Tampilkan postingan dengan label WISATA ALAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label WISATA ALAM. Tampilkan semua postingan
Objek Wisata Gua Serombau ini biasa disebut juga dengan Rumah Batu Serombau, bahkan gua ini lebih populer disebut dengan Rumah Batu Serombou.
Rumah Batu Serombou ini berada  di Kabupaten Rokan Hulu tepatnya Desa Serombau Indah Kecamatan Rambah Hilir.
 
 
 
Rumah Batu atau Gua Serombau ini bagi masyarakat sekitar cukup famiiar dengan cerita yang turun temurun, dahulu dikisahkan dalam gua ini terdapat Ular berkepala tiga dan juga harimau, bahkan suara auman harimau yang berada dalam gua ini didengar hingga ke perkampungan terdekat. Selain itu juga terdapat cerita yang telah mengakar di Masyarakat Rokan Hulu terhadap gua ini. yaitu terdapat sebuah perkampungan  yang dihuni masyarakat yang jauh dari nilai-nilai agama. Kondisi masyarakat sangat kacau dan bisa dikatakan sangat jauh dari aturan-aturan agama. Melihat kondisi tersebut, seorang yang paling sakti diantara warga kampung tersebut bersumpah untuk kehancuran kampungnya. Maka disumpahlah seluruh warga kampung menjadi tiga buah batu yang bentuknya seperti rumah untuk berteduh. Batu itu kini dikenal dengan sebutan batu rumah serembau. 
 



Gua atau Rumah Batu
Serombau memiliki bentuk unik yaitu bebatuan besar yang berjumlah tiga yang menyerupai jamur atau payung, dengan bagian bawah yang mengecil dan bagian atas yang melebar. Batu ini menyerupai rumah yang bisa dijadikan tempat berteduh orang-orang yang duduk di bawahnya sehingga Gua inni disebut  rumah batu serombau. 
 
Berikut  Video Gua Serumbau


Air Terjun Batu Tilam merupakan salah satu Destinasi tersembunyi di Riau ? Rasa penasaran dengan akan air Terjun Batu Tilam , membuat kami hadir ke sebuah tempat yang lokasinya tersembunyi dan jauh dari keramaian, tepatnya di  di Desa Kebun Tinggi Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.
 
Untuk bisa menikmati  keindahan Batu Tilam butuh pegorbanan dan perjuangan ekstra, akses jalan yang belum memadai menjadi penghambat untuk menuju Desa Kebun Tinggi, tidak adanya waktu yang pasti mengenai jarak tempuh ke Batu Tilam, lama perjalanan sangat bergantung musim. Saat musim kemarau untuk bisa mencapainya dibutuhkan waktu selama lima jam perjalanan dari Kota Pekanbaru. Namun bila kondisi cuaca di musim hujan, perjalanan bisa memakan waktu yang lebih lama, yakni 8 hingga 11 jam.

Kondisi jalan yang masih tanah, berlubang dan tanjakan curam menjadi pemandangan ketika menuju ke air terjun Batu Tilam. Hanya mobil gardan ganda dan motor trail, atau motor dengan modifikasi khusus, yang bisa melewati jalan ini ketika musim hujan.



Air terjun Batu Tilam berada di mulut gua di deretan Bukit Barisan yang melintas di Kabupaten Kampar. Pandangan mata disuguhi hutan asri dengan udara sejuk yang menjadi keindahan alaminya. Ketika air terjun Batu Tilam mengalir deras membasahi dinding batu, butiran halus seperti embun menyelimuti lokasi itu sepanjang waktu.

Rimbang Baling Adventure yang dinakhodai Khairul Misbah memandu perjalanan kami menuju, Irul biasa disapa cukup sigap mengarahkan kemana putaran ban sepeda motor kami, tidak terhitung berapa kali kami terjatuh, mendorong sepeda motor , bermandikan keringat dan penat itulah yang kami alami selama menempuh perjalanan. Perjalanan menuju Kawasan Air Terjun Batu Tilam ini  jauh dari sentuhan infrastruktur maupun jaringan internet 4G, sekali kali di beberapa puncak kita bisa mendapatkan sinyal GSM untuk sekedar mengirim pesan SMS.


Tidak gampang untuk ke Air Terjun Batu Tilam, butuh mental dan fisik yang bagus, karena perjalanan menuju air terjun tersebut tidaklah melewati jalanan aspal yang mulus, karena kita mesti melewati jalanan berpasir dan berbatuan. Dari Kota Pekanbaru pejalanan dilanjutkan menuju Lipat Kain dengan jarak tempuh lebih kurang 1,5 s/d 2 jam, kemudian perjalanan dilanjutkan ke arah Taluk Kuantan dan sebelum Jembatan kita mengarahkan laju kendaraan berbelok kanan ke  Simpang Rakit Gadang atau yang lebih dikenal dengan Simpang Gema/ Simpang Kuntu, dan perjalanan kita lanjutkan hingga nantinya kita akan menemui persimpangan , jika kekiri kita akan menuju Desa Gema, dan arah perjalanan kita adalah ke Kanan. Lebih kurang 4 jam perjalanan ke dalam dengan berbagai kontur jalanan  yang ada yang berliku-liku dan mendaki dan menurun, jika musim kemarau maka jalanan akan berdebu, begitu pula sebaliknya jika musim hujan,meka jalan ini sangat sulit untuk dilalui. Sebelum kita sampai di Tujuan yaitu Desa terakhir yang terdekat ke air terjun Batu Tilam di Desa Kebun Tinggi , kita melewati beberapa Desa di Kecamatan Kampar Kiri yaitu Desa Lipat Kain Selatan, Desa Teluk Paman Timur, Desa Teluk Paman, Desa Tanjung Mas, Desa Sungai Rambai, Desa Padang sawah,Desa Sungai Raja, Desa Muara Selaya, dan kemudian kita melewati beberapa Desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu yakni Desa Danau Sontul, Desa Tanjung Karang, Desa Deras Tajak, Desa Batu Sasak, Desa Lubuk Bigau  hingga akhirnya kami tiba di Desa Kebun Tinggi.



Di kawasan air terjun Batu Tilam masih terdengar suara siamang dan bermacam-macam jenis burung yang saling bersahutan. Berbagai macam kayu hutan yang sudah langka juga masih bisa dijumpai di tempat ini, dengan ukuran diameter kayunya besar-besar sehingga perlu 2-3 pelukan orang dewasa untuk menggapainya.

Kebetulan kami sempat berbincang dengan Joni Kepala Desa Kebun Tinggi, Kades dengan antusias menyampaikan kepada kami saat ini ada lebih kurang 27 Air Terjun  yang berada di Kawasan Desanya dgan ketinggian 10meter hingga 150meter, dan belum semuanya dapat digunakan untuk berwisata karena keterbatasan dan juga ada banyak ular di gua di kawasan air terjun. Kemudian Joni juga menyampaikan Rencana pembangunan Villa atau cottage serta perbaikan akses jalan ke Desa Kebun Tinggidan Joni juga menyampaikan bahwa untuk menuju ke Batu Tilam kita melewati wilayah sumatra Barat dan Kedepan jalan tersebut tidak akan dilewati dan akan dibuat jalan baru di wilayah Riau.

 

Saat ini  objek wisata air terjun Batu Tilam sendiri sudah dilengkapi fasilitas pondok peristirahatan , MCK, dan pengunjung jangan khawatir untuk makan, karena warga setempat bersedia menyediakan makanan untuk pengunjung. Destinasi wisata Batu Tilam yang terletak di Desa Kebun Tinggi Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar pada tahun 2020 silam terpilih menjadi Juara Pertama Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020 dalam kategori Surga Tersembunyi Terpopuler.


Penasaran bagaimana Air Terjun Batu Tilam serta akses perjalanan ke Air Terjun, saksikan video berikut :

Air Terjun Lubuk Nginio salah satu wisata alam yang berada di Kabupaten Kampar tepatnya di Desa Merangin, Kecamatan Kuok. Akses menuju air terjun ini sudah cukup baik, Sebagian besar jalan menuju air terjun ini sudah beraspal dan juga tanah kuning yang cukup keras dan kita juga melewati areal kebun sawit dan karet milik warga.

Lubuk Nginio merupakan Lubuk kecil yang  tersuruk di tengah hutan yang menyimpan ketenangan dan kesederhanaan.  Lubuok atau Lubuk dalam bahasa kampar berarti lubuk atau ceruk terdalam dari sungai sedangkan Nginiu/nginio  mengandung arti dalam dan seram. Lubuk Nginiu berarti lubuk yang dalam dan  menakutkan.

Lubuk Nginio sering dikunjungi oleh Pesepeda, dan TrekLubuk Nginio merupakan Trek yang sempurna untuk Montain Bike,melewati jalan aspal, anak sungai , jembatan kecil,tanjakan dan juga mendorong sepeda, kepenatan terbayar dengan udara yang segar, hutan yang lebat serta suara gemercik air terjun lubuok nginio.

Lubuok/Lubuk ini tidaklah terlalu besar , menurut bapak yang berjualan makam dan minum disekitar Lubuk Nginio, ukuran dari Lubuk ini berkisar 20x15 meter. Bagian paling dalamnya hanya sekitar 4meter dan diatas Lubuk terdapat air terjun yang Tingginya sekitar 4 meter dengan lebar sekitar 10 meter.





Puncak Air Terjun merupakan tempat terbaik untuk berpoto ,
sisi kanan kiri lubuk dipenuhi bebatuan sungai yang cukup licin dan terjal.  Bagaimana keseruan bersepeda melewati Trek Lubuk Nginio silahkan menyaksikan video  berikut :  

Air terjun menjadi salah satu alternatif mengisi liburan, tidak hanya sekedar berlibur tetapi kita juga  lebih mencintai alam dan tentunya dapat mengolah fisik untuk menjadi lebih sehat, karena cenderung untuk menuju sebuah Air Terjun akan melewati medan yang sulit dengan menguras tenaga dan waktu.

Jika air terjun berada di kawasan hutan dan pegunungan tentu nya kesegaran air dan kesejukan udara menjadi hal yang akan didapatkan di sana. Biasanya air terjun dengan akses mudah dan sudah dibangun fasilitas lengkap menjadi obyek wisata yang selalu diserbu wisatawan sedangkan Air Terjun yang berada di hutan dengan jarak tempuh berjam jam menjadi Wisata Minat Khusus.

Aek Martua
salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Rokan Hulu, jika ke Rokan Hulu tidak lengkap jika tidak berkunjung ke Air Terjun Aek Martua. Secara administratif Air Terjun ini  berada di Desa Bangun Purba  Kecamatan Bangun Purba. Penamaan aek mertua diambil dari bahasa Batak Mandailing , dimana di sekitar kawasan air terjun ini banyak dihuni oleh masyarakat bersuku  Mandailing.

Aek mertua artinya air yang bertuah. Seperti yang diharapkan masyarakat dari air terjun indah yang memancar sebanyak tujuh tingkat tersebut, berupa kebaikan dan manfaat langsung yang dirasakan oleh warga setempat.
Bagi para pengunjung yang ingin menikmati keindahan air terjun ini dapat mencapai lokasi dengan menggunakan angkutan umum seperti L300 atau Superban tujuan Pekanbaru - Pasir Pengaraian dengan biaya Rp 65.000, untuk kenyamanan kami menyarankan menggunakan travel (Avanza, Innova) dengan biaya Rp.100.000,-. Pengunjung bisa turun di Simpang Tangun, kemudian dari Simpang Tangun perjalanan dilanjutkan menuju Lokasi Air Terjun dengan menggunakan Becak Motor ataupun Ojek dengan biaya sebesar Rp.20.000,-.
Jembatan Gantung, Akses Menuju Aek Martua
Setelah tiba di Lokasi kita akan disambut oleh Pokdarwis Gema Wisata Aek Martua dan kita dapat membeli Karcis Parkir/ Tiket Masuk Wisata dimana untuk Sepeda Motor dikenakan Parkir sebesar Rp.15.000,- dan Pengunjung dikenakan Tiket Masuk Rp.5.000,-/orang.  Sesampainya di lokasi pun, para pengunjung tidak serta merta langsung dapat menikmati keindahan air terjun ini. Karena setiba di pintu masuk obyek wisata ini pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati jembatan gantung dan jalan setapak yang sudah disemenisasi sejauh kurang lebih 2,5km, kemudian perjalanan dilanjutkan melewati hutan lindung sejauh 4.5km yang cukup menguras tenaga melewati jalan tanjakan dan turunan yang curam dan sangat tidak disarankan berkunjung ke Aek martua saat musim hujan karena jalanan yang dilewati akan licin dan cukup berbahaya bagi pengunjung.
                           

Jika kita membawa Kendaraan Roda Dua ,maka perjalanan cukup membantu dan disarankan Kendaraan Roda Dua dengan Sepeda Motor Trail dengan ban yang cukup besar, setelah membeli Tiket Masuk dan Parkir kita dapat melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor melewati Jalan Setapak yang telah disemenisasi, kemudian kita melewati Perkebunan Sawit milik warga dan juga melewati Hutan Lindung, hingga nantinya kita dapat memarkirkan Kendaraan dan selanjutnya Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh perjalanan lebih kurang 45menit dan jangan lupa untuk mengabadikan photo karena ada beberapa spot yang cukup menarik untuk berphoto.

Setelah Kendaraan diparkirkan kita melanjutkan perjalanan melewati Anak Tangga yang cukup banyak sehingga ada juga yang menyebut Air Terjun ini dengan sebutan Air Terjun Tangga Seribu. Setelah melewati Anak Tangga kita kembali melewati
jalan setapak menurun dengan  kondisi jalan cukup licin dan juga melewati anak sungai, perjalanan akan lebih nyaman jika mengenakan alas kaki yang tidak licin ataupun tanpa alas kaki.

Sekitar 45menit  berjalan turun, sampailah perjalanan di tepi sungai yang bersumber dari air terjun, perjalanan untuk sampai di titik air terjun harus melewati anak  sungai.  Udara yang sejuk dan juga bunyi air yang terjun dari puncak menghiasi pendengaran kami seakan sudah tidak sabar untuk sampai ke air terjun. 

Perjalanan yang melelahkan terbayar dengan sejuknya udara di Air Terjun, sejuknya udara menyegarkan tubuh dan serasa mengembalikan tenaga yang hilang akibat berjalan kaki, a
irnya begitu jernih dan mengalir deras, pemandangan hutan yang sangat menawan yang menjadikan udara disekitar air terjun tersebut sangat segar dan menyejukkan, ditambah lagi adanya perpaduan dari bebatuan cadas dengan tekstur yang unik dan alami. Air yang mengalir ke Aek Martua merupakan  aliran dari sebuah sungai yang bersumber dari Bukit Simalombu, yakni salah satu dari rangkaian Bukit Barisan yang membentang disepanjang Pulau Sumatra.  Informasi yang kami dapat dari Pokdarwis dulunya Perjalanan ke Aek Martua ditempuh dalam waktu 5jam dan saat ini jarak sudah dipangkas dengan membangun akses jalan dan dari 5jam kini Perjalanan dapat ditempuh dalam waktu 1 hingga 1,5jam. 

Berfoto di bawah cucuran air terjun menjadi aktivitas favorit yang dilakukan pengunjung. Dengan sudut yang pas, hasil foto dengan latar belakang air terjun yang deras menjadi kenang-kenangan tak terlupakan usai melewati rute cukup sulit menuju air terjun.
Ulu Kasok yang berada di Desa Koto Mesjid, Kenegerian Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar mendadak menjadi viral. Tempat tersebut menjadi perhatian netizen khususnya pengguna Instagram . Tidak terhitung banyaknya kendaraan yang parkir serta banyaknya orang yang datang untuk sekedar berphoto dan berselfie di Puncak Ulu kasok.  Kata orang-orang ini Raja Ampat Riau bang, makanya kami datang kesini biar kekinian kayak orang-orang ujar Roger salah satu pengunjung yang datang dari Pekanbaru.


Keindahan alam Ulu Kasok di Desa Pulau Gadang, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar ternyata tak hanya viral di media sosial namun ternyata juga benar-benar telah mampu menarik minat belasan ribu orang datang ke puncak bukit Ulu Kasok untuk menikmati keindahan alam Danau PLTA Koto Panjang dari atas bukit yang cukup tinggi itu.


Terlihat sepintas Ulu Kasok seperti gugusan pulau-pulau di raja Ampat Papua Barat, bahkan banyak netizen menyebut Ulu kasok dengan Raja Ampat Riau bahkan menyebut Ulu kasok dengan Raja Ampat Sumatra. Namun sebagian netizen lain tidak setuju Ulu Kasok disebut dengan Raja Ampat ,
Handphone sudah berulang kali berdering , ternyata Panggilan  dari Bapak Hendri pemilik Rumah Makan Mandi Angin sekaligus pengelola Ekowisata Sungai Kopu. Dalam percakapan telpon pak Hendri menyampaikan bahwa  Asam Pedas Baung Sungai Kampar sudah menanti kedatangan kami. Kami cukup larut dengan awan biru di sekitar Candi Muara Takus. Sungai Kopu yang menjadi tujuan perjalanan kami memiliki jarak yang tidak begitu jauh dari Candi Muara Takus. Jika Candi Muara Takus berada di kecamatan XIII Koto kampar,maka sungai Kopu berada di Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar. 


Keberadaan Sungai belum begitu familiar , tetapi belakangan keberadaan Sungai Kopu menjadi fenomenal setelah kedatangan Plt. Gubernur Riau beserta istri dan Rombongan.  Setelah puas di Candi Muara Takus kami melanjutkan perjalanan menuju Sungai Kopu. Sungai Kopu berada di sekitar Kantor Camat Koto Kampar Hulu.

                           

Dan tibalah kami di Rumah Makan Mandi Angin, Pak Hendri dan Bapak M. Yunus telah menunggu kedatangan kami, seketika Pak M.Yunus menuju boat yang akan membawa kami menelusuri Sungai Kapur, Sungai Kopu dikenal juga dengan nama Sungai Kapur dan Batang Kopu, bahasa daerah sekitar (bahasa ocu) menyebut kata kapur dengan kata kopu. Pak Yunus mempersilahkan kami menaiki boat dan untuk keamanan bersama kami semua menggunakan rompi pengaman (pelampung) yang sudah disediakan oleh pengelola wisata Sungai kopu.


Kami begitu takjub melihat panorama alam sungai kopu, hamparan batu purba yang tinggi menjulang, sungai berkelok nan indah, gemercik air, suara burung bersahutan menjadi teman perjalanan kami menelusuri Sungai Kopu, Pak Hendri sebagai pemandu wisata menjelaskan kepada kami mengenai Sungai Kopu. Kami seakan dimanjakan dan dibuai oleh hutan alami yang masih asri, tebing dan bebatuan.  Batuan yang ada memiliki bentuk yang unik, ada seperti hidung disebut batu hidung, kemudian ada bebatuan yang disebut
Batu Dagu, Batu Balai, Batu Nisan Loba, Batu Gondang, Batu Lompatan Kancil,  Batu Buayo, Batu Iduong, Batu Kangkuong, Batu Ladiong, Batu Gawik, Batu Olang Onggok.
                                  

Warna dari sungai Kapur juga berbeda dengan sungai Kampar yang menjadi muara dari sungai, sungai kapur berwarna kehijauan dan bebatuan yang berada disisi kanan dan kiri anak sungai juga berwarna hijau dan bagi yang sudah pernah ke Grand Canyon pasti sepakat jika Sungai Kopu dikatakan dengan“ Green Canyon ala Riau”.

Keramahan Pak Hendri, ketenangan dan keahlian Bapak Pak M. Yunus mengenadalikan lajunya boat membuat perjalanan kami terasa aman dan menyenangkan.
Makanan dan minuman  yang menemani malam kami di sebuah Warung Empek-empek di daerah Panam sudah habis, dan malam semakin  larut, rasa kantuk menghampiri kami semua. Demikian suasana bincang bincang singkat kami untuk bepergian ke sebuah tempat yang dalam bayangan kami cukup indah dan terisolir, jauh dari sentuhan infrastruktur maupun jaringan internet 4G. Air Terjun Batang Kapas menjadi fokus pembicaraan kami, dengan begitu antusias Arika Harmon  Ketua Persatuan Anak Negeri Pangkalan Kapas (Pangkas) berbicara mengenai potensi Kenegerian Pangkalan Kapas khususnya Desa Lubuk Bigau. Hingga akhirnya disepakati tanggal keberangkatan kami adalah dua minggu berikutnya.

Hingga akhirnya waktu yang telah ditunggu tunggu tiba, dan kami berangkat menuju Desa Lubuk Bigau, Air Terjun Batang Kapas menjadi tujuan keberangkatan kami. Selain disebut dengan Batang Kapas, kadang ataupun sebagian orang ada yang menyebut Air Terjun ini dengan nama Air Terjun Pangkalan Kapas, dan Air Terjun Lubuk Bigau. Arika Harmon Pemuda Desa Lubuk Bigau menjelaskan kepada kami bahwa air terjun Batang Kapaslah nama yang benar, air terjun ini berada di Hulu Sungai  Batang Kapas dan terletak di Desa Lubuk Bigau Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Lubuk Bigau  merupakan pemekaran Desa Pangkalan Kapas bersama desa lainnya yaitu  Desa Tanjung Permai, Kampung Dalam dan Kebun Tinggi. Dahulunya beberapa desa tersebut tergabung dalam satu desa, yakni Desa Pangkalan Kapas dan karena itu jugalah air terjun ini dikenal dengan Air Terjun Pangkalan Kapas.


Disarankan untuk menuju Desa Lubuk Bigau menggunakan Mobil double gardan atau 4x4 , jika menggunakan mobil biasa ataupun mobil yang rendah kita akan kesulitan menuju Desa Lubuk Bigau  terutama jika hari hujan. Jika hujan dikhawatirkan mobil tidak akan mampu melanjutkan perjalanan dan jika ini terjadi kita dapat memarkirkan mobil di rumah warga dan kemudian  melanjutkan perjalanan menuju jasa ojek warga sekitar.

Tidak gampang untuk ke Air Terjun Batang Kapas, butuh mental dan fisik yang bagus, karena perjalanan menuju air terjun tersebut tidaklah melewati jalanan aspal yang mulus, karena kita mesti melewati jalanan berpasir dan berbatuan. Dari Kota Pekanbaru pejalanan dilanjutkan menuju Lipat Kain dengan jarak tempuh lebih kurang 1,5 s/d 2 jam, kemudian perjalanan dilanjutkan ke arah Taluk Kuantan dan sebelum Jembatan kita mengarahkan laju kendaraan berbelok kanan ke  Simpang Rakit Gadang atau yang lebih dikenal dengan Simpang Gema/ Simpang Kuntu, dan perjalanan kita lanjutkan hingga nantinya kita akan menemui persimpangan , jika kekiri kita akan menuju Desa Gema, dan arah perjalanan kita adalah ke Kanan. Lebih kurang 4 jam perjalanan ke dalam dengan berbagai kontur jalanan  yang ada yang berliku-liku dan mendaki dan menurun, jika musim kemarau maka jalanan akan berdebu, begitu pula sebaliknya jika musim hujan,meka jalan ini sangat sulit untuk dilalui. Sebelum kita sampai di Tujuan yaitu Desa terakhir yang terdekat ke air terjun Batang Kapas yaitu Desa Lubuk Bigau, kita melewati beberapa Desa di Kecamatan Kampar Kiri yaitu Desa Lipat Kain Selatan, Desa Teluk Paman Timur, Desa Tanjung Mas, Desa Sungai Rambai, Desa Padang sawah,Desa Sungai (Sei) Raja, Desa Muara Selaya, dan kemudian kita melewati beberapa Desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu yakni Desa Danau Sontul, Desa Tanjung Karaang, Desa Deras Tajak, Desa Batu Sasak hingga akhirnya kami tiba di Desa Lubuk Bigau. 

Warga desa Lubuk Bigau sangat terbuka dan  Keluarga  Arika Harmon  telah  menunggu kedatangan kami. Penat diperjalanan mengharuskan kami untuk beristirahat, karena esok paginya kami mesti melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Batang Kapas. Dan pagipun tiba, setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Batang Kapas. Kami berjalan kaki melintasi kebun karet warga. Sebagian besar masyarakat Desa Lubuk Bigau bermata pencaharian sebagai Petani Karet. 

Kebun Karet Warga Desa Lubuk Bigau

Setelah melintasi Kebun Karet warga kami memasuki hutan alami yang masih perawan, rerimbunan pepohonan mengelilingi dan melindungi kami dari panas terik matahari. Udara segar serasa memenuhi setiap tarikan nafas kami. Arika pemandu kami memeritahu Perjalanan dapat ditempuh minimal 3 jam bahkan sampai 5 jam tergantung ketahanan fisik kita. Setelah berjalan kaki lebih kurang 1jam kami beristirahat di Ngalau Tada, demikian nama yang biasa disebut warga sekitar. Di Ngalau Tada kami melepas lelah sembari mengkonsumsi makanan ringan dan mengisi kembali perbekalan air minum, air minum yang kami konsumsi masih sangat alami yang berasal dari sumber mata air. Sayangnya keberadaan Ngalau Tada sedikit terusik oleh keberadaan tangan-tangan usil, ngalau tada penuh dengan coret-coretan nama.


Ngalau Tada
 
Setelah rasa lelah sedikit hilang, kami melanjutkan perjalanan. Serasa mendapat suntikan energi meskipun bahu dan punggung memikul beban perlengkapan. Perjalanan kian melelahkan tidak terhitung berapa tanjakan mapun turunan yng kami lewati, keringat cukup banyak bercucuran, jalan setapak yang kami lalui semakin terjal, bahkan harus melewati tangga kayu vertikal, dan berjalan melewati anak sungai, berjalan di bebatuan , mungkin saja ini menjadi salah satu tempat trekking yang terbaik yang ada di Riau.
Perjalanan Menuju Air Terjun Desa Batang Kapas

Ayo semangat tidak jauh lagi, hanya satu tanjakan lagi, didepan  sudah tidak ada  tanjakan atau penurunan, didepan sudah tidak ada bebatuan lagi, hanya 30 menit lagi kita berjalan kaki, demikian Ucapan dari Arika Harmon sambil memberikan semangat kepada kami, walau kami tahu sebenarnya perjalanan masih cukup panjang. Entah berapa kali kami beristirahat melepas lelah,sambil mengkonsumsi makanan ringan maupun mengisi kembali perbekalan air minum.  



Bukit dan Bebatuan yang dilewati untuk menuju Air Terjun
Dari kejauhan kami sudah mendengar bunyi air, woii air terjun kata teman yang berada di depan. Sudah pasti melelahkan, tapi rasa lelah hilang seketika ketika melihat air terjun, kami semua kagum melihat air mengalir dari atas ya lebih kurang 125meter hitungan yang kami lakukan, sayangnya saat itu sudah 1bulan tidak hujan sehingga debit air berkurang dan tentunya mengurangi ketinggian air terjun. Jika saat debit air cukup deras atau banyak mungkin saja ketinggian air terjun bisa mencapai 150meter. 



Air Terjun Batang Kapas dengan ketinggian 125meter pada saat debit air berkurang
Air Terjun Batang Kapas pada saat ebit air banyak dan diperkirakan ketinggian air mencapai 150meter
Kami beristirahat di bebatuan sambil menikmati panorama di sekitar air terjun, butiran-butiran air yang tumpah dari puncak tebing membasahi kami, dan sebagian dari kami berdiri tegak diatas permukaan batu untuk mengabadikan momen dengan vew air terjun batang kapas. Air terjun ini benar-benar masih alami dan terbilang masih jarang dijamah,  air terjun dikelilingi  hutan tropis yang lebat lagi tinggi, nyanyian burung, semilirnya angin dan bunyian percikan air serta tumpukan bebatuan yang ditumbuhi lumut yang terhampar disepanjang sisi aliran air yang telah membentuk layaknya anak sungai yang eksotis. 



Hari semakin gelap, dan kami melanjutkan perjalanan ke Bukit atas untuk beristirahat malam, dan momen ini kami gunakan untuk mengambil gambar matahari tenggelam. Kaki tebing menjadi tempat kami kami beristirahat malam, kami tidur seadanya  dengan memanfaatkan ceruk bukit untuk berlindung dan sedikit lebih  aman, terbebas dari hembusan angin. Memang butuh usaha yang tidak sedikit untuk mencapai tempat ini, tapi apa yang dijumpai juga merupakan bayaran yang sesuai. Sebuah keagungan dari alam yang sulit dicari tandingannya.

Matahari Tenggelam
Cerukan Bukit Tempat Kami Beristirahat
Istirahat semalam rasanya sudah cukup untuk mengembalikan kebugaran fisik kami, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak ke sumber air terjun tersebut.





Rasa penat kami berjalan kaki selama 4 jam terbayarkan. Air terjun ini sungguh akan membuat anda berdecak kagum. Posisinya berada disebuah tebing berbatu yang tegak setinggi tidak kurang dari 125meter jika saat kemarau atau kondisi debet air terjun kecil , bahkan jika musim hujan ketinggian air terjun dapat mencapai 160meter, bahkan menjadi air terjun tertinggi kedua di Sumatra setelah Air Terjun Siguragura yang juga merupakan air terjun tertinggi kedua di Indonesia. #Ayokeriau



Bagi yang ingin berpetualangan ke Air Terjun batang kapas Bisa menghubungi Arika Harmon di Telpon/WA : 085374932282
Air Terjun Pulau Simo atau ada juga yang menyebut dengan Pulau Simu. Air Terjun ini terletak di Desa Tanjung Alai kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Air Terjun ini cukup mudah untuk kita temui , jalan yang dilalui adalah Jalan Lintas Riau- Sumatera Barat. Dari Pekanbaru anda bisa langsung menuju ke arah Sumatra barat lebih kurang + 3Jam perjalanan,  bisa menggunakan sepeda motor ataupun mobil.
Gapura menuju Candi Muara Takus adalah titik tergampang yang kita temui untuk menuju ke Air Terjun Pulau Simo, setelah melewati Gapura Candi Muara Takus perjalanan kita lanjutkan sekitar beberapa kilometer, hingga nantinya kita ketemu tempat berjualan bakso dan minum yang menyediakan parkiran luas untuk pengunjung air terjun Pulau Simo dan kita juga akan menjumpai Banner ataupun petunjuk keberadaan Air Terjun Pulau Simo. Setelah itu perjalanan kita lanjutkan dengan trekking selama 15menit,


Menurut masyarakat sekitar ketinggian air terjun ini hanya 12meter dengan kedalam 2meter, sehingga membuat adrenalin anda sedikit terpacu untuk melompat dari ketinggian air terjun. 


Beberapa waktu lalu, Komunitas Blogger Bertuah Pekanbaru berkesempatan melakukan perjalanan ekowisata  ke Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling. Perjalanan ini bertujuan untuk mengunjungi Camp Tiger Protection Unit (TPU) WWF.   TPU merupakan unit kerjasama antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) dan WWF untuk merespon cepat kegiatan yang berkaitan dengan ancaman langsung dan tidak langsung terhadap Harimau Sumatera dan satwa liar lainnya. Tim ini menjaga dua kawasan yang dilindungi yakni SMBRBB dan Hutan Lindung Bukit Batabuh.

Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling atau di kenal juga dengan Suaka Margasatwa Rimbang Baling yang berada di Provinsi Riau ini merupakan salah satu Kawasan tempat habitat Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) Hutan konservasi yang terletak di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi dahulunya memiliki tutupan hutan sekitar 136 ribu ha, namun tutupan hutan kini mulai menyusut di karnakan seiringnya aktivitas perambahan, illegal logging dikawasan tersebut.

Di kawasan ini juga terjadi perburuan harimau sumatera besarnya tekanan dan ancaman dari segala aspek terhadap harimau sumatera menimbulkan kekhawatiran pihak pemerintah dan WWF program Riau. Pada awalnya Tiger Protection Unit (TPU) difokuskan bekerja di kawasan Tesso Nilo. Namun dalam perjalanannya, melihat dinamika yang terjadi di taman nasional ini dan tidak memungkinkan lagi bagi Tiger Protection Unit (TPU) untuk melakukan kegiatan di kawasan tersebut, maka fokus dialihkan ke Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling pada tahun 2007. Seiring dengan perkembangan, Tiger Protection Unit (TPU) diperbantukan untuk melakukan pengamanan harimau sumatera di Koridor SMBRBB-Bukit Tigapuluh.

Sejauh ini Tiger Protection Unit (TPU) sudah melaku upaya penyelamatan harimau sumatera dengan penyitaan sedikitnya 800 jerat harimau dan jerat mangsa. Selain itu, Tiger Protection Unit (TPU) juga turut serta dalam upaya penegakkan hukum terhadap pelaku kejahatan satwa liar. Sedikitnya ada 6 tindak kejahatan perburuan hariamu sudah difasilitasi proses penegakkan hukumnya. Teridentifikasi secara periodik temuan kejahatan illegal logging, perambahan dan aktifitas illegal lainnya di lokasi kegiatan. Selain itu Tiger Protection Unit (TPU) juga Teridentifikasi dan termonitor aktifitas pelaku perburuan dan jaringan perdagangannya.



Penemuan Jerat Harimau di Suakamargasatwa Bukit Rimbang Baling

Penanganan harimau sumatera dilakukan dengan kegiatan patroli, investigasi, respon konflik dan fasilitasi kegiatan unit kerja dalam WWF program Riau dan mitra kerja lainnya. Untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas terhadap upaya perlindungan satwa liar dan habitatnya, tim ini juga berperan dalam melayani kebutuhan unit kerja di WWF Riau serta mitra kerja lainnya. Bentuk kegiatan ini dengan memberikan dan meyediakan informasi, memandu mitra di lapangan dan melakukan sosialisasi.

Pengamanan harimau sumatera diharapkan tidak hanya difokuskan untuk dua kawasan ini saja. Hendaknya kawasan fokus WWF lainnya juga mendapatkan perhatian yang sama, serta didukung dengan personel yang memadai. Selain itu, dukungan pemerintah juga menjadi suplemen bagi tim Tiger Protection Unit (TPU) dalam menjalankan tugas menjaga sang raja rimba.


Perjalanan menuju Tiger Protection Unit Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling dari Kota Pekanbaru dapat ditempuh dengan waktu 2,5 jam perjalanan. Desa Petai  Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi menjadi tujuan kami, kami menelusuri Jalan Lintas Pekanbaru - Talukkuantan, hingga akhirnya kami menemui sebuah pertigaan RAAP Sektor Logas di Desa Petai. Dari pertigaan tersebut perjalanan kami lanjutkan kedalam melewati areal perusahaan dan perkebunan masyarakat. Medan jalan cukup sulit karena kami melewati pegunungan bukit barisan  dan sungai. Perjalanan diteruskan hingga akhirnya kami bertemu Sungai Tapi.  Sungai yang biasanya dapat dilewati mobil, kali ini debet airnya cukup tinggi dan luapan air banjir serta arus yang deras memaksa kami untuk berjalan kaki menyeberangi sungai. Perjalanan yang cukup berat, karena kami melawan arus sungai yang cukup deras dan mendaki bukit bukit yang terjal. Disepanjang perjalanan kami menemui beberapa satwa seperti babi, siamang.

Setelah berjalan kaki 45menit lamanya, hingga akhirnya kami menemui sebuah papan petunjuk  Tiger Protection Unit, momen di papan petunjuk tersebut kami gunakan untuk berphoto. Kicauan burung dan udara segar menyambut kami di Camp Tiger Protection Unit. Waktu yang tersisa kami lanjutkan dengan beristirahat, karena keesokan harinya kami ekan melakukan simulasi Jerat Harimau dan patroli hutan, serta "berarung jeram" di sungai tapi.

Setelah beristirahat kami melakukan simulasi beberapa rutinitas yang dilakukan anggota Tiger Protection Unit dalam menjaga  Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling, diantaranya kami mengikuti  patroli mobiler dengan menggunakan sepeda motor, kegiatan ini bertujuan untuk melihat bagaimana ancaman yang terjadi di sekitar kawasan. Dalam perjalanannya para blogger melihat langsung adanya proses penebangan pohon yang dilakukan oleh pelaku illegal logging. Melihat kedatangan rombongan, pelaku berusaha dengan cepat melarikan diri, sejak berdirinya TPU (Tiger Protection Unit) di Tahun  2004 , tim ini sudah berhasil mengidentifikasi secara periodik temuan kejahatan illegal logging, perambahan dan aktivitas illegal lainnya dilokasi Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling. Kemudian kami melakukan simulasi pelepasan jerat harimau yang biasanya dilakukan untuk menangkap harimau. Jon Hendra, koordinator lapangan TPU (Tiger Protection Unit) mengatakan bahwa hingga saat ini sedikitnya ada 800 jerat harimau yang sudah diamankan oleh tim TPU. Jumlah ini mengindikasikan adanya ancaman nyata terhadap keberlangsungan Harimau Sumatera dan Tim TPU juga berhasil mengidentifikasi dan memonitor aktivitas pelaku perburuan dan jaringan perdagangannya. Tim ini juga menjadi tim respon cepat dalam mengidentifikasi konflik harimau dengan manusia dan beberapa pencapaian lain dalam kaitannya dengan penanganan kejahatan satwa.

Setalah melakukan simulasi bersama anggota TPU (Tiger Protection Unit) kemudian kami melanjutkan melihat Potensi Ekowisata yang ada di Suaka Marga Satwa Bukit Rimnag Baling yaitu berarung jeram di sungai. Diperjalanan menuju "wahana arung jeram" kami menemui  bekas rel kereta api yang dibangun pada masa penjajahan Jepang. Rel tersebut kondisinya sudah tidak terawat dan hanya bersisa beberapa meter saja.

 
Rel Kereta Api yang ditemui di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling

Hingga akhirnya sampailah kami di Lokasi Wahana Arung Jeram tersebut, ternyata arung jeram yang akan kami lakukan bukanlah seperti arung jeram pada umumnya menggunakan boat karet serta dengan alat safety yang memadai. Kami berarung jeram mengikuti arus sungai yang cukup deras menggunakan ban dalam (benen) mobil truck, tanpa mengurangi nikmatnya berarung jeram kami semua cukup menikmati berarung jeram menggunakan benen ini.

Arung Jeram menggunakan Benen di Sungai Tapi Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling

Setalah berarung jeram, kami Blogger melanjutkan perjalanan pulang menuju Pekanbaru tentunya dengan pengalaman yang tidak kalah serunya yang tidak akan didapatkan di tempat lain.

Untuk informasi lebih lengkap mengenai Tiger Protection Unit dan Hutan Rimbang Baling, dapat berkunjung ke  www.stripetosecure.or.id. dan juga dapat melihat beberapa cuplikan video dibawah ini :



Ekowisata Bandar Bakau Dumai atau dikenal juga sebagai Sekolah Alam Bandar Bakau Dumai merupakan kawasan hutan bakau yang berlokasi di Jl. Nelayan Laut Ujung - Kelurahan Pangkalan Sesai - Kecamatan Dumai Barat - Kota Dumai - Propinsi Riau. Kawasan ini luasnya sekitar 31 hektar mencakup Muara atau Kuala Sungai Dumai.

Sungai Dumai merupakan sungai yang membelah kota Dumai menjadi bagian Barat dan Timur. Sungai dumai ini merupakan tempat terjadi legenda atau sejarah Putri Tujuh yang mengandung unsur buah bakau belukap dari kejadian masa lalu yang menjadi jati diri suatu peristiwa budaya di Kota Dumai selama ini.

                                  
Kawasan Hutan Mangrove Sungai Dumai ini dikelola oleh Darwis Mohammad Saleh, seorang masyarakat biasa yang memperjuangkan kawasan ini TETAP HIJAU dengan HUTAN BAKAU yang lestari. Disebut perjuangan ini dikarenakan, dia dan teman-teman lainnya berusaha mempertahankan kawasan tersebut tetap menjadi Hutan Mangrove yang awalnya diperuntukkan bagi Areal Perluasan Pelabuhan PELINDO Dumai. Perjuangan ini berlangsung sejak 1998-1999 hingga saat ini.


                              

Sekolah Alam Bandar Bakau berlokasi di Jl. Nelayan Laut Ujung - Dumai - Riau yang tepatnya berada di Kawasan Bandar Bakau Hutan Mangrove Kuala Sungai Dumai. Kawasan ini luasnya sekitar 31 hektar yang awalnya diperuntukkan bagi perluasan pelabuhan Pelindo Dumai. Darwis dan kawan-kawannya memperjuangkan agar kawasan ini tetap menjadi Hutan Mangrove Dumai dan berusaha menjadikan kawasan ini berstatus Hutan Kota Dumai.
                                                           

Terdapat 24 spesies mangrove di kawasan hutan bandar bakau ini, salah satunya adalah bakau istimewa yang saat ini diperjuangkan untuk dilestarikan kembali oleh Darwis dkk yaitu belukap. Belukap (rhizophora mucronata) merupakan salah satu jenis bakau yang mengalami kepunahan di sungai Dumai. Kepunahan ini akibat ekploitasi bakau sebagai bahan baku arang dulunya, dimana panglong (tempat produksi arang) terdapat di Pangkalan Bunting di muara Sungai Dumai. Kegiatan ini salah satu contoh memperlakukan alam tanpa memikirkan generasi ke depan, tebang tanpa ada aksi penanaman kembali, akibatnya telah terjadi kepunahan jenis bakau ini di sungai Dumai bahkan generasi Dumai saat ini sudah tak mengenalinya lagi.

                      

Kegiatan yang ada di hutan Bandar Bakau ini adalah :
- Bank Mangroove (pusat budidaya pembibitan dan penanaman mangroove)
- Sekolah alam Bandar Bakau
- Pembersihan sungai dan pantai
- Pusat informasi mangroove
- Explorasi potensi wisata Bandar Bakau.

Harapan kita semua untuk hutan bandar bakau ini kepada semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat adalah mari sama-sama kita dukung dan lestarikan hutan ini agar menjadi Hutan Kota Dumai serta melestarikan hutan-hutan lainnya agar Indonesia kita tercinta menjadi tempat yang lebih baik untuk anak cucu kita kelak. 

Berbekal Surat Izin Masuk Konservasi (SIMAKSI) dari Balai Taman Nasional Tesso Nilo, akhirnya kami diizinkan untuk memasuki Taman Nasional Tesso Nilo. Dengan biaya yang cukup murah Rp.1.000/orang kita sudah mendapatkan Surat Sakti (SIMAKSI) untuk memasuki Taman Nasional Tesso Nilo. SIMAKSI ini dapat diurus di Balai Taman Nasional Tesso Nilo Jl. Raya Langgam KM 4 Pangkalan Kerinci. Di sela pengurusan SIMAKSI di Balai Taman Nasional Tesso Nilo, kami bertemu dengan Pemuda Lokal Desa Lubuk Kembang Bungo yang berada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo. Sembari mengulurkan tangan ia menyapa kami sambil menyebutkan Marlin, Tengku Marlin nama lengkapnya. Marlinlah menjadi guide kami selama berada di Taman Nasional Tesso Nilo. Marlin merupakan Ketua dari Kelompok Masyarakat Wisata (Kempas) Tesso Nilo.

Jumat sore waktu sudah  menunjukkan pukul 17.00WIB. Dari Kota Pangkalan Kerinci ibukota Kabupaten Pelalawan kami BERTUAH TV melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Ukui, dengan menempuh perjalanan darat selama 60menit,tibalah kami di Simpang Pulai Ukui. Dari Simpang pulai kami melanjutkan perjalanan ke dalam menuju Tesso Nilo, lebih kurang 35km dan  1jam perjalanan menuju Tesso Nilo, kami melewati Perkebunan Kelapa Sawit dan  Perkampungan Transmigrasi  SP (Satuan Pemukiman) IV, SP III, SP II, dan SP I serta Desa Air Hitam, dan Lubuk Kembang Bunga. SP merupakan Perkampungan Transmigrasi yang sebagian besar dihuni oleh Transmigran asal Jawa sedangkan Desa Air Hitam dan dan Desa Lubuk Kembang Bunga merupakan perkampungan melayu atau penduduk lokal.
                        


Tepat pukul 20.00 tibalah kami di Taman Nasional Tesso Nilo, Tengku Marlin dan
Gapura Selamat Datang Di Flying Squad menyambut kami. Keramahan Mahout (Pawang Gajah) dan Petugas WWF menyambut kami dan mereka mengantar kami untuk beristirahat home stay. Di Taman nasional Tesso Nilo tersedia beberapa Home Stay dengan tarif  dengan satu rumah  Rp.350.000/malam atau sewa kamar (dua orang) Rp.150.000/malam. Rudi salah satu mahout di Tesso Nilo mempersilahkan kami istirahat, karena esok harinya kami akan mengelilingi Hutan Tesso Nilo bersama Flying Squad.



Salah satu upaya penyelesaian konflik adalah mengembangkan Elephant Flying Squad (tim mitigasi dengan 4 ekor gajah untuk sebagai sarana mitigasi konflik gajah liar dengan manusia) atau disebut Pasukan Gajah Reaksi Cepat. Flying Squad ini bentuk pada tahun 2004, kerja sama WWF Riau dengan BKSDA Riau. Elephant Flying Squad mengembangkan teknik patroli, pengusiran dan penggiringan gajah liar melalui gajah flying squad. Salah satu kegiatan penting dari Flying Squad ini juga digunakan sarana ekowisata yaitu dalam Patroli Gajah dan simulasi mitigasi konflik dengan gajah. Wisatawan dibawa ke trek-trek patroli gajah dan trek dibuat sangat alami dan khas hutan hujan tropis Sumatera.

                     

Menurut Marlin, selain berkeliling hutan dengan Flying Suad kita juga bisa memandikan gajah serta memberi gajah makan. Dan tentuya juga dengan paket ekowisata lainnya, seperti berikut : 
Wisata Pengamatan Tumbuhan dan Satwa
Pemantauan kehidupan liar (tumbuhan dan satwa) menjadi hal penting dan menarik di Tesso Nilo. Beberapa trek ekowisata difokuskan dalam pemantauan hidupan liar ini termasuk menggunakan pompong (boat kecil) melewati sungai. Pengamatan burung (Birding) dapat dilakukan di trek Lubuk Balai, Trek Sawan dan Kuala Napu. Primata seperti siamang, wau wau dan kera ekor panjang banyak dijumpai di sungai Nilo dan Lubuk Balai. Di lokasi trek, kita dapat menjumpai jejak-jejak beruang, gajah, tapir dan harimau sumatera. Satu kegiatan ekowisata Tesso Nilo yang sanhgat menarik dan menantang adalah orbservasi Harimau dengan menggunakan jebakan kamera atau Camera Trap. Tujuannya adalah mendapatkan gambar Harimau Sumatera dan satwa lainnya yang tertangkap kamera setelah kamera terpasang.

Wisata Pompong (perahu) Tour
Aktivitas menggunakan pompong atau perahu kecil dengan mesin tempel menyusuri sungai Nilo. Kegiatan ini menarik karena pengunjung dapat menikmati perahu kecil masyarakat dan melihat kiri-kanan sungai yang banyak menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi; burung, primata atau mamalia dan jika beruntung akan melihat berbagai jenis reptil yaitu biawak sungai sampai buaya air tawar atau senyulong. Penelusuran dengan pompong, kita juga dapat melihat berbagai jenis pohon sialang (pohon madu hutan) dan berkunjung ke pohon tersebut, kemudian menyusuri kembali menuju lokasi tujuan. Perjalanan dengan pompong dapat ditempuh satu jam, untuk adventurir bisa sampai ke wilayah Sawan dengan 2 – 4 jam perjalanan.

Wisata Bersepeda
Ada satu trek untuk bersepeda di Tesso Nilo yaitu di hutan akasia dan kawasan pemukiman Lubuk Kembang Bunga. Trek ini sangat menarik dan menantang terutama bagi para petualang sepeda. Di dalam lokasi trek sepeda, selain hutan akasia dan pemukiman masyarakat lokal yang menjadi bagian obyek pemandangan, kita juga dapat melihat kebun karet dan jelutung masyarakat. Trek khusus bisa dilakukan di dalam hutan alam, dengan tantangan tersendiri terutama misalnya trek yang dilalui adalah hutan rawa.

Wisata Tradisi dan Pengetahuan Lokal Masyarakat
Madu hutan Tesso Nilo adalah icon kunjungan ekowisata berbasiskan sumber daya alam dan tradisi lokal masyarakat Tesso Nilo. Madu hutan Tesso Nilo terdapat di atas ketinggian pohon Sialang. Pohon Sialang terdiri dari berbagai jenis pohon termasuk keruing, rengas dan kedondong hutan. Dalam satu pohon sialang, sarang lebah hutan Apis dorsata dapat dihitung antara 10 – 50 sarang dengan rata-rata berat satu sarang 15 kg. Ada sekurangnya 3-4 trek lokasi utuk melihat pohon sialang sekaligus melihat cara pemanenan yang dipersiapkan untuk ekowisata. Waktu pemanenan dapat dipilih yaitu siang hari atau malam hari. Pemanenan sialang adalah salah satu tujuan yang sangat menarik, karena wisatawan dapat melihat tarian atau puji-pujian dan cara memanjat tradisional masyarakat madu hutan sekaligus menyaksikan produk madu hutan alami. Selain itu, lokasi yang menarik pula adalah menginap di Kuala Napu untuk melihat tradisi masyarakat sungai melayu yang masih dipertahankan dan tradisi dalam menangkap ikan.  Untuk berwisata dengan semua paket Ekowisata tersebut diatas dapat menghubungi
Tengku Marlin dari  Kelompok Masyarakat Wisata (Kempas) Tesso Nilo di 081371146867.

Tidak banyak yang mengenal Gua Tujuh Serangkai. Nama Gua Tujuh Serangkai  berawal dari kisah penemuan gua tersebut yang berangkai tujuh dan setiap gua memiliki ciri khas tertentu. Gua-gua tersebut memiliki keunikan sendiri , ada gua yang memiliki gletser dan juga memiliki sungai kecil.




Gua Tujuh Serangkai terletak di  Desa Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu. Untuk menelusuri atau mencari gua ini sebenarnya tidaklah sulit, namun karena tidak adanya rambu ataupun petunjuk arah sehingga Gua Tujuh Serangkai ini menjadi kurang dikenal dan populer bagi Traveller. Selain itu akses jalan menuju gua ini cukup sulit,kita mesti melewati perkebunan Karet dan kelapa sawit milik masyarakat, jalanan berbukit dan sungai menjadi tantangan tersendiri untuk mengunjungi gua ini.
Bono merupakan fenomena alam unik yang terjadi di Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.  Bono adalah fenomena alam yang datang sebelum pasang. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. 

Marlon Gerber Peselancar Profesional Asal Indonesia


LEGENDA DAN ASAL MULA KATA BONO
  • Kata Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan (Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka menggunakan tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang yang mereka gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka kembali ke Pelalawan dan melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang mereka kandas dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, tetapi raja Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan omongan warganya, kemudian Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk Embun untuk membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga diikuti oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak  Raja Gunung Sahilan, Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak terbukti omongan Para warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka sang Raja akan memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang . Sesampainya mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan tongkang mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata  kepada juru kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata Benar yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti benar.
  • Menurut cerita masyarakat Melayu lama, ombak Bono terjadi karena perwujudan 7 (tujuh) hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Kuala Kampar. Ombak besar ini sangat menakutkan bagi masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan upacara semah.  Ombak ini sangat mematikan ketika sampan atau kapal berhadapan dengannya. Tak jarang sampan hancur berkeping-keping di hantam ombak tersebut atau hancur karena menghantam tebing sungai. Tak sedikit kapal yang diputar balik dan tenggelam akibanya. Menurut cerita masyarakat, dahulunya gulungan ombak ini berjumlah 7 (tujuh) ombak besar dari 7 hantu. Ketika pada masa penjajahan Belanda, kapal-kapal transportasi Belanda sangat mengalami kesulitan untuk memasuki Kuala Kampar akibat ombak ini. Salah seorang komandan pasukan Belanda memerintahkan untuk menembak dengan meriam ombak besar tersebut. Entah karena kebetulan atau karena hal lain, salah satu ombak besar yang kena tembak meriam Belanda tidak pernah muncul lagi sampai sekarang. Maka sekarang ini hanya terdapat 6 (enam) gulungan besar gelombang ombak Bono.
    Tujuh Hantu adalah 7 ombak Bono dengan formasi 1 di depan dan diikuti dengan 6 gelombang di belakangnya. Karena 1 ombak terbesar telah dihancurkan Belanda sehingga ombak Bono besar hanya tersisa 6 ombak dengan formasi hampir sejajar memasuki Kuala Kampar. Mengenai kapal Belanda dan orang-orangnya tidak pernah diketemukan sampai sekarang. 
    Konon katanya pada zaman Belanda, rakyat Teluk Meranti telah sering ditantang keberaniannya oleh Belanda untuk mengendarai kapal di atas Gelombang Bono dengan imbalan Rp. 5 yang pada masa itu tentunya dianggap berjumlah cukup banyak. Istilah untuk keberanian menaklukkan Bono dikenal oleh masyarakat setempat dengan Bekudo Bono.
  • Konon, Bono di sungai kampar adalah Bono jantan dan Bono betinanya berada di sungai Rokan dekat Bagansiapi-api. Bono di kuala kampar ini berjumlah tujuh ekor, bentuknya serupa kuda disebut induk Bono. Di musim pasang mati, Bono ini pergi ke sungai Rokan menemui Bono betina,kemudian bersantai menuju ke selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, Bono tidak ditemukan kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah Bono ketempat masing-masing, lalu main memudiki sungai Kampar dan sungai Rokan. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira Bono berpacu memudiki kedua sungai itu.

PENYEBAB DAN WAKTU TERJADINYA GELOMBANG BONO.
 
Ombak Bono atau kadang biasa juga disebut Gelombang Bono (Bono Wave) terjadi ketika saat terjadinya pasang (pasang naik) yang terjadi di laut memasuki Sungai Kampar. Kecepatan air Sungai Kampar menuju arah laut berbenturan dengan arus air laut yang memasuki Sungai Kampar. Benturan kedua arus itulah yang menyebabkan gelombang atau ombak tersebut. Bono akan terjadi hanya ketika air laut pasang. Dan akan menjadi lebih besar lagi jika pada saat air laut mengalami pasang besar (bulan besar) diiringi hujan deras di hulu Sungai Kampar. Derasnya arus sungai akibat hujan akan berbenturan dengan derasnya pasang air laut yang masuk ke Kuala Kampar.

Awal akan terjadinya ombak Bono diawali dengan bunyi desingan yang diikuti dengan bunyi gemuruh air. Bunyi gemuruh semakin lama akan semakin keras bagaikan dentuman guntur diiringi dengan besarnya gelombang ombak Bono. Kecepatan gelombang ombak Bono mencapai 40 km/jam dan memasuki ke arah hulu berkilo-kilo meter jauhnya biasanya mencapai jarak 60 km jauhnya ke hulu dan berakhir di daerah Tanjung Pungai. Ombak gelombang Bono ini tidak 1 (satu) jumlahnya, tetapi banyak dan beriringan. Kadang berada di kiri dan kanan tepi atau tebing sungai, kadang menyatu di tengah sungai.

Bono biasanya terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu dalam tahun Arab yang biasa disebut penduduk sebagai "Bulan Besar" atau "Bulan Purnama". Biasanya gelombang Bono atau Ombak Bono yang besar terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut. Gelombang yang terjadi biasanya akan berwarna putih dan coklat mengikut warna air Kuala Kampar. Selain itu, Bono juga terjadi pada setiap "bulan mati" yaitu akhir bulan dan awal bulan (tanggal 1) Tahun Arab. 
Bono terbesar biasanya terjadi ketika musim penghujan dimana debit air Sungai Kampar cukup besar yaitu sekitar bulan November dan Desember. Bono mulai terbentuk dan membesar di kanan kiri Pulau Muda, akibat penyempitan alur sungai karena adanya pulau (P. Muda) di tengah-tengah alur sungai. Bono terbesar terjadi di Tanjung Perbilahan, yang terbentuk karena bertemunya Bono yang sudah terbentuk di kanan-kiri Pulau Muda.
Everaldo Pato (Brazilia)




TINJAUAN ILMIAH TERJADINYA GELOMBANG BONO

 
Bono biasanya terjadi pada muara sungai yang lebar dan dangkal kemudian menyempit atau menguncup setelah berada di dalam sungai. Bentuk muara sungai yang menguncup mirip dengan huruf "V" atau corong didukung dengan kondisi sungai yang mendangkal akibat erosi alami menyebabkan pertemuan air laut pasang dengan air sungai akhirnya membentuk Bono atau Tidal Bore. Tetapi tidak semua muara berbentuk V yang dangkal dapat terjadi Tidal Bore. Karena dipengaruhi salah satunya oleh faktor tinggi pasang-surut air laut.

Tidal Bore adalah dianggap sebagai suatu fenomena alam di bidang hidrodinamika yang erat hubungannya dengan pergerakan massa air. Semakin besar Bono atau Tidal Bore tersebut, maka semakin besar pula daya rusaknya.

Dikutip dari Wikipedia :
A tidal bore (or simply bore in context, or also aegir, eagre, or eygre) is a tidal phenomenon in which the leading edge of the incoming tide forms a wave (or waves) of water that travel up a river or narrow bay against the direction of the river or bay's current.

Dikutip dari Bambang Yulistiyanto :
Pasang surut yang ada di Muara Sungai Kampar mempunyai tinggi gelombang sekitar 4 m (Deshidros, 2006). Pasang surut tersebut berupa pasang surut tipe Campuran Condong ke Harian Ganda, dimana dalam 1 hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi pasang surut yang pertama dan kedua berbeda. Periode gelombang pasang surut sekitar 12 jam 25 menit.

Di Sungai Kampar, muara sungai berbentuk seperti huruf "V", massa air masuk melalui mulut teluk yang lebar kemudian tertahan, hingga air laut pasang memenuhi kawasan muara. Massa air yang terkumpul kemudian terdorong kearah hulu yang menyebabkan semacam efek tekanan kuat ketika melewati areal yang menyempit dan dangkal secara konstan di mulut teluk. Keadaan ini memunculkan gelombang yang bervariasi di hulu teluk, dari hanya berupa gelombang-gelombang kecil hingga beberapa meter ketinggiannya.

Di muara Sungai Kampar, kecepatan gelombang dapat lebih rendah dibandingkan kecepatan arus sungai yang berasal dari hulu sungai. Hal ini berakibat pada terhambatnya gerakan gelombang pasang dari laut, yang berakibat pada naiknya muka air dari muara, sehingga terbentuk Tidal Bore ‘Bono’. Gelombang Bono bergerak ke hulu sampai ke Tanjung Pungai yang berjarak sekitar 60 km dari muara.

Bono yang menjalar menuju ke hulu melewati alur sungai yang semakin menyempit. Saat melewati Pulau Muda, gelombang pasang ini terpisah menjadi dua, sebagian lewat alur di sebelah kiri, dan sebagian lagi lewat alur sebelah kanan Pulau Muda. Di Tanjung Perbilahan Bono yang terpisah tersebut saling bertemu, menghasilkan momentum yang mengakibatkan Gelombang Bono semakin besar. Penduduk setempat menyebut peristiwa ini sebagai ‘Bono yang bertepuk’. Di Tanjung Perbilahan, Gelombang Bono terjadi paling besar.




LOKASI OMBAK BONO SUNGAI KAMPAR

untuk mencapai Lokasi Bono Sungai Kampar tidaklah sulit, Lokasi terbaik  dengan fasilitas dan infrastruktur yang lebih lengkap untuk menikmati Ombak Bono ada di Teluk Meranti. Teluk Meranti adalah sebuah kelurahan yang merupakan ibukota Kecamatan Teluk Meranti. Kelurahan Teluk Meranti sebagai Ibu Kota Kecamatan lebih cenderung memiliki infrastruktur dan fasilitas yang lebih lengkap bila dibandingkan desa lainnya. Di Teluk Meranti terdapat penginapan serta rumah penduduk lainnya yang dapat dijadikan penginapan, dan juga terdapat beberapa Warung Makan, dan juga ada pelabuhan sebagai akses ke Kota terdekat yaitu pangkalan Kerinci dan Tanjung Batu (Kepulauan Riau).

Untuk mencapai Lokasi Bono ini (Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan), dari Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau  terlebih dahulu kita menuju Pangkalan kerinci Ibu Kota Kabupaten Pelalawan , perjalanan menuju Pangkalan Kerinci dapat dilakukan melalui jalur darat dengan jarak tempuh sekitar 70km atau  1,5jam perjalanan. Alat transportasi umum yang bisa digunakan adalah Travel atau biasa disebut dengan superben,biaya perjalanan dari Pekanbaru menuju Pangkalan Kerinci sebesar Rp.25.000. Kemudian dari pangkalan Kerinci untuk menuju Teluk Meranti kita bisa menggunakan mobil rental atau mobil sewaan dengan Tarif Rp.60.000/orang dan terminal bayangan mobil rental ini terdapat di Hotel Meranti Pangkalan Kerinci. Perjalanan dari Pangkalan Kerinci ke Teluk Meranti dapat ditempuh dengan waktu 3,5jam. Selain itu perjalanan juga dapat dilakukan menggunakan sarana transportasi air, dari Pangkalan Kerinci (Pelabuhan di jembatan Pangkalan Kerinci) kita bisa menggunakan speedboat ke desa Teluk Meranti dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 3jam dengan biaya perjalanan Rp.150.000. 

Dari Teluk Meranti kita dapat menuju beberapa titik tempat terjadinya Bono, diantaranya Tanjung Sebayang, Pulau Muda dll dengan biaya sewa speedboat Rp.300.000 dengan layanan antar Jenput menuju Lokasi terjadinya Bono (Tanjung Sebayang). Selain itu kita juga dapat menyewa speedboat masyarakat untuk menyaksikan Bono dari dekat dengan biaya sewa speedboat Rp.1.500.000, dengan biaya Rp.1.500.000 kita dapat mengambil photo atau video dengan sangat jelas,namun tentunya sangat beresiko besar bagi keselamatan kita, karena kita dan ombak bono saling kejar mengejar.

Akomodasi di teluk Meranti,tidaklah menjadi problem, setidaknya ada beberapa penginapan dan Wisma dapat kita jumpai di Teluk Meranti, seperti Penginapa Hidup Jaya, Wisma Mega Lestari, Wisma Nusantara dan juga ada rumah penduduk yang dapat disulap menjadi penginapan.





EVENT YANG PERNAH DIADAKAN DI BONO SUNGAI KAMPAR
  • Tirta Bono, diselenggarakan dari tahun 2011 dan berlangsung hingga saat ini.
  • Peselancar Top Dunia dan Perselancar nasional berselancar di Bono SUngai Kampar 
  • Steve King peselancar asal Inggris berhasil memecahkan rekor dunia berselancar terpanjang dan terlama di atas gelombang sungai (tidal bore) di Sungai Kampar. Steve King mampu menaklukkan Ombak bono SUngai Kampar dan mampu memecahkan rekor sebelumnya atas namanya sendiri dengan menaklukkan gelombang Sungai Severn Bore yang berlokasi di Inggris. 
  • Event Selancar pertama di dunia yang dilakukan di Sungai "Bono menyapa Dunia 7 Days for 7 Ghosts, 16-22 November 2013"

The Local Power "Peselancar Lokal Teluk Meranti"


PRESTASI DAN AWARD OMBAK BONO SUNGAI KAMPAR


  •  Dalam festival film pendek dunia yang diselenggarakan di Virginia Amerika Serikat pada awal November 2012, Film Dokumenter Bono menempati juara III.
  •  Steve King peselancar asal Inggris berhasil memecahkan rekor dunia berselancar terpanjang dan terlama di atas gelombang sungai (tidal bore) di Bono Sungai Kampar, Steve King berselancar sejauh 10,82mil.
  •  Bono yang berhasil menjadi juara runner up di gebyar wisata nusantara tingkat nasional yang diikuti oleh seluruh kabupaten se-Indonesia di Jakarta Convention Center, Mei 2013.
  • Ombak Bono Sungai Kampar raih 10 besar Citra Pesona Award (CIPTA) 2013 , September 2013
  • Di Bono Sungai Kampar pertama kali diadakan di Dunia Festival Berselancar di Sungai, "Bono menyapa Dunia 7 Days for 7 Ghosts, 16-22 November 2013"
PERSELANCAR YANG PERNAH BERSELANCAR DI OMBAK BONO SUNGAI KAMPAR                                     
  • Antony Colas (Perancis), Fabriece Colas (Perancis), Patrick Audoy (Perancis), Eduardo Bage’ (Brazilia)  dan Maxance Payras (Perancis), Chris Mauro (Amerika Serikat), Bruno Santos (Brazilia), Dean Brady (Australia), Tyler Larronde (Perancis), Oney Anwar (Indonesia), Tom Curren (Amerika Serikat), Geoffroy Moreno (Perancis), Arthur Moreno (Perancis), David Badalec (Jerman), Lynn Wanie (Jerman), Thomas Schroeder (Jerman), Geraud Biebuyck (Perancis), Edwin Suzor (Perancis), Paulus kennedy (Seladia Baru), Gerry Schlegel (Jerman), Jonas (Jerman) Yoyo Therhorst (Jerman), Simon Stangled (Jerman), Mark Attard (Jerman), Giancarlo Avancini (Italy), Stefan Friedrich Vogel (Jerman) , Tony Copley (Australia), Eddy Morgan (Australia) Jhon Huntington (Australia), Jimmy Visser (Afrika Selatan), Mauricio (Brazilia),Fransisco Zilli (Argentina),  Peter Hoo (Singapura), Steve King Cs (Inggris), Steve Holmes (Inggris), Nathan Maurice (Inggris), Fabrice Colas (Perancis), Dominique Avrilleau (Perancis), Serginho Laus (Brazilia), Everaldo Pato (Brazilia), Mathis Papillon (Perancis), Arya Subiyakto (Indonesia),  Marlon Gerber, Pepen Hendrik (Indonesia), Dedi Gun (Indonesia), Varun Tanjung (Indonesia), Aldino (Indonesia)

TESTIMONI OMBAK BONO SUNGAI KAMPAR

 
Serginho Laus (Peselancar Brazil/Mantan Pemegang Rekor Berselancar terlama didunia)

  • Chris Mauro (Peselancar Amerika Serikat) dalam tulisannya yang  dimuat GrindTV.com :  “A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world (sebuah gelombang impian yang ditemukan di salah satu sungai di Indonesia memukau dunia selancar),” tulis . Tulisan Mauro itu sendiri lantas merujuk pada apa yang ia sebut ‘penemuan luar biasa’ oleh tim (ekspedisi) Rip Curl baru-baru ini, yang menurutnya “mungkin tak tertandingi” (may be unrivaled).
  • Dedi Gun (Perselancar rofesional Indonesia) : Ombaknya luar biasa dan panjang, yang kami takutkan buaya. 
  • Hasrinaldi (Riau Travel Blogger) : Alhamdulillah saya banga menjadi orang Riau, namun Bono ini harus kita jaga dan rawat dengan baik, kita jangan terlena sesaat dengan keberadaan bono, bisa saja nanti bono lenyap. Keberadaan ombak Bono Sungai Kampar sangat bergantung pada kelestarian hutan di sepanjang daerah aliran sungai. Bahkan saya sendiri giat memberitakan dan mempromosikan bono, tempo hari saya buat kontes kecil kecilan dengan menggandeng blogger bertuah, kami buat lomba menulis mengenai Bono SUngai Kampar, tujuannya supaya Informasi mengenai Bono cepat tersiar kemana-mana.
  • Lynn Wanie (Peselancar Jerman) :  "Ini pengalaman luar biasa yang saya rasakan"
  • Irhas Ihsan (Mahasiswa & Fotografer) : Bono itu kejadian alam yang sangat menarik, dimana ombaknya beda dari yang lain. Bagi yang sudah sering surfing di pantai, kurang lengkap rasanya kalau belum ke bono. Jalan menuju k sna pun menarik, perkampungan dan pemandangan sunrise nya sangat bagus bagi pecinta fotografi. Pokoknya nyesal belum coba BONO.
  • Serginho Laus (Peselancar Brazil/Mantan Pemegang Rekor Berselancar terlama didunia) : Crowd into the sumatra jungle ! Galeralocal de bono. Terima Kasih Teman. Terima kasih Bono. 
  • Silvi Marta ( Putri Indonesia Riau 2009 1'st Runner Up | Miss Earth Indonesia Favorite 2013)  : Subhanallah. Great Experience. Ga tau lagi gimana ngungkapin betapa hebat dan kerennya BONO. SAYA BANGGA JADI ORANG RIAU !!