Lancang Kuning Merupakan perlambang atau Tanda akan kegemilangan Riau
dan Lancang Kuning juga menjadi simbol Provinsi Riau. Daerah Riau
(rumpun melayu Riau)
memiliki ribuan pulau yang bertebaran dari lautan cina selatan sampai ke
Selat
Melaka. Alat perhubungan yang utama adalah perahu layar. Karenanya di
daerah
ini terdapat berpuluh macam jenis perahu, yang telah dikenal sejak
berabad-abad
yang silam. Untuk pelayaran jauh dipergunakan perahu layar yang besar,
sedangkan untuk pelayaran dekat dipakai perahu berukuran sedang dan
kecil.
Perahu besar disebut : Kici, Pinisi, Tongkang, Kotak dan sebagainya.
Perahu
berukuran sedang di sebut : Nadi, Kolek, Keteman, Jung dan sebagainya.
Perahu
berukuran kecil dinamakan : Jalur, Sampan Kampar, Sampan Siak, Biduk,
dan
sebagainya. Disamping itu ada pula perahu yang khusus dipergunakan untuk
berperang. Yang paling terkenal adalah : Lancang dan Penjajab. Lancang
dipergunakan pula untuk kenaikan para Raja dan merupakan Kapal Komando
dalam
angkatan laut kerajaan. Lancang yang menjadi kenaikan raja dan menjadi
Kapal
Komando itu disebut LANCANG KUNING. Lancang Kuning adalah sebagai
lambang
kebesaran, kejayaan, kekuasaan, dan kepahlawanan. Karenanya Lancang
Kuning
diabadikan dalam nyanyian rakyat, dijadikan salah satu unsur utama dalam
upacara pengobatan tradisional (Belia dan Ancak), dan dituangkan dalam
cerita-cerita rakyat serta dalam tarian rakyat.
ASAL -USUL
Belum diketahui sejak kapan
Lancang ini bermula dan dipergunakan di daerah Riau ini. Demikian pula penciptanya.
Namun demikian, Lancang umumnya dan Lancang Kuning khususnya sudah disebut
dalam nyanyian rakyat (Lagu : Lancang Kuning), disebut dalam cerita rakyat (
Kisah : Lancang Kuning di Bukit Batu, si Lancang di Kampar Kiri, Batang Tuaka
di Indragiri Hilir, Pulau Dedap di Kabupaten Bengkalis). Ditarikan dalam tarian
rentak Zapin ( Tari Zapin : Lancang Kuning), dijadikan upacara pengobatan
tradisional (upacara : Belian dan Ancak) dan sebagainya, maka kita cenderung
berpendapat bahwa Lancang Kuning ini telah demikian berakarnya dalam kehidupan
rakyat daerah ini sejak beratus-ratus tahun yang silam. Dugaan ini dikuatkan
lagi dengan disebut-sebutnya Lancang sebagai kendaraan penting dalam
kisah-kisah kerajaan Riau Bintan, Kerajaan Pekantua, Kerajaan Siak Sri Indrapura,
Kerajaan Rokan, Kerajaan Pelalawan, Kerajaan Keritang, Kerajaan Kandis, dan
Kerajaan Indragiri, dan lainnya. Oleh sebab itu, negeri Riau disebut pula
sebagai Bumi Melayu LancangKuning. Bentuknya Lancang umumnya berbentuk panjang,
rendah dan ramping. Tiangnya dia buah yang disebut Tiang Agung dan Tiang
Cantel. Pada bagian buritan terdapat rumah-rumahan yang disebut Magun.
Menurut cerita turun-temurun,
nama Lancang itu berasal dari kata Kencang. Karena kendaraan ini memang sangat
laju. Bagian-bagian Lancang adalah : Lunas : Kayu dasar pada Lancang, terletak
dibagian bawah sekali. Kayu ini dipilih yang keras dan kuat. Pembuatannya tidak
disambung-sambung. Gading-gading : Kayu yang dipakukan kepada lunas menjadi
kerangka Lancang. Pemasangannya melengkung seperti tulang dada manusia.
Gading-gading ini pun tak boleh bersambung, dan disinilah papan dinding
dilekatkan. Sauk : Sauk adalah tempat pertemuan keduan ujung papan dinding
bagian haluan dan buritan. Sauk bagian haluan lebih panjang dari sauk buritan. Bentuknya
agak melengkung ke luar. Umumnya pada sauk inilah terletak perbedaan dari
jenis-jenis perahu itu. (Ada sauk tegak, sauk yang menjorok ke depan agak rebah
dan sebagainya). Papan susun : Papan susun disebut juga papan tunggul. Papan
ini adalah papan dinding Lancang. Belungkang : Fungsinya sama dengan papan
susun, tetapi ukurannya lebih besar dari papan susun. Letaknya paling aras.
Untuk Lancang kecil, cukup dengan selembar benang saja. Ketiap : Papan datar
yang terletak di atas belungkang. Bentuknya lebar ditengah, dan lancip ujung
pangkalnya. Tajuk : Adalah kayu khusus berfungsi sebagai sambungan
gading-gading, terutama kalau Lancang itu tinggi. Sento : Kayu penghubung
antara sesama gading-gading. Pemasangannya sejajar dengan papan susun, tetapi
di bagian dalam. Leper-leper : Papan yang dipasang menutupi kepala (bagian
atas) tajuk. Pisang-pisang : Balok besar yang dipasang pada bagian luar dinding
Lancang, memangjang dari haluan ke buritan. Julung-julung : Kayu yang menjorok
jauh ke depan di atas sauk. Fungsinya untuk mengikat tali layar kecil (jib) dan
untuk mengikatkan tali tiang layar. Timba ruang : Ruangan khusus tempat menimba
ait. Biasanya terletak dibagian tengah. Tiang Agung : Tiang yang paling besar
(tiang utama) yang terletak di bagian haluan. Tiang Cantel : Lebih kecil dari
tiang Agung. Letaknya di bagian buritan (dibelakang tiang agung). Apilan :
Sarang meriam yang terletak di haluan. Tetapi ada juga yang diletakkan pada
kedua belah sisi Lancang. Layar : Layar utama di tiang Agung. Layar Cantel di
tiang Cantel. Layar Jib di haluan. Magun : Adalah rumah-rumahan yang terletak
di bagian buritan. Bentuk magun ini disesuaikan menurut yang memakainya. Kalau
Raja, bentuknya seperti Balai. Bagi yang lain, bentuknya seperti rumah belah
bubung. Magun diberi hiasan ukiran, umumnya magun dibuat sebuah. Tetapi
adalakalanya lebih, tergantung pada besar kecilnya Lancang dan penggunaannya.
Dandan : Bangunan khusus tempat jurumudi. Bentuknya menyerupai magun, tetapi
lebih kecil. Letaknya paling buritan. Jari lipan : Dayung yang dipakai pada
kedua belah sisi Lancang. Dayung ini dijulurkan keluar melalui lubang khusus.
Adang-adang : Kayu tempat mengikatkan layar. Tali-temali : Tali daman untuk
meregang layar. Tali Bubu Tali Andang-andang Tali Temerang Tali Anak Tali
Jangkar dan sebagainya Kemudinya : Kemudi Lancang, terletak pada bagian
belakang Lancang pada sauk kemudi. Semua Lancang dilengkapi dengan perlengkapan
perang. Bagi Lancang Kuning dihiasi dengan aneka macam ukiran yang ditempatkan
pada beberapa tempat seperti pada Magun, pisang-pisang, sauk depan dan
belakang, Dandan dan sebagainya.
UKIRAN PADA LANCANG
Pada setiap Lancang terdapat
ukiran (ornamen). Pada Lancang Kuning ukiran itu lebih banyak lagi Ukiran itu
dibuat dengan berbagai motif sesuai menurut penempatannya. Ukiran-ukiran itu
disebut : - Itik Pulang petang - Akar Pakis - Segi Wajik - Siku-siku - Pucuk
Rebung - Bunga Kundur - Bunga Manggis - Bintang-bintang - Awan-awan - Sayap
Layangan - Kuntum tak jadi Disamping ukiran diatas, dapat pula diberi variasi
lain sesuai selera setempat. Terutama untuk hiasan haluan dan sauknya dibuat
ornamen dalam bentuk tertentu, sesuai pula derajat pemakainya.
LANCANG KUNING DI DALAM NYANYIAN
Lagu Lancang Kuning amat dikenal
di daerah ini. Siapa penciptanya tidaklah diketahui. Lagu ini diarransir oleh
beberapa seniman musik dan telah berulangkali diperdengarkan baik lewat radio,
televisi, maupun pertunjukkan lainnya. Pantun aslinya terdiri dari satu bait.
Sedangkan bait-bait lainnya dibuat menurut versi setempat. Pantun asli itu
berbunyi : Lancang Kuning berlayar malam Haluan menuju ke lautan dalam Kalau
nakhoda kuranglah faham Alamat kapal akan tenggelam Pantun ini mengandung
pengertian yang dalam. Di dalam pantun inilah sebenarnya terkandung hakekat
dari Lancang Kuning itu. Lancang Kuning sebagai lambang kejayaan, kekuasaan,
kebesaran dan kepahlawanan itu kemudian oleh Sang Nakhoda, yakni Pemegang
Kekuasaan. Lancang berlayar menuju ke lautan dalam, berlayar di malam hari. Ini
melukiskan tujuan yang amat jauh, yang penuh tantangan dan bahaya. Bila Sang
Nakhoda kurang paham, bila ia tidak dapat mengemudikan Lancang itu dengan baik,
maka akan celakalah semuanya. Lancang itu akan tenggelam. Dan akan tenggelam
pulalah seluruh isinya. Akan punahlah kebesaran, kejayaan, keperkasaan dan
kepahlawanannya. Mengapa tidak disebutkan Lancang Kuning berlayar siang atau
berlayar soe? Atau berlayar pagi? Penduduk daeah melayu ini dahulunya
mempercayai bahwa malam adalah lambang kegelapan. Malam penuh ancaman,
tantangan, mengandung aneka bahaya dan kejahatan. Sehingga bagi masyarakat
melayu apabila waktu malam telah tiba, oleh keluarga wajib baginya dan anak
cucu nya untuk kembali masuk ke dalam rumah atau pergi ke masjid untuk
menunaikan ibadah sholat Maghrib dan selepas itu kembali ke rumah
masing-masing. Sampai saat ini tradisi wajib masuk rumah bila waktu petang
telah tiba masih dilakukan oleh masyarakat melayu. Dengan demikian dapatlah
ditarik semacam penafsiran bahwa : Lancang Kuning = Negara Nahkoda = Penguasa
Malam = Ancaman bahaya Lautan dalam = Tujuan yang jauh Jadi jelaslah bahwa
nyanyian ini adalah sebagai nasihat yang disampaikan oleh rakyat untuk pemegang
kekuasaan. Dan ini akan berkaitan pula dengan peribahasa rakyat yang berbunyi :
Kalau pandai meniti buih Selamat badan sampai di seberang
LANCANG KUNING DALAM TARIAN
Salah satu tarian berentak Zapin
yang amat dikenal di daerah ini adalah Zapin Lancang Kuning. Tarian ini
melukiskan perjuangan pelaut-pelaut Melayu dalam menantang badai dan ombak.
Dengan mengangkat sembah kepada mereka yang dihormati, serta memanjatkan doa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka berlayar mengarungi samudera. Bila angin
buritan bertiup Lancang meluncur laju. Tetapi bila angin sakal berhembus mereka
terpaksa menentangnya dengan pendayung atau galah. Dan bila turun angin topan.
Mereka berjuang dengan sekuat tenaganya. Sampai kelak mereka akan kembali ke
pantai dengan sejahtera. Tarian ini juga mengandung makna yang dalam. Hanay
dengan itikad baik dan dengan kerja keras pantang menyerah, cita-cita akan
dapat dicapai. Hanya kekompakkan dan kerjasama yang baik Lancang dapat
diselamatkan. Disamping Zapin Lancang Kuning, banyak pula tarian rentak Zapin
yang memakai iringan musik lagu Lancang Kuning. Kesemuanya mengandung makna
yang sama.
LANCANG KUNING DALAM PENGOBATAN
Dalam upacara pengobatan
tradisional di daerah seperti di Langgam Pelalawan, Lancang Kuning memegang peranan yang amat
menentukan. Upacara itu disebut Belian dan Ancak. Lancang Kuning dibuat dari
pelepah rumbia dalam ukuran mini. Lancang Kuning itu setelah diisi dengan
beberapa benda-benda lainnya (beras kunyit, nasi kunyit, bertih, ayam panggang)
dan alat sesajian lainnya kemudian dihanyutkan ke sungai oleh Bomo yang disebut
Kemantan. Dalam upacara pengobatan itu, Lancang itu berfungsi sebagai kendaraan
untuk Kemantan dalam perjalanan gaibnya untuk mencari ramuan obat, dan sebagai
kendaraan bagi hantu setan, jin dan mambang untuk pergi meninggalkan kamoung di
mana si rakit berada. Biasanya dalam upacara itu Lancang Kuning dibuat beberapa
buah, dan dilengkapi dengan perahu lainnya sebagai pengiringnya. Bila Lancang
Kuning tidak ada, maka upacara itu tidak dapat dilakukan. Sebab Kemantan dan
para raja jin itu hanya mau berlayar dengan Lancang Kuning. Lancang Kuning
untuk kendaraan Kemantan setelah setelah upacara selesai disimpan, sedangkan
untuk jin setan dihanyutkan ke laut atau ke sungai. Upacara menghanyutkan
Lancang Kuning itu disebut menghanyutkan Lancang atau membuang Ancak dan malam
pelaksanaannya disebut Malam Berhantu. Dengan demikian dapat pula ditafsirkan
bahwa Lancang Kuning merupakan kendaraan yang memegang peranan penting, tidak
saja bagi kehidupan nyat, tetapi juga untuk makhluk gaib. Dan ini tentu saja
merupakan kepercayaan turun-temurun dari nenek moyang masa lampau
Sumber :
Budayawan Tenas Effendy
Blog Krishadiawan
1 komentar:
komplit dan tentunya menjadikan suatu masukan pengetahuan yang sangat berarti tentang Lancang Kuning ... terima kasih sudah berbagi.
Posting Komentar