Makam Haji Sulaiman Saudagar Kaya Pekanbaru Tempo Dulu

Makam Haji Muhammad Sulaiman atau biasa disebut Haji Sulaiman ini berada di kompleks pemakaman umum.  Makam Haji Sulaiman ini cukup mudah untuk diketahui dan ditandai, bentuk makamnya yang berbeda dengan makam lainnya , makam Haji Sulaiman dibangun agak tinggi dan diberi relief seperti relief Taj Mahal di India.

Makam Haji Sulaiman berdampingan  dalam satu tempat dengan istrinya, Hajjah Towiyah. Selain kedua makam tersebut, di sekitarnya terdapat makam keluarga besar Haji Sulaiman, antara lain Asiah (istri kedua Haji Sulaiman), Fatimah binti Sulaiman, Abdul Manan (keponakan Haji Sulaiman sekaligus menantunya karena menikah dengan Fatimah), Jamilah (istri kedua Abdul Manan), Fateh Ali bin Abdul Manan (cucu Haji Sulaiman). Pembangunan makam ini dilakukan oleh ahli waris Haji Sulaiman.



                             
Haji Sulaiman semasa hidupnya adalah tokoh pionir Pekanbaru pada awal abad ke-20 hingga setelah Indonesia merdeka. Sekalipun ia berasal dari India, namun kecintaannya kepada Indonesia tidak diragukan. Haji Sulaiman menikah dengan perempuan Melayu dari keluarga kaya, bernama Towiyah. Selain itu, Haji Sulaiman juga menikah dengan seorang perempuan dari Gasib bernama Asiah. Makam H. Sulaiman dan keluarganya ditempatkan berdekatan di komplek makam Senapelan ini.

Haji Sulaiman pada masa hidupnya merupakan seorang pedagang kaya raya, berjiwa penyayang dan sangat dermawan. Harta yang dimilikinya berupa tanah lengkap dengan dokumen surat tanah terdapat di berbagai tempat di Pekanbaru. Tanahnya terbentang di sepanjang jalan Bangkinang (Ahmad Yani sekarang), Senapelan, Rumbai, Teluk Lembu, dan lain lain. Tanah-tanah tersebut banyak yang dihibahkan kepada masyarakat. Daftar nama orang-orang yang diberikan tanah tercantum di dalam dokumen pribadi H. Sulaiman dan sekarang disimpan oleh ahli warisnya.

Kiprah Haji Sulaiman terkait dengan perkembangan perekonomian di Pekanbaru pada separuh pertama abad ke-20. Haji Sulaiman membuka usaha pabrik roti yang pertama di Pekanbaru. Haji Sulaiman juga beternak sapi dan dipusatkan di daerah Teluk Lembu. Usaha perdagangan Haji Sulaiman meningkat, terutama tekstil yang didatangkan dari India. Haji Sulaiman gemar membeli barang-barang mewah dan indah untuk kemudian dihadiahkan kepada sahabat yang disayanginya, yaitu Sultan Siak ke- 12, Sultan Syarif Kasim. Hampir setiap barang yang dihadiahkan kepada Sultan, maka Haji Sulaiman memiliki kembarannya yang disimpan di rumahnya. Sosok Haji Sulaiman semasa hidup juga terkait dengan keberadaan Masjid Raya Pekanbaru. Beliau adalah salah seorang pendiri panitia pembangunan Masjid Raya, sebagai ketua. Sumur tua di dalam Masjid Raya dilebarkannya

untuk memastikan keberadaan air untuk keperluan jama’ah masjid tersebut. Peran Haji Sulaiman dengan Masjid Raya ini sudah diketahui oleh umum pada masa lalu. Menurut penuturan saksi sezaman, dulu pada tahun 1970an-1980an,
pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan, foto-foto para tokoh dan pendiri Masjid Raya akan dikeluarkan dan dipamerkan di teras masjid. Salah satunya adalah foto Haji Sulaiman. Saat ini, kebiasaan yang beberapa dekade sempat hilang ini telah dimulai lagi, yaitu memamerkan foto para tokoh yang telah berjasa terhadap keberadaan Masjid Raya termasuk daerah Senapelan.

                                


Pada masa penjajahan, Haji Sulaiman disegani, baik oleh Belanda maupun Jepang. Oleh karena itu, Haji Sulaiman tetap dapat mengembangkan usahanya. Pada masa perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan, sikap segan tentara pendudukan kepada dirinya, membuat Haji Sulaiman dengan leluasa membantu perjuangan rakyat lepas, terutama dalam memasok kebutuhan makanan para pejuang. Perannya dalam mempertahankan tanah air dari agresi Belanda ini pernah dipertimbangkan untuk mengangkatnya sebagai pejuang veteran. Hanya saja, tidak ada orang yang membantunya mengurusnya dan karena sifat Haji Sulaiman tidak ingin ditampilkan atau ditonjolkan, maka usulan dirinya sebagai pejuang veteran di Pekanbaru tidak dilanjutkan.

Makam Haji Sulaiman sekalipun baru dibuat bangunannya, yaitu pada tahun 1999 oleh ahli warisnya, namun sosok yang berbaring di bawahnya yang memiliki arti dan nilai khusus bagi perkembangan Pekanbaru pada masa lalu, sebagaimana juga sejumlah sosok penting yang dimakamkan di sana, seperti Muhammad Amin, Muhammad Thahir Ima, Muhammad Husain, Khadijah Ali, dan lain-lain



Sumber Narasi :
SK Gubernur Riau Nomor 1135/XII/2018 Tanggal 27 Desember 2018 Tentang Penetapan Status Cagar Budaya Tahun 2018 

0 komentar: