Tampilkan postingan dengan label WISATA ALAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label WISATA ALAM. Tampilkan semua postingan
Bono Sungai Kampar merupakan rahasia alam dan fenomena alam yang unik yang berada di kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Bono Sungai Kampar memiliki suara menderu yang dasyat . Ombak Bono Sungai Kampar merupakan gelombang yang panjang yang panjangnya mampu mencapai 60km dengan kecepatan rata-rata  40 km per jam dengan ketinggian gelombang mencapai 6meter.


Kini Pemerintah kabupaten pelalawan dan pemerintah pusat melalui kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berusaha mempromosikan Bono Sungai Kampar menjadi Ikon Wisata Alam di Indonesia. Bahkan pemerintah Pusat dan daerah khususnya Kabupaten pelalawan  berkomitmen untuk mewujudkan Wisata Bono menjadi Wisata Tujuan Internasional.

Dalam sebuah acara Focus Discussion Grup (FGD) dengan tema Membangun Kesepahaman dan Kesepakatan Bersama dalam Upaya Pengembangan Wisata Bono menjadi Ikon Wisata Internasional, yang diselenggarakan di Hotel Pangeran Pekanbaru pada tanggal 31 Mei 2012 lalu dicapai suatu kesepakatan dan komitmen untuk menyegerakan pengembangan pariwisata bono sebagai kawasan wisata dunia dari Riau. Termasuk diantaranya pembentukan tim nasional di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. dan WISATA BONO DIHARAPKAN MENJADI WISATA FENOMENA ALAM YANG LANGKA DIDUNIA DAN DAPAT MENJADI IKON WISATA DUNIA PADA TAHUN 2015.
                    


Berbagai upaya promosi telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten pelalawan diantaranya dengan mengundang surfer Indonesia dan Asing untuk datang ke Wisata Bono Sungai Kampar dan mendokumentasikan aktivitas peselancar tersebut. Tiap tahunnya Pemerintah Kabupaten pelalawan juga rutin menyelenggarakan event budaya Tirta Bono. Bahkan baru-baru ini Pemkab Pelalawan mengadakan sebuah acara Bono Offroad Extreme 2013. Melalui Bono Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan menyapa Indonesia dan Dunia untuk hadir menyaksikan dan merasakan dasyatnya ombak di Sungai Kampar.

Tidak hanya itu saja, di Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Pelalawan juga menyelenggarakan Acara Festival Bekudo Bono 2013, Festival Bekudo Bono 2013 merupakan edisi perdana, dan selanjutnya Festival ini akan dilaksanakan secara rutin tiap tahunnya.



Festival Bekudo Bono 2013 ini mengambil tajuk 7 Days for 7 Ghosts, Festival Bekudo Bono 2013 tidak hanya berselancar,tetapi juga ada kegiatan lain seperti lomba memancing, Selancar Bono, Bekudo Bono (Arung Bono), Photo Contest, Pameran Produk Lokal dan Bazar serta Pergelaran Seni dan Budaya (Tirta Bono).

                      

Festival bekudo bono 2013 diawali dengan Lomba Memancing pada tanggal 16 November 2013, dan pada tanggal 17 November pembersihan dan penghijauan di sekitar lokasi wisata Boo sungai kampar dan juga diadakan pameran produk lokal dan bazar yang bertempat di SMPN 1 Teluk Meranti dan malam harinya bertempat di salah satu rumah makan di Pekanbaru diadakan Konferensi Pers dan gala Dinner bersama ,panitia, juri, perselancar dan media peliput festival bekudo 2013, keesokan harinya diadakan Ritual Adat Semah Sungai dan Doa Bersama serta dimulai pelaksanaan Photo Contest, dan pada Tanggal 19 November 2013 Festival ini secara Resmi dibuka oleh Wakil menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Dr. Sapta Nirwandar, dan Pada tanggal 19 juga telah dilangsungkan Lomba Selancar yang dibagi dalam 2 kelas yaitu Kelas Pemula (amatir) yang diikuti oleh 38 Perselancar Lokal Teluk Meranti dan Kelas Profesional yang diikuti Peselancar nasional seperti Marlon Gerber, Pepen Hendrik, Dedi Gun, Varun Tanjung dan Aldino, selain lomba berselancar juga dilakukan Lomba Bekudo Bono (Arung Bono), lomba bekudo ini dilakukan oleh 2 orang dengan menggunakan sampan, pendayung sampan berusaha mendahului ombak bono dan yang lebih dahulu sampai di finish dialah menjadi pemenang, dahulu bekudo bono ini sering dilakukan warga Teluk Meranti, kini sudah jarang dilakukan, diharapkan dengan dilakukannya Festival Bekudo Bono ini, tradisi lama Bekudo Bono tetap terjaga. Jika pada siang hari kita bisa menyaksikan Berselancar dan Bekudo Bono,maka pada malam harinya Pegelaran Tirta Bono (Seni dan Budaya) menjadi suguhan yang menarik untuk dapat disaksikan sembari membeli produk-produk lokal Teluk Meranti

Menyatu dengan alam sembari menikmati eksotisme Hutan di Desa Tanjung Belit kecamatan kampar Kiri Hulu Kabupaten kampar, siapa sangka sebuah desa dengan jarak tempuh lebih kurang 3jam dari Pekanbaru ibukota Provinsi Riau kita akan menikmati indahnya alam dan panorama hutan serta beberapa air terjun dan sungai dengan air yang jernih. Bahkan Desa Tanjung Belit menjadi salah satu tempat alternatif berkemah.

                         
 
Suaka Marga Satwa Kerumutan terletak di Desa KerumutanKecmatan Kerumutan Kabupaten Palalawan, dari Ibukota Pelalawan yaitu Pangkalan Kerinci ,lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama lebih kurang 2,5 jam perjalanan melalui jalan tanah berbatu. Selain itu akses menuju Suaka margasatwa kerumutan juga dapat dilakukan melalui Teluk Meranti, Dari Teluk Meranti tersedia kapal motor untuk mengantar Anda ke dalam Hutan Suaka Marga Satwa Kerumutan. Akses lain menuju hutan ini langsung dari Pekanbaru ibu kota Riau. Dari sini Anda bisa menuju Desa Pangkalan Kopan dengan waktu selama lebih kurang 5jam. 


Suaka margasatwa ini terhampar di kawasan seluas total 1.332.169 ha dan dihuni berbagai jenis flora dan fauna khas hutan dataran rendah. Wilayahnya dihiasi koridor pepohonan mangrove yang dilalui Sungai Kampar sehingga menjadikannya begitu spesial di antara hutan-hutan lain yang tersebar di Pulau Sumatera.

Hutan Suaka Marga Satwa Kerumutan merupakan kawasan konservasi yang berlokasi di Kecamatan Kerumutan dan secara administratif melebar melintasi dua kabupaten yaitu Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Batas hutan ini adalah Sungai Indragiri, Sungai Kampar, Pantai Timur Sumatera dan Jalan Lintas Timur Sumatera.


Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (TAHURA SSH) ini di ditetapkan sebagai kawasan konservasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 349/Kpts-II/1996 tanggal 05 Juli 1996 dengan luas 5.920Ha. Setelah di lakukan tata batas definitife oleh Sub BIPHUT Pekanbaru dan temu gelang luas kawasan Hutan Raya ini menjadi 6.172 Ha dan telah ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 348/Kpts-II/1999 tanggal 26 Mei 1999. Kawasan ini merupakan perubahan fungsi dari Hutan Wisata Minas seluas 1.821 Ha dan Hutan Produksi terbatas seluas 4.099 Ha yang secara administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Minas Kabupaten Siak, Kecamatan Tapung Hilir  Kabupaten Kampar dan Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Dan Secara geografis berada pada posisi : 0037’ – 0044’ LU dan 101020’ – 101028’ BT
 



FLORA:
Salah satu yang menjadi daya tarik Tahura SSH adalah selain dekat dengan kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau, Tahura SSH memiliki keragaman jenis flora yang cukup tinggi. Keanekaragaman jenis Tahura SSH sangat mewakili suatu kondisi hutan dengan tipe hutan hujan dataran rendah. Tercatat + 127 jenis flora yang merupakan tumbuhan asli hutan Tahura SSH yang didominasi dari family Dipterocarpaceae, Lauraceae, Euphorpeaceae, Anacardiaceae, Guttiferae, Sapotaceae, Myrtaceae, meranti (Shorea sp), sendok sendok (Endoserpum sp), keruing (Dipterocarpus spp). marpoyan, sialang dll.

Melihat orang berselancar di pantai atau laut adalah suatu hal yang sudah biasa. Tetapi melihat orang berselancar di arus sungai adalah suatu hal yang luar biasa. Kegiatan berselancar di sungai hanya ada di beberapa tempat di dunia. Dan salah satu diantaranya terdapat di Muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau yang biasa di sebut dengan Ombak Bono Sungai Kampar. Selain di Muara Sungai Kampar Ombak Bono atau Tidal Bore juga terdapat di Sungai Gangga dan Brahmaputra (India dan Banglades), Sungai hindustan (Pakistan), Sungai Lupar (Malaysia) biasa disebut dengan benak batang Lupar, Australia, Inggris, Perancis yang biasa disebut dengan un mascaret, Inggris, Amerika, kanada, Mexico, Brazilia.




Ombak Bono Sungai Kampar menurut masyarakat tempatan di Teluk Meranti, Kuala Kampar, Pulau Muda tingginya mencapai 6-10meter, dari kejauhan suara deru bono sungai kampar sudah terdengar. Menurut cerita Melayu lama berjudul Sentadu Gunung Laut, setiap pendekar Melayu pesisir harus dapat menaklukkan ombak Bono untuk meningkatkan keahlian bertarung mereka, mereka biasa menyebut dengan "bekudo bono", dengan bekudo bono atau mengendarai bono para pendekar melayu dapat menjaga keseimbangan badan mereka.

                        
 
Bekudo bono memiliki nuansa mistis, sebelum dilakukan ritual bekudo bono terlebih dahulu dilakukakn upacara “semah” yang dilakukan pagi atau siang hari. Upacara dipimpin oleh bomo atau Datuk atau tetua kampung dengan maksud agar pengendara Bono selalu mendapat keselamatan dan dijauhkan dari segala marabahaya.


GELOMBANG BONO OMBAK TUJUH HANTU
Menurut cerita masyarakat Melayu lama, ombak Bono terjadi karena perwujudan 7 (tujuh) hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Kuala Kampar. Ombak besar ini sangat menakutkan bagi masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan upacara semah.

Ombak ini sangat mematikan ketika sampan atau kapal berhadapan dengannya. Tak jarang sampan hancur berkeping-keping di hantam ombak tersebut atau hancur karena menghantam tebing sungai. Tak sedikit kapal yang diputar balik dan tenggelam akibanya. Menurut cerita masyarakat, dahulunya gulungan ombak ini berjumlah 7 (tujuh) ombak besar dari 7 hantu.

Ketika pada masa penjajahan Belanda, kapal-kapal transportasi Belanda sangat mengalami kesulitan untuk memasuki Kuala Kampar akibat ombak ini. Salah seorang komandan pasukan Belanda memerintahkan untuk menembak dengan meriam ombak besar tersebut. Entah karena kebetulan atau karena hal lain, salah satu ombak besar yang kena tembak meriam Belanda tidak pernah muncul lagi sampai sekarang. Maka sekarang ini hanya terdapat 6 (enam) gulungan besar gelombang ombak Bono.
Tujuh Hantu adalah 7 ombak Bono dengan formasi 1 di depan dan diikuti dengan 6 gelombang di belakangnya. Karena 1 ombak terbesar telah dihancurkan Belanda sehingga ombak Bono besar hanya tersisa 6 ombak dengan formasi hampir sejajar memasuki Kuala Kampar. Mengenai kapal Belanda dan orang-orangnya tidak pernah diketemukan sampai sekarang.

Pulau Jemur (luas 250 ha) adalah sebuah pulau milik Indonesia yang terletak di Selat Malaka, dekat dengan perbatasan Malaysia. Pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Pulau Jemur terkenal dengan panorama alam seperti pantai berpasir putih dan sebagai habitat penyu hijau


Pulau Jemur terletak lebih kurang 45 mil dari Kota Bagansiapiapi ibukota Kabupaten Rokan Hilir. Pulau Jemur merupakan rangkaian dari gugusan pulau-pulau yang terdiri dari beberapa buah pulau antara lain, Pulau Tekong Emas, Pulau Tekong Simbang, Pulau Labuhan Bilik serta pulau-pulau kecil lainnya.


Danau Zamrud  berada di Desa Zamrud, Kecamatan Siak Indrapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang berjarak sekitar 200 kilometer dari ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Danau ini berada di hamparan ladang minyak bumi Coastal Plan Pekanbaru (CPP) Block yang dikelola pemerintah daerah Kabupaten Siak



Di sekitar Kawasan Zamrud ditemukan berbagai jenis satwa langka seperti ikan arwana emas (Schleropages formasus), ikan Balido, harimau sumatera (Pantheratigris sumatrensis), beruang merah (Helarctos malayanus), serta beraneka ragam jenis ular. Bahkan kicauan burung Serindit (Loriculus galgulus), yang menjadi ikon Provinsi Riau juga dapat ditemukan di kawasan ini. Uniknya lagi, pada saat sore hari ketika matahari mulai terbenam para penghuni kawasan Zamrud seperti burung elang, kera, dan harimau mulai menampakkan diri satu persatu. Kawasan danau zamrud didominasi oleh tumbuhan rawa seperti bengku, rengas dan pisang-pisang.



Desa Wisata Buluh cina adalah sebuah Desa yang berada di Kabupaten kampar, Desa ini berjarak sekitar 20km dari Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau. Perjalanan ke Desa Buluhcina dapat dilakukan melalaui transportasi darat, dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun melalui transportasi angkutan umum, dari Kota Pekanbaru kita dapat menggunakan Bus Sarana Angkutan Umum (SAUM) atau yg lebih dikenal dengan Trans Metro Pekanbaru, dengan menggunakan Trans Metro Kita mengakhiri perjalanan di Perumahan PANDAU , kemudian di Perumahan PANDAU kita melanjutkan perjalanan menggunakan mikrolet atau yang biasa disebut dengan oplet menuju Taman Desa Wisata Buluhcina,dan biaya perjalanan menggunakan oplet ini Rp.10.000. 
PETA EKO WISATA RIMBO TUJUH DANAU BULUHCINA

Warga Desa Buluhcina memiliki kebudayaan kearifan lokal  untuk tidak merusak lingkungan dan hutan.  Di Desa Buluhcina terdapat Hutan Wisata Buluhcina. Hutan Wisata Buluhcina ini luasnya 1.000 hektare. Hutan ini sangat asri dan sangat alami dan sudah terpelihara semenjak ratusan tahun yang lalu, di hutan ini dapat kita jumpai flora dan fauna, seperti rotan, anggrek, monyet,burung,kupu-kupu,harimau dan juga pepohonan yang sangat besar dan tinggi, dikawasan hutan ini terdapat tujuh danau yaitu : Danau Pinang Luar, Danau Pinang Dalam, Danau Tanjung Putus, Danau Baru, Danau Tanjung Putus, Danau Lubuk Siam, Danau Atehutan, dan Danau Tatangah, masing-masing danau memiliki keunikan tersendiri.

HUTAN WISATA DESA BULUHCINA
SALAH SATU POHON BESAR YANG ADA DI HUTAN WISATA BULUHCINA
 

Hutan wisata Buluhcina awalnya berasal dari tanah dan lahan warga Desa Buluhcina yang mereka ikhlaskan untuk dijadikan kawasan hutan wisata alam tanpa diganti-rugi. 1500 penduduk Desa Buluhcina memberikan dengan ikhlas lahan yang mereka miliki tanpa kompensasi materi, mereka cuma mengharapkan bantuan berupa perbaikan dan peningkatan infrastruktur, pengembangan dan peningkatan ekonomi desa seperti pembedayaan pemuda dan masyarakat sekitar, namun sampai saat ini apa yang mereka harapkan belum dapat terwujud. Hutan Wisata Buluhcina ini dikelola oleh masyarakat dan adat secara bersama di bawah koordinasi ninik mamak Desa Buluhcina. dan LMB (Lembaga Musyawarah Besar) yang diketuai oleh Bapak Makmur Hendrik. 



RUMAH PENDUDUK DI SEKITAR HUTAN WISATA BULUHCINA

Desa wisata Buluhcina memiliki potensi wisata yang luar biasa, selain hutan wisata yang menjadi andalan utama, kawasan desa Buluhcina ini juga dapat menjadi pilihan yang terbaik untuk memancing dan menjala ikan, pemandangan yang indah dan alami di hutan buluhcina juga dapat dijadikan sebagai tempat hiking, kemah atau kemping. Masyarakat ataupun pemuda disini sangat welcome terhadap siapapun, mereka akan meyambut kedatangan siapapun dengan ramah, mereka membantu pengunjung sebagai pemandu wisata dan jika kita ingin menikmati kuliner mereka bersedia untuk memasakkan ikan baung yang segar yang langsung diambil dari sungai, asam pedas baung yang khas menjadi kuliner andalan dan juga ada embut rotan beserta belacan ala buluhcina. Selain itu juga di Desa Wisata Buluhcina juga sering diadakan lomba pacu sampan dan biasanya dilakukan pada saat menjelang Bulan Ramdahan dan pada saat setelah lebaran idhul fitri, dulunya tiap tahun ada agenda Pacu Sampan Piala Presiden di Desa Buluhcina,kini agenda pacu sampan Piala Presiden sudah tidak pernah diadakan lagi.

SAMPAN MILIK NELAYAN DESA BULUHCINA
TRANSPORTASI PENYEBERANGAN WARGA DESA BULUHCINA KE HUTAN WISATA BULUHCINA

Bagi siapapun yang ingin menikmati perjalanan keliling desa buluhcina , pemuda setempat bersedia mengantarkan anda berkeliling ria menikmati liburan dengan sampan ataupun pompong yang tentu cukup terjangkau dengan kantong anda. Anda berminat dapat menghubungi M. RALIS T atau biasa disapa dengan bang Toro di nomor telepone 081371559313
Gunung Djadi merupakan gunung pertama yang ditemukan di Riau yang memiliki pesona dan keindahan alam yang luar biasa. Gunung dengan ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu mempunyai potensi wisata alam yang menarik.



Gunung  Djadi terletak di Kabupaten Kampar, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling.


Gunung Djadi mempunyai dua puncak dan terletak lebih dari ketinggian 600Mdl dengan kemiringan 75 derajat.  Untuk sampai ke Puncak Gunung Djadi,kita mesti melewati 10 puncak bukit.

Sebelum mencapai puncak Gunung Djadi ditemukan sebuah kubangan yang dugaan sementara merupakan Kubangan Badak, dan selain itu juga ditemukan  cakar harimau dan beruang.


Di Kawasan Gunung Djadi banyak ditemukan jenis burung, dan juga potensi vegetasi alami seperti Pinus, Damar, Meranti, Kruing, Anggrek Tebu, Anggrek Hutan, Kantong Semar, Rotan, Manau dan lainnya.


Di lembah gunung banyak air terjun, sedikitnya ditemukan 7 air terjun dengan ketinggian 3 hingga 30 meter.



Kawasan Gunung Djadi sangat berpotensi untuk dijadikan  wisata Sepeda Gunung, Body Rafting dan juga arung  jeram.





















Berita Terkait : 




KREDIT PHOTO : 
HISAM SETIAWAN - Koordinator XPDC 12-12 Part 1 (Media Ekspose Hasil Tim XPDC 12|12 bersama Gurindam12  Jumat, 13 Januari 2012 "Discovery First Mountain In Riau") / Penemuan Gunung Pertama di Riau.






Gunung Djadi, gunung pertama yang ditemukan di Riau ternyata memiliki pesona dan keindahan alam yang luar biasa. Gunung dengan ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu mempunyai potensi wisata alam yang menarik.

Dalam Media Ekspose Hasil Tim XPDC 12|12 (XPDC di 2012 bersama Gurindam12) Part 1 "Discovery First Mountain In Riau" (Penemuan Gunung Pertama di Riau) yang akan dilaksanakan pada Jumat, 13 Januari 2012  Koordinator XPDC 12-12, Hisam Setiawan menjelaskan Gunung Djadi mempunyai dua puncak. Selama menuju puncak gunung, tim juga menemukan ada pepohonan Pinus di sekeliling Gunung Djadi. Di lembah gunung banyak air terjun, sedikitnya selama ditemukan 7 air terjun dengan ketinggian 3 hingga 30 meter.



                              Air terjun di Gunung Jadi

Selain itu, juga ditemukan kubangan yang diperkirakan adalah kubangan badak. "Namun mengenai ini perlu pdilakukan penelitian lebih lanjut. Dan juga ditemukan banyak jenis burung 


Gunung Djadi ini terletak di Kabupaten Kampar yang disebut dengan "Serambi Mekkahnya" Riau. Tepatnya di Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling. Gunung Djadi sudah tidak aktif lagi. Dan kondisinya memang belum terjamah. Karena masih perawan, akses ke puncak gunung sangat sulit. Dibutuhkan waktu sekitar 5 hari mencapai puncak gunung.



Tim perjalanan XPDC 12-12 terdiri dari River Defender, Brimapala Sungkai, Telapak BT Riau, Yayasan Mitra Insani dan Gurindam12 sangat berharap kepada pemerintah dan instansi terkait memberikan perhatian kepada keberadaan gunung ini. Karena selain tidak diketahui keberadaannya, gunung Jadi ternyata memiliki keindahan alam yang bisa dikembangkan untuk kawasan wisata.

LSM River Defender mengklaim, menemukan gunung pertama di Riau. Selama ini, Riau dikenal daerah yang kaya minyak dengan geografis tidak ada gunung.  Gunung yang ditemukan ini diberi nama dengan Gunung Djadi, gunung ini berada di 1.091 meter dari permukaan laut. Gunung yang bernama Djadi tersebut terletak di Kampar, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling.

"Ini merupakan gunung pertama di Riau. Selama ini warga setempat sudah tahu, tapi tidak terekspos luas. Ketinggiannya mencapai 1.091 meter dari permukaan laut" 

"Gunung tersebut tidak aktif lagi. Dan kondisinya memang belum terjamah. River Defender memasuki awal 2012 ini  mengadakan ekspedisi perjalanan Tim XPDC 12-12 terdiri dari River Defender, Brimapala Sungkai, Telapak BT Riau, Yayasan Mitra Insani dan Gurindam12.

Ekspedisi ini bertujuan melihat lebih jauh gunung tersebut untuk pengembangan potensi wisata alam Riau yang terpendam. "Kegiatan ini dilaksanakan 29 Desember 2011 hingga 4 Januari 2012," papar Amin.

Menurut data yang diperoleh, gunung Djadi ini tergolong tidak aktif. "Diperkirakan akan memerlukan waktu dua hari perjalanan menuju puncak gunung. Sebab, medannya sangat sulit.


BONO atau Gelombang Bono adalah fenomena alam yang biasa terjadi karena disebabkan pertemuan arus pasang air laut dengan arus sungai dari hulu menuju hilir. Kata Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan (Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka menggunakan tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang yang mereka gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka kembali ke Pelalawan dan melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang mereka kandas dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, tetapi raja Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan omongan warganya, kemudian Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk Embun untuk membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga diikuti oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak  Raja Gunung Sahilan, Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak terbukti omongan Para warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka sang Raja akan memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang . Sesampainya mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan tongkang mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata  kepada juru kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata Benar yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti benar.

Bagi dunia peselancar (surfer) maupun wisatawan dari luar, Ombak Bono Kampar adalah sebuah penemuan yang mengagumkan bahkan para selencar dunia mengungkapkan luar biasa untuk "Bono Kampar", seperti diungkapkan oleh Chris Mauro dalam tulisannya yang  dimuat GrindTV.com :  “A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world (sebuah gelombang impian yang ditemukan di salah satu sungai di Indonesia memukau dunia selancar),” tulis . Tulisan Mauro itu sendiri lantas merujuk pada apa yang ia sebut ‘penemuan luar biasa’ oleh tim (ekspedisi) Rip Curl baru-baru ini, yang menurutnya “mungkin tak tertandingi” (may be unrivaled).
Dulu Ombak Bono atau gelombang Sungai Kampar sebagai sosok yang menakutkan, tetapi kini justru menjadi Wisata Andalan bagi Pelalawan dan juga Provinsi Riau. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pelalawan  Bapak Bakhtiar Ismail, Gelombang Bono atau Ombak Bono Sungai Kampar ini telah banyak menarik perhatian wisatawan Domestik maupun mancanegara.

Bono biasanya terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu dalam tahun Arab yang biasa disebut penduduk sebagai "Bulan Besar" atau "Bulan Purnama". Biasanya "gelombang Bono" atau "Ombak Bono" yang besar terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut. Gelombang yang terjadi biasanya akan berwarna putih dan coklat mengikut warna air Kuala Kampar. Selain itu, Bono juga terjadi pada setiap "bulan mati" yaitu akhir bulan dan awal bulan (tanggal 1) Tahun Arab.
Terlihat Gelombang Bono Dari kejauhan
Lokasi Ombak Bono atau gelombang Bono Sungai Kampar dapat kita jumpai di Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan. Ada beberapa titik yang biasa digunakan masyarakat sekitar untuk melihat Ombak Bono salah satunya adalah Tanjung Sebayang atau Tanjung Bayang-Bayang, Di Tanjung Sebayang ini Pemerintah kabupaten Pelalawan telah menyediakan sebuah Pondok untuk masyarakat yang ingin menikmati Gelombang Bono. Konon di Tanjung Sebayang ini terdapat sebuah Istana yang megah dan cantik,namun istana ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata, Istana ini merupakan istana makhluk halus yang dikenal dengan nama  Bunian.

Warga melihat Datangnya Ombak Bono di tanjung bebayang
Ombak Bono atau  Gelombang Bono (Bono Wave) terjadi ketika saat terjadinya pasang (pasang naik) yang terjadi di laut memasuki Sungai Kampar. Kecepatan air Sungai Kampar menuju arah laut berbenturan dengan arus air laut yang memasuki Sungai Kampar. Benturan kedua arus itulah yang menyebabkan gelombang atau ombak tersebut. Bono akan terjadi hanya ketika air laut pasang. Dan akan menjadi lebih besar lagi jika pada saat air laut mengalami pasang besar (bulan besar) diiringi hujan deras di hulu Sungai Kampar. Derasnya arus sungai akibat hujan akan berbenturan dengan derasnya pasang air laut yang masuk ke Kuala Kampar. Awal akan terjadinya /ombak Bono/ diawali dengan bunyi gemuruh air. Bunyi gemuruh ini semakin lama akan semakin keras diiringi dengan besarnya gelombang ombak Bono. Kecepatan gelombang ombak Bono mencapai 40 km/jam. Tinggi  gelombang bono tersebut mencapai 6 meter. Bahkan ombak Bono mampu menyebabkan Banjir beberapa saat, biasanya perkampungan di Sekitar Tepi Sungai kampar akan digenangi air lebih kurang 1jam dan ketinggian air mengenangi kampung tersebut mencapai tinggi lutut orang dewasa. 

Untuk mencapai Lokasi Bono ini (Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan), dari Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau  terlebih dahulu kita menuju Pangkalan kerinci Ibu Kota Kabupaten Pelalawan , perjalanan menuju Pangkalan Kerinci dapat dilakukan melalui jalur darat dengan jarak tempuh sekitar 70km atau  1,5jam perjalanan. Alat transportasi umum yang bisa digunakan adalah Travel atau biasa disebut dengan superben,biaya perjalanan dari Pekanbaru menuju Pangkalan Kerinci sebesar Rp.20.000. Kemudian dari pangkalan Kerinci untuk menuju Teluk Meranti kita bisa menggunakan mobil rental atau mobil sewaan dengan Tarif Rp.50.000/orang dan terminal mobil rental ini terdapat di Hotel Meranti Pangkalan Kerinci. Perjalanan dari Pangkalan Kerinci ke Teluk Meranti dapat ditempuh dengan waktu 4jam. Selain itu perjalanan juga dapat dilakukan menggunakan sarana transportasi air, dari Pangkalan Kerinci (Pelabuhan di jembatan Pangkalan Kerinci) kita bisa menggunakan speedboat ke desa Teluk Meranti dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 3jam dengan biaya perjalanan Rp.150.000.  




