Menelusuri Jejak Pekanbaru Masa Lalu

Peradaban sebuah bangsa menjadi bermakna, ketika dia mampu memahami dan mengingatnya dalam memori yang dituangkan pada simbol-simbol peradaban. Dirasakan detak jantung dan napasnya pada kehidupan nyata, serta mampu menghargai simbol, makna yang terkandung di dalamnya. Melalui perilaku dan adab budaya, terkuaklah peradaban yang telah dimiliki.
Sebuah perhelatan bertajuk Wisata Fotografi adalah kegiatan hunting partisipatif pada kawasan prioritas penataan pemukiman sesuia dengan Visi " Menjadikan kelurahan Kampung Bandar Menjadi Kawasan Sejarah dan Budaya Melayu di Kota pekanbaru" dalam perspektif foto-foto mengantarkan kami untuk menelusuri sebuah kejayaan dan peradaban melayu masa lalu di kota Pekanbaru. Kami seakan berada di Pekanbaru masa lalu. Minggu pagi 7 Oktober 2012 kami dipandu oleh bapak Muhammad Thohiran juru pelihara situs kompleks makam Marhum Pekan, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). Dengan pengeras suara Bapak thohiran mengantarkan kami dan menjelaskan situs sejarah dan pusat budaya masyarakat masa lalu.
Tepian sungai siak tempat dimana kami berdiri dulunya adalah terminal lama pintu kedatangan ke pekanbaru, kini terminal tersebut sudah musnah dan hanya menyisakan sebuah bangunan kecil yang dulunya digunakan sebagai Kursi tunggu bagi penumpang.
TERMINAL KOTA PEKANBARU DI TEPIAN SUNGAI SIAK TEMPO DULU

LOKASI SAAT INI EKS TERMINAL KOTA PEKANBARU DI TEPIAN SUNGAI SIAK


Bangunan Rumah Melayu Tua menjadi objek pertama kami, rumah ini dibangun pada tahun 1928. Di tangga rumah tertulis 23-7-1928. Jika melihat tanggal yang tertera di rumah ini, maka rumah ini dibangun 23 Juli 1928. Posisi rumah ini tepat berada di bawah Jembatan Sungai Siak III,tepatnya di jalan Perdagangan, rumah ini adalah milik Tuan Qadhi H Zakaria dan Rumah ini lebih dikenal dengan nama Rumah Singgah Tuan Kadi

                               
Perjalanan kami lanjutkan menuju sebuah pelabuhan , dulunya dinamakan Pelabuhan Manggis, pelabuhan ini dulunya cuku ramai dan dijadikan pelabuhan pengangkut barang. Kini hanya tersisa sebuah papan yang berfungsi sebagai dermaga.

Tidak jauh dari Pelabuhan Manggis, dapat kita jumpai sebuah rumah Tua yang Tinggi, rumah ini sudah ada semenjak tahun 1886, rumah tua ini dulunya milik H Yahya. rumah ini berarsitektur Melayu Pesisir dan rumahnya cukup tinggi dan ini menandakan bahwa si pemilik rumah seorang yang kaya, seorang datuk, seorang penguasa ataupun seorang yang memiliki peranan penting baik ekonomi maupun pemerintahan. Dan saat ini Ruamh H Yahya dijadikan Rumah Tenun Kampung Bandar.
                                        
Perjalanan kami lanjutkan menuju Gudang Pelabuhan Pelindo I, disana kami menemukan sebuag batu persegi setinggi sekitar 70 Cm masih terlihat kokoh. Batu ini menjadi saksi bisu perkembangan Kota Pekanbaru. Di batu itu tertulis Pb. 0, Pad 313, Bkn 65 dan di bawahnya terdapat lambang PU. Tulisan tersebut bermakna Tugu tersebut merupakan Tugu 0km Kota Pekanbaru, dan dari Tugu tersebut Kota Bangkinang berjarak 65km dan Kota Padang berjarak 313km. Menurut orang tua disekitar Tugu 0km tersebut, tugu ini semenjak tahun 1986 tidak lagi menjadi titik 0km Kota Pekanbaru.
Setelah mengambil beberapa momen dan dokumentasi di titik 0km Kota Pekanbaru,perjalanan kami lanjutkan menyusuri akar rumput sejarah masa silam Pekanbaru. Sejarah telah mencatat pada abad ke-18 silam Bandar Senapelan pernah jadi ibukota Kerajaan Siak di tahun 1762-1766 semasa Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah (Sultan Siak IV) dan jadi ibukota Provinsi Negeri Pekanbaru Kerajaan Siak semasa Sultan Syarif Hasyim seperti yang tertuang dalam Pasal Delapan Bab al-Qawa’id (kitab UU Kerajaan Siak semasa Sultan Syarif Hasyim) tahun 1898. Artinya, cikal bakal Pekanbaru adalah di Kampung Bandar Senapelan, dibuktikan dengan adanya makam tokoh pendiri Pekanbaru. Makam Marhum Pekan pendiri Kota Pekanbaru menjadi tujuan kami berikutnya, dikomplek Makam marhum pekan kita juga dapat menjumpai makam lainnya seperti makam Marhum Bukit, Markum Barat dan makam kerabat, keluarga dan pengikut kerajaan Siak. Persis di sebelah Komplek Makam marhum pekan terdapat sebuah Mesjid Tua yang bersejarah yaitu Masjid Raya Pekanbaru, mesjid ini berdiri megah tapi sayang bentuk asli bangunan tersebut sudah hilang dan mesjid dalam proses renovasi.
                             
Beranjak dari komplek Makam marhum Pekan dan Mesjid Raya pekanbaru, kami melanjutkan perjalanan menuju Rumah Tuan Kadi Kerajaan Siak yaitu Haji Zakaria yang berada di jalan Senapelan Gang Pinggir. Rumah ini merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Siak masa lalu. Rumah peninggalan Tuan Kadi Zakaria memang sudah dipugar tapi tak mengubah bentuk asli bangunan, rumah ini terlihat megah dengan arsitektur Eropa masa lalu, konon rumah ini diarsiteki oleh arsitek yang membangun Istana Siak. Rumah ini dulunya menjadi pesanggrahan atau rumah persinggahan Sultan Syarif Kasim II ketika bertandang ke Pekanbaru,bahkan ada kamar khusus Sultan. Bahkan di rumah itu juga berbagai persoalan dan strategi menata Bandar Senapelan selalu dibahas. Tidak jauh dari Rumah Tuan Kadi zakaria kita dapat menjumpai situs sejarah pembentukan Serikat Dagang Islam dan Koperasi Serikat Islam Kerajaan Siak, Surau Irhas yang merupakan situs markas Fisabillah tentara kerajaan. Salah satu bangunan Pekanbaru masa lalu dan hingga kini masih ada dan bentuknya sama sekali tidak berubah yaitu gedung Bank Nasional  yang berada di depan Pasar Kodim ,namun bangunan tersebut saat ini kurang terawat dan banguna ini digunakan untuk berjualan, seharusnya bangunan ini tetap dipertahankan dan dilestarikan tanpa mengubah wujud asli dari bangunan tersebut.   
                            
Kampung Bandar Senapelan yang kaya peninggalan warisan sejarah dan budaya, juga menyimpan warisan budaya etnis lain seperti di Kelurahan Sago. Yaitu ditemukannya Kitab Dalai Lama, sebuah manuskrip kitab kuno peninggalan Dalai Lama yang berusia lebih dari 100 tahun di perkampungan Tionghoa Melayu, tepatnya di Wihara Tri Ratna Budhis Centre, Jalan Karet Pekanbaru. Kitab yang berisi ajaran Tantrayana setebal 108 lembar ditulis dalam bahasa Sansekerta menggunakan tinta emas di atas kulit kayu. Kitab dari Nepal ini diperkirakan berasal dari masa Dalai Lama Thubten Gyatso yang pernah jadi pemimpin spiritual pada 1879.

Para tetua dan tokoh masyarakat Senapelan berharap, temuan benda cagar budaya harus dilestarikan dan tak boleh dihancurkan. Karena benda itu kelak jadi saksi bagi anak cucu terhadap keberadaan Pekanbaru saat ini. 

Dahulunya Jalan Ahmad Yani dikenal dengan nama Jalan Bangkinang, disekitar Jalan Ahmad Yani tepatnya di Pertigaan Jalan Juanda kita menemukan sebuah Bangunan Tua saat ini Bangunan tersebut digunakan sebagai Museum Penyiaran RRI Pekanbaru dan Gedung Ini merupakan Eks Gedung Kantor Gubernur Jendral  Belanda.
 



Tidak jauh dari Museum Penyiaran RRI tepatnya persis di Eks Kantor PU Riau yang kini telah berubah fungsi Menjadi Ruang Terbuka Hijau Tunjuk Ajar Integritas terdapat sebuah Tugu, dan disinilah dulunya Bendera Merah Putih Pertama kali berkibar di Kota Pekanbaru, dan Tugu ini di sebut dengan Tugu Proklamasi.



Masih banyak bangunan bersejarah serta Cagar Budaya di Pkanbaru, namun belum diinventarisisr serta belum ada data pasti yang akurat disertai bukti hanya berdasarkan cerita turun temurun, insya allah tulisan ini akan terus diupdate





1 komentar:

Andie mengatakan...

bagus banget bang artikelnya ini :D
tapi ga lengkap kalo ga ada SMAN 1 Pekanbaru sama Pesawat merah yang dulu di depan Gubernuran