Makam Putri Kaca Mayang berada di Desa Gasib Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak, untuk menjumpai makam ini tidaklah begitu sulit. Dari Pekanbaru menuju pemakaman ini dapat ditempuh dengan perjalanan 2jam. Panduan yang paling mudah untuk menemui makam ini adalah Tugu Perbatasan Kecamatan Tualang dan Koto Gasib. Berselang 1 km dari tugu perbatasan tersebut dapat kita jumpai sebuah Tugu yang berbentuk mahkota dan juga Rambu Petunjuk Informasi  Makam Putri Kaca Mayang, dan dari tugu tersebut perjalanan kita lanjutkan kearah dalam menuju areal Pabrik Kelapa Sawit PT Kimia Tirta Utama, diperkirakan jarak dari Tugu  ke Makam Putri Kaca Mayang sejauh 10km.



Akses menuju Makam ini bisa dikatakan cukup baik, karena jalan yang kita lalui adalah jalan milik perusahaan. Sepanjang perjalanan menuju Makam kita akan menjumpai perkebunan Kelapa Sawit dan juga infrastruktur milik perusahaan.




Konon Putri kaca mayang merupakan Putri yang cantik dan merupakan Putri dari Raja Gasib. Keberadaan Putri kaca Mayang dianggap sebagai sosok yang misterius bagi warga Gasib, menurut warga Gasib dulunya di sekitar Makam utri kaca Mayang ditemukan benteng dan juga bekas puing-puing kerajaan, namun kini semuanya telah sirna dan hilang, karena minimnya pengetahuan masyarakat sekitar mengenai Sejarah dan Cagar Budaya.



Kini nama Putri Kaca Mayang dijadikan sebuah nama tempat hiburan di Kota Pekanbaru,yaitu Taman Ria Putri Kaca Mayang, namun keberadaan taman ini konon kan digusur, Taman Ria Putri Kaca Mayang akan dijadikan sebuah Taman Kota nantinya.

Bagi yang penasaran dengan kisah Putri Kaca Mayang bisa membaca Artikel Siapa Pendiri Kota Pekanbaru sebenarnya ? dan juga dapat melihat Video Singkat berikut mengenai Misteri Kerajaan Gasib dan Putri Kaca Mayang.

Siapa Pendiri Kota Pekanbaru sebenarnya ? Marhum pekan atau Panglima Gimbam ?

Untuk dapat menjawab pertanyaan diatas, tentunya kita harus mengetahui Sejarah Kota Pekanbaru. Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau, yang saat ini menjadi salah satu Kota selain Makassar yang diusulkan menjadi Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

Pada masa dahulu Pekanbaru hanya sebuah dusun kecil yang dikenal dengan sebutan Dusun Senapelan, yang dikepalai oleh seorang Batin (kepala dusun). Dalam perkembangannya, Dusun Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki, yang terletak di tepi Muara Sungai Siak. Perkembangan Dusun Senapelan ini erat kaitannya dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Pada masa itu, raja Siak Sri Indrapura yang keempat, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, bergelar Tengku Alam (1766-1780 M.), menetap di Senapelan, yang kemudian membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan Dusun Senapelan (di sekitar Mesjid Raya Pekanbaru sekarang). Tidak berapa lama menetap di sana, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah kemudian membangun sebuah pekan (pasar) di Senapelan, tetapi pekan itu tidak berkembang. Usaha yang telah dirintisnya tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya, Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu di sekitar pelabuhan sekarang.
Sebuah kerajaan Melayu Islam terbesar di Riau telah meninggalkan jejak yang cantik di bumi melayu dan nusantara, Istana  Siak, itulah nama yang biasa disebut. Ini adalah kunjungan kesekian kalinya bagi saya,namun tidak pernah bosan untuk berkunjung kembali, kunjungan ini begitu spesial, karena kami membawa turis lokal berkunjung ke Istana Siak, ini adalah kunjungan pertama mereka, dan dikunjungan pertamanya turis tersebut mendokumentasikan Istana Siak dalam bentuk Liputan Video Dokumenter Singkat Ala Bertuah TVRasa penat menempuh perjalanan 3 Jam dari Pekanbaru hilang seketika ketika kami melewati sebuah jembatan Megah Jembatan Tengku Agung Sulthanah Latifah. Secara eksplisit jebatan ini menggambarkan masa keemasan dan Kejayaan Kerajaan Siak tempo dulu. Panorama hamparan kebun sawit berubah menjadi pemandangan nuansa melayu ketika kami melewati jembatan tersebut.
Jembatan Tengku Agung Sulthanah Latifah