Bono merupakan fenomena alam yang menakjubkan. Di mana, ketika pasang memudiki sungai, maka air sungai akan menggelombang, berombak besar. Tinggi gelombang tersebut mencapai 6 meter. Konon, menurut salah-satu cerita, Bono yang terdapat di daerah Teluk Meranti ini merupakan pasangan jantan dan Bono Betina yang terdapat di Sungai Rokan. Bono yang terdapat di Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti kabupaten Pelalawan sudah dianggap sebagai hal yang biasa bagi masyarakat sekitar di Kuala Kampar, mereka disana  menganggap Bono  sebagai arena bermain untuk  menguji ketangkasan berperahu.

Untuk mencapai Lokasi Bono ini (Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan) dapat ditempuh dengan menggunakan Transportasi darat dari Pekanbaru ke Pangkalan Kerinci sekitar 70km dan dapat ditempuh dengan waktu perjalanan 1,5jam. Kemudian dilanjutkan perjalanan darat menuju Teluk Meranti melalui Kecamatan Bunut lebih kurang perjalanan dapat ditempuh dengan waktu 4jam. Selain itu perjalanan juga dapat dilakukan menggunakan sarana transportasi air, dari Pangkalan Kerinci (Pelabuhan di jembatan Pangkalan Kerinci) kita bisa menggunakan speedboat ke desa Pulau Muda (lokasi terbaik untuk menyaksikan BONO) dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 4.5jam. Kedepannya Bono dapat menjadi Wisata andalan Provinsi Riau.

Bagi dunia peselancar (surfer) maupun wisatawan dari luar, Bono Kampar adalah sebuah penemuan yang mengagumkan bahkan para selencar dunia mengungkapkan luar biasa untuk "Bono Kampar", seperti diungkapkan oleh Chris Mauro dalam tulisannya yang  dimuat GrindTV.com :  “A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world (sebuah gelombang impian yang ditemukan di salah satu sungai di Indonesia memukau dunia selancar),” tulis . Tulisan Mauro itu sendiri lantas merujuk pada apa yang ia sebut ‘penemuan luar biasa’ oleh tim (ekspedisi) Rip Curl baru-baru ini, yang menurutnya “mungkin tak tertandingi” (may be unrivaled).






Bono is an amazing natural phenomenon. Where, when the pair go up a river, the river water will menggelombang, large wavy. Wave height reaches 6 meters. That said, according to one-one story, Bono contained in the Kuala Kampar district is a male partner than females Bono contained in the Rokan River. Bono contained in the Kuala Kampar Kampar River District Pelalawan district has been regarded as common for people around the Kuala Kampar, they were there regarded Bono as a playground to test agility boating.
To achieve this Bono Locations (Meranti Bay Kampar River District, Regency Pelalawan) can be reached by land transportation from Pangkalan Kerinci Pekanbaru to about 70km and can be reached by travel time 1.5 hours. Then followed the journey overland to the Gulf through the District Bunut Meranti more or less travel time can be reached by  4 hours. In addition, travel can also be done using water transportation, from Pangkalan Kerinci (Ports in Pangkalan Kerinci bridge) we can use a speedboat to the village of Pulau Muda (the best location to watch Bono) with travel time around 4. hours. Bono to become the future mainstay Tourism Riau Province.
For surfers world (surfer) and tourists from outside, Bono Kampar is a wonderful invention and even the world selencar reveal remarkable for "Bono Kampar", as revealed by Chris Mauro in his article published GrindTV.com  "A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world,"he wrote. Mauro writing itself then refers to what he called 'extraordinary discovery' by the team (expedition) Rip Curl recently, which he said May be unrivaled.