dan atas keberhasilan Kota Pekanbaru tersebut meraih adipura tersebut, maka dibangun sebuah monumen untuk memperingatinya, yaitu Tugu Adipura. Tugu ini berada di Depan Kantor Walikota Pekanbaru.
Piala Adipura Kota Pekanbaru Tahun 2006

Untuk Tahun 2011 , Pekanbaru berhak mendapatkan Adipura Kencana untuk kategori Kota Besar, Adipura Kencana diberikan kepada Kota Pekanbaru atas keberhasilan menjaga keberhasilan kota Pekanbaru sebagai kota terbersih selama tujuh tahun berturut-turut.
Piala Adipura Kota Pekanbaru Tahun 2009




Tugu Ikan Selais menjadi ikon baru Kota Pekanbaru. Tugu ini diberi nama Tugu Ikan Selais Tiga Sepadan,. Tugu ini berada di Jalan Sudirman Pekanbaru persisi di depan Kantor Walikota Pekanbaru atau juga berada di Lokasi Air Mancur  yang kini telah berubah menjadi Tugu Ikan Selais Tiga Sepadan.
Tugu ini dibangun bersamaan dengan Tugu Kemilau Songket Terpanjang Melayu yang berdiri megahnya di persimpangan jalan SM Amin Pekanbaru

Tugu Ikan Selais Tiga Sepadan mengandung falsafah yaitu  tiga ekor ikan Selais yang diabadikan dalam bentuk saling bersentuhan sekan-akan berangkulan dengan mesra serta ditampilkan dalam gerak dinamis dan penuh kelemah lembutan; mencerminkan pelaku orang Melayu yang selalu hidup dalam kerukunan dan kedamaian, saling berkasih sayang dalam kelincahan dan kepiawaian pergaulannya, sedangkan Air yang bergelombang diibaratkan cerminan samudera luas yang penuh ombak dan badai kehidupan yang selalu menghadapi cabaran dan tantangan, masalah dalam berbagai cobaan dan ujian