Syair Ibarat Khabar Kiamat

Syair Ibarat Khabar Kiamat merupakan salah satu sastra lisan yang karang dan diciptakan oleh seorang Mufti Kerajaan Indragiri bernama Syekh Abdurrahman Shiddiq.


Sejarah Singkat Tentang Tuan Guru Sapat Syech Abdurrahman Siddiq. Tuan Guru Syech Abdurrahman Siddik atau yang akrab disapa Tuan Guru Sapat merupakan seorang guru agama islam (Mufti Kerajaan Indragiri) yang cukup tersohor dan banyak memiliki murid yang berasal dari negeri Malaysia, Singapura, Kalimantan, Jambi dan Palembang. Beliau lahir di Kampung Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan pada tahun 1867 M (1284 H). Ayahnya bernama Muhammad Afif bin Khadi H. Mahmud dan Ibunya bernama Shafura dan beliau merupakan keturunan ulama besar dari Kalimantan bernama Syekh Arsyad Al-Banjari. Sebelum menetap di Sapat Indragiri Hilir, Tuan Guru sempat merantau ke Padang (Sumatera Barat) untuk menemui paman beliau bernama As’ad. Di Tanah Minang tersebut, beliau menjalankan usaha sebagai penyepuh emas sembari berdakwah ke pelosok-pelosok Sumatera Barat berbekal ilmu agama yang telah di dapatkannya di pesantren sewaktu kecil.


Sekitar tahun 1886, Tuan Guru memutuskan berangkat ke Mekkah untuk lebih mendalami ilmunya. Setelah tujuh tahun menetap di Negeri Padang Pasir akhirnya Tuan Guru meminta izin untuk pulang ke Tanah Air dengan alasan ingin mengabdikan illmunya di kampung halaman dan mendapatkan persetujuan dari birokrasi pendidikan Mekkah. Setelah sampai di Kalimantan, beliau memutuskan untuk migrasi ke Sumatera tepatnya ke Bangka Belitung di mana Muhammad Affif (Ayah beliau) merantau panjang di negeri itu. Sekitar Tahun 1980 Tuan Guru tiba di Sapat, Indragiri Hilir. Migrasinya beliau dari Bangka Belitung ke Indagiri berdasarkan informasi dari seorang saudagar asal Indragiri Hilir bernama Haji Arsyad bahwa Indragiri Hilir (Sapat) memiliki potensi dan membutuhkan seorang ulama seperti Tuan Guru.


Seiring berjalannya waktu, Sultan Indragiri (sewaktu itu Sapat adalah bagian dari wilayahnya) mendapat informasi dari Panco Atan (Warga Indragiri yang pernah belajar di Mekkah) bahwa di Sapat terdapat seorang ulama besar. Atas informasi tersebutlah, Sultan mengundang Tuan Guru untuk bertemu. Dalam perbincangan keduanya munculah permintaan Sultan Indragiri agar Tuan Guru bersedia menjadi Mufti yakni seorang ahli agama yang ditugaskan oleh Sultan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam khusunya dalam hal perkawinan, mawaris, pengadilan dan perceraian. Namun awalnya, permintaan Sultan tersebut ditolak secara halus oleh Tuan Guru karena alasan masih memiliki tanggung jawab sebagai pengajar dilembaganya yang sebenarnya juga Tuan Guru tidak menyukai akan sebuah jabatan. Akhirnya dengan bujukan Sultan dan demi kepentingan agama diwilayahnya, Tuan Guru bersedia menjadi Mufti dengan syarat diantaranya, beliau tetap tinggal di Sapat dan tidak mau menerima gaji dari kerajaan.


Permintaan dari Tuan Guru tersebut disetujui oleh pihak Istana dan pada tahun 1327 H / 1910 M, Tuan Guru diangkat menjadi Mufti Kerajaan Indragiri hingga tahun 1354 H / 1935 H. Tidak semata-mata hanya menjadi seorang Mufti, Tuan Guru Juga sering pulang pergi menggunakan perahu kecil dari Sapat ke Istana Rengat, Indragiri untuk memberikan pengajian atas permintaan Sultan. Bahkan sebagian pejabat istana pada hari-hari tertentu juga pergi ke Sapat untuk mengikuti Majelis Ta’lim Tuan Guru.


Tuan Guru Syeck Abdurrahman Siddiq wafat pada hari Senin, tanggal 4 Sya’ban 1358 H, atau bertepatan dengan tanggal 10 Maret 1939 M karena sakit. Beliau berpulang kerahmatullah dalam usia kurang lebih 82 tahun. Jenazah dimakamkan di Kampung Hidayat, Sapat Indragiri Hilir.

Acara haul Tuan Guru Sapat Syech Abdurrahman Siddiq diadakan sebagai bentuk penghormatan atas peran beliau di dalam mengembangkan keilmuan pendidikan dan pengetahuan keagamaan islam. Dilaksanakan tiap-tiap tahun bertepatan hari wafatnya Tuan Guru Sapat. Acara tersebut dihadiri oleh ribuan jamaah dari berbagai pelosok Nusantara bahkan dari negeri tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.


Kitab-kitab Karangan Tuan Guru Sapat Syech Abdurrahman Siddiq
Selain aktif mengajar tentang agama islam, Tuan Guru juga merupakan seorang ulama yang prolific di dalam keilmuan Fiqih, Aqidah, Tasawuf, Tata Bahasa Arab, Hukum Waris, Sejarah dan lainnya. Di antara kitab yang telah ditulisnya adalah:
-    Jadwal Sifat Dua Puluh
-    Sittin Masalah dan Jurumiyah
-    Asrarul Shalah min’iddatiil kutubi al mu’tamadah
-    Pelajaran Kanak-kanak Pada Agama Islam
-    Fathul ‘alim fi tartib al ta’lim
-    Sya’ir Ibarat dan Kabar Kiamat
-    Risalah fi Aqa’id al-Iman
-    Risalah Takmilat Qawi al-Mukhtasar
-    Kitab al-Faraid
-    Bay al-Haywan lil-Kaafiriin
-    Tadzkirah li Nafsi wa-li Amtsa li min al-Ikhwan
-    Maw’izhah li Nafsi wa-li Amtsa li min al-Ikhwaan
-    Risaalat Amal Ma’rifat
-    Mu’jamul aayaat wal ahaadits fi fadhaaidil al’lm wa al’ulamaa wa al mutaalimiin wa al-mutasaami’iin
-    Risalaah al-Arsyadiyah wa ma ulihqa biha
-    Sejarah Perkembangan Islam di Kerajaan Banjar
-    Dam Ma’a Madkhal fi ‘ilm al-s arf
-    Beberapa Khutbah Mutlaqiyah

Salah satu petikan Mutiara Syair Khabar Kiamat oleh Syeck Abdurragman Shiddiq :
Bismillahirohmanirrohim
Terbit dari pada, hati yang salim (bersih)
Mendapat surge Jannatun Na’im
Dengan Kurnia, Robbir Rohim

Alhamdulillahirobbilalamin
Mengikuti sabda, Saiyidil Mursalin
Dapat syafaat, sekalian mu’minin
Masuk surga, Salamin Aminin

Diiringi dengan, sholat salam
Kehadirat Nabi, Saiyidil Anam
Dengan Nas (dalil), Qur’anul A’zom
Wajib mengikuti, dengan Ihtirom

Kemudian dengarkan, suatu cerita
Terbit dari pada, hati yang duka
Bukannya hamba, mengada-ada
Supaya dikenal, saudara kita

Suatu cerita, hamba khabarkan
Kepada sekalian, ahli dan ikhwan
Tandanya dunia, akhir zaman
Orang yang salah, dapat kebenaran

 

Pada Tahun 2020 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 153 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Syair Ibarat Khabar Kiamat menjadi salah satu dari Warisan BudayaTak Benda dengan Nomor Registrasi 202001123.


(sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=2046)

0 komentar: