Tampilkan postingan dengan label Slider. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Slider. Tampilkan semua postingan
Handphone sudah berulang kali berdering , ternyata Panggilan  dari Bapak Hendri pemilik Rumah Makan Mandi Angin sekaligus pengelola Ekowisata Sungai Kopu. Dalam percakapan telpon pak Hendri menyampaikan bahwa  Asam Pedas Baung Sungai Kampar sudah menanti kedatangan kami. Kami cukup larut dengan awan biru di sekitar Candi Muara Takus. Sungai Kopu yang menjadi tujuan perjalanan kami memiliki jarak yang tidak begitu jauh dari Candi Muara Takus. Jika Candi Muara Takus berada di kecamatan XIII Koto kampar,maka sungai Kopu berada di Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar. 


Keberadaan Sungai belum begitu familiar , tetapi belakangan keberadaan Sungai Kopu menjadi fenomenal setelah kedatangan Plt. Gubernur Riau beserta istri dan Rombongan.  Setelah puas di Candi Muara Takus kami melanjutkan perjalanan menuju Sungai Kopu. Sungai Kopu berada di sekitar Kantor Camat Koto Kampar Hulu.

                           

Dan tibalah kami di Rumah Makan Mandi Angin, Pak Hendri dan Bapak M. Yunus telah menunggu kedatangan kami, seketika Pak M.Yunus menuju boat yang akan membawa kami menelusuri Sungai Kapur, Sungai Kopu dikenal juga dengan nama Sungai Kapur dan Batang Kopu, bahasa daerah sekitar (bahasa ocu) menyebut kata kapur dengan kata kopu. Pak Yunus mempersilahkan kami menaiki boat dan untuk keamanan bersama kami semua menggunakan rompi pengaman (pelampung) yang sudah disediakan oleh pengelola wisata Sungai kopu.


Kami begitu takjub melihat panorama alam sungai kopu, hamparan batu purba yang tinggi menjulang, sungai berkelok nan indah, gemercik air, suara burung bersahutan menjadi teman perjalanan kami menelusuri Sungai Kopu, Pak Hendri sebagai pemandu wisata menjelaskan kepada kami mengenai Sungai Kopu. Kami seakan dimanjakan dan dibuai oleh hutan alami yang masih asri, tebing dan bebatuan.  Batuan yang ada memiliki bentuk yang unik, ada seperti hidung disebut batu hidung, kemudian ada bebatuan yang disebut
Batu Dagu, Batu Balai, Batu Nisan Loba, Batu Gondang, Batu Lompatan Kancil,  Batu Buayo, Batu Iduong, Batu Kangkuong, Batu Ladiong, Batu Gawik, Batu Olang Onggok.
                                  

Warna dari sungai Kapur juga berbeda dengan sungai Kampar yang menjadi muara dari sungai, sungai kapur berwarna kehijauan dan bebatuan yang berada disisi kanan dan kiri anak sungai juga berwarna hijau dan bagi yang sudah pernah ke Grand Canyon pasti sepakat jika Sungai Kopu dikatakan dengan“ Green Canyon ala Riau”.

Keramahan Pak Hendri, ketenangan dan keahlian Bapak Pak M. Yunus mengenadalikan lajunya boat membuat perjalanan kami terasa aman dan menyenangkan.
Makanan dan minuman  yang menemani malam kami di sebuah Warung Empek-empek di daerah Panam sudah habis, dan malam semakin  larut, rasa kantuk menghampiri kami semua. Demikian suasana bincang bincang singkat kami untuk bepergian ke sebuah tempat yang dalam bayangan kami cukup indah dan terisolir, jauh dari sentuhan infrastruktur maupun jaringan internet 4G. Air Terjun Batang Kapas menjadi fokus pembicaraan kami, dengan begitu antusias Arika Harmon  Ketua Persatuan Anak Negeri Pangkalan Kapas (Pangkas) berbicara mengenai potensi Kenegerian Pangkalan Kapas khususnya Desa Lubuk Bigau. Hingga akhirnya disepakati tanggal keberangkatan kami adalah dua minggu berikutnya.

Hingga akhirnya waktu yang telah ditunggu tunggu tiba, dan kami berangkat menuju Desa Lubuk Bigau, Air Terjun Batang Kapas menjadi tujuan keberangkatan kami. Selain disebut dengan Batang Kapas, kadang ataupun sebagian orang ada yang menyebut Air Terjun ini dengan nama Air Terjun Pangkalan Kapas, dan Air Terjun Lubuk Bigau. Arika Harmon Pemuda Desa Lubuk Bigau menjelaskan kepada kami bahwa air terjun Batang Kapaslah nama yang benar, air terjun ini berada di Hulu Sungai  Batang Kapas dan terletak di Desa Lubuk Bigau Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Lubuk Bigau  merupakan pemekaran Desa Pangkalan Kapas bersama desa lainnya yaitu  Desa Tanjung Permai, Kampung Dalam dan Kebun Tinggi. Dahulunya beberapa desa tersebut tergabung dalam satu desa, yakni Desa Pangkalan Kapas dan karena itu jugalah air terjun ini dikenal dengan Air Terjun Pangkalan Kapas.


Disarankan untuk menuju Desa Lubuk Bigau menggunakan Mobil double gardan atau 4x4 , jika menggunakan mobil biasa ataupun mobil yang rendah kita akan kesulitan menuju Desa Lubuk Bigau  terutama jika hari hujan. Jika hujan dikhawatirkan mobil tidak akan mampu melanjutkan perjalanan dan jika ini terjadi kita dapat memarkirkan mobil di rumah warga dan kemudian  melanjutkan perjalanan menuju jasa ojek warga sekitar.

Tidak gampang untuk ke Air Terjun Batang Kapas, butuh mental dan fisik yang bagus, karena perjalanan menuju air terjun tersebut tidaklah melewati jalanan aspal yang mulus, karena kita mesti melewati jalanan berpasir dan berbatuan. Dari Kota Pekanbaru pejalanan dilanjutkan menuju Lipat Kain dengan jarak tempuh lebih kurang 1,5 s/d 2 jam, kemudian perjalanan dilanjutkan ke arah Taluk Kuantan dan sebelum Jembatan kita mengarahkan laju kendaraan berbelok kanan ke  Simpang Rakit Gadang atau yang lebih dikenal dengan Simpang Gema/ Simpang Kuntu, dan perjalanan kita lanjutkan hingga nantinya kita akan menemui persimpangan , jika kekiri kita akan menuju Desa Gema, dan arah perjalanan kita adalah ke Kanan. Lebih kurang 4 jam perjalanan ke dalam dengan berbagai kontur jalanan  yang ada yang berliku-liku dan mendaki dan menurun, jika musim kemarau maka jalanan akan berdebu, begitu pula sebaliknya jika musim hujan,meka jalan ini sangat sulit untuk dilalui. Sebelum kita sampai di Tujuan yaitu Desa terakhir yang terdekat ke air terjun Batang Kapas yaitu Desa Lubuk Bigau, kita melewati beberapa Desa di Kecamatan Kampar Kiri yaitu Desa Lipat Kain Selatan, Desa Teluk Paman Timur, Desa Tanjung Mas, Desa Sungai Rambai, Desa Padang sawah,Desa Sungai (Sei) Raja, Desa Muara Selaya, dan kemudian kita melewati beberapa Desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu yakni Desa Danau Sontul, Desa Tanjung Karaang, Desa Deras Tajak, Desa Batu Sasak hingga akhirnya kami tiba di Desa Lubuk Bigau. 

Warga desa Lubuk Bigau sangat terbuka dan  Keluarga  Arika Harmon  telah  menunggu kedatangan kami. Penat diperjalanan mengharuskan kami untuk beristirahat, karena esok paginya kami mesti melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Batang Kapas. Dan pagipun tiba, setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Batang Kapas. Kami berjalan kaki melintasi kebun karet warga. Sebagian besar masyarakat Desa Lubuk Bigau bermata pencaharian sebagai Petani Karet. 

Kebun Karet Warga Desa Lubuk Bigau

Setelah melintasi Kebun Karet warga kami memasuki hutan alami yang masih perawan, rerimbunan pepohonan mengelilingi dan melindungi kami dari panas terik matahari. Udara segar serasa memenuhi setiap tarikan nafas kami. Arika pemandu kami memeritahu Perjalanan dapat ditempuh minimal 3 jam bahkan sampai 5 jam tergantung ketahanan fisik kita. Setelah berjalan kaki lebih kurang 1jam kami beristirahat di Ngalau Tada, demikian nama yang biasa disebut warga sekitar. Di Ngalau Tada kami melepas lelah sembari mengkonsumsi makanan ringan dan mengisi kembali perbekalan air minum, air minum yang kami konsumsi masih sangat alami yang berasal dari sumber mata air. Sayangnya keberadaan Ngalau Tada sedikit terusik oleh keberadaan tangan-tangan usil, ngalau tada penuh dengan coret-coretan nama.


Ngalau Tada
 
Setelah rasa lelah sedikit hilang, kami melanjutkan perjalanan. Serasa mendapat suntikan energi meskipun bahu dan punggung memikul beban perlengkapan. Perjalanan kian melelahkan tidak terhitung berapa tanjakan mapun turunan yng kami lewati, keringat cukup banyak bercucuran, jalan setapak yang kami lalui semakin terjal, bahkan harus melewati tangga kayu vertikal, dan berjalan melewati anak sungai, berjalan di bebatuan , mungkin saja ini menjadi salah satu tempat trekking yang terbaik yang ada di Riau.
Perjalanan Menuju Air Terjun Desa Batang Kapas

Ayo semangat tidak jauh lagi, hanya satu tanjakan lagi, didepan  sudah tidak ada  tanjakan atau penurunan, didepan sudah tidak ada bebatuan lagi, hanya 30 menit lagi kita berjalan kaki, demikian Ucapan dari Arika Harmon sambil memberikan semangat kepada kami, walau kami tahu sebenarnya perjalanan masih cukup panjang. Entah berapa kali kami beristirahat melepas lelah,sambil mengkonsumsi makanan ringan maupun mengisi kembali perbekalan air minum.  



Bukit dan Bebatuan yang dilewati untuk menuju Air Terjun
Dari kejauhan kami sudah mendengar bunyi air, woii air terjun kata teman yang berada di depan. Sudah pasti melelahkan, tapi rasa lelah hilang seketika ketika melihat air terjun, kami semua kagum melihat air mengalir dari atas ya lebih kurang 125meter hitungan yang kami lakukan, sayangnya saat itu sudah 1bulan tidak hujan sehingga debit air berkurang dan tentunya mengurangi ketinggian air terjun. Jika saat debit air cukup deras atau banyak mungkin saja ketinggian air terjun bisa mencapai 150meter. 



Air Terjun Batang Kapas dengan ketinggian 125meter pada saat debit air berkurang
Air Terjun Batang Kapas pada saat ebit air banyak dan diperkirakan ketinggian air mencapai 150meter
Kami beristirahat di bebatuan sambil menikmati panorama di sekitar air terjun, butiran-butiran air yang tumpah dari puncak tebing membasahi kami, dan sebagian dari kami berdiri tegak diatas permukaan batu untuk mengabadikan momen dengan vew air terjun batang kapas. Air terjun ini benar-benar masih alami dan terbilang masih jarang dijamah,  air terjun dikelilingi  hutan tropis yang lebat lagi tinggi, nyanyian burung, semilirnya angin dan bunyian percikan air serta tumpukan bebatuan yang ditumbuhi lumut yang terhampar disepanjang sisi aliran air yang telah membentuk layaknya anak sungai yang eksotis. 



Hari semakin gelap, dan kami melanjutkan perjalanan ke Bukit atas untuk beristirahat malam, dan momen ini kami gunakan untuk mengambil gambar matahari tenggelam. Kaki tebing menjadi tempat kami kami beristirahat malam, kami tidur seadanya  dengan memanfaatkan ceruk bukit untuk berlindung dan sedikit lebih  aman, terbebas dari hembusan angin. Memang butuh usaha yang tidak sedikit untuk mencapai tempat ini, tapi apa yang dijumpai juga merupakan bayaran yang sesuai. Sebuah keagungan dari alam yang sulit dicari tandingannya.

Matahari Tenggelam
Cerukan Bukit Tempat Kami Beristirahat
Istirahat semalam rasanya sudah cukup untuk mengembalikan kebugaran fisik kami, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak ke sumber air terjun tersebut.





Rasa penat kami berjalan kaki selama 4 jam terbayarkan. Air terjun ini sungguh akan membuat anda berdecak kagum. Posisinya berada disebuah tebing berbatu yang tegak setinggi tidak kurang dari 125meter jika saat kemarau atau kondisi debet air terjun kecil , bahkan jika musim hujan ketinggian air terjun dapat mencapai 160meter, bahkan menjadi air terjun tertinggi kedua di Sumatra setelah Air Terjun Siguragura yang juga merupakan air terjun tertinggi kedua di Indonesia. #Ayokeriau



Bagi yang ingin berpetualangan ke Air Terjun batang kapas Bisa menghubungi Arika Harmon di Telpon/WA : 085374932282
Pulau Rupat yang berada di Kabupaten Bengkalis menjadi surga tersembunyi Riau, pasir putih sepanjang 13km menjadi pesona tersendiri, berikut kami tampilkan keindahan pulau rupat melalui media photo.

















Perjalanan panjang Pekanbaru ke Rupat membuat kami cukup kelelahan, setiba di Penginapan kami melepas lelah dengan beristirahat. Baru saja akan beristirahat muncullah sosok yang antusias dan semangat, seraya ia berkata ayo kita akan Berangkat ke Makam Putri Sembilan dan ia juga berkata yang ke makam tidak boleh menggunakan Celana Pendek. Ternyata sosok tersebut merupakan Bapak Eduar Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis,

Timbul pertanyaan bagi kami, Makam Putri Sembilan ? Pasti makamnya ada 9 dan yang dimakamkan pasti putri yang cantik ? Putri Sembilan merupakan cerita yang melegenda di Nusantara, di beberapa daerah menceritakan  putri sembilan merupakan Putri bungsu yang cantik bila dibandingkan 8 (delapan) saudaranya yang lain.

Di Rupat juga terdapat kisah Putri Sembilan, dan tidak hanya menjadi kisah turun temurun ataupun legenda pengantar tidur. Makam Putri Sembilan  dapat kita temui di Desa Kadur. Di makam tersebut terdapat makam kedua orang tua Putri Sembilan serta makam kakek dan neneknya.

Laksamana raja di laut
Bersemayam di Bukitbatu
Ahai hati siapa
Ahai tak terpaut
Mendengar lagu zapin Melayu..

Petikan atas adalah lirik lagu Laksamana Raja di Laut yang dinyanyikan dan dipopulerkan oleh Iyeth Bustami. Laksmana Raja di Laut bukanlah sekedar lagu. Datuk Laksamana Raja Dilaut menjadi legenda seorang penguasa laut yang terkenal. Kabarnya ditangann beliau segala bentuk kejahatan laut takluk padanya. Seperti banyaknya Lanun, yang merompak hasil bumi dan perdagangan di laut. Begitu juga dengan penyerangan-penyerangan dari negeri luar.
Mengutip dari Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan,  Beting Aceh merupakan salah satu Pulau terluar Indonesia, hanya berjarak 48 km ke Port Dickson dan 62 km ke Melaka.

Secara administratif Pulau Beting Aceh berada di Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis. Akses yang paling mudah untuk menuju Beting Aceh adalah melalui Dumai, melalui Pelabuhan TPI Dumai kita menyebrang melalui Kapal Roro menuju Pulau Rupat dengan lama penyeberangan lebih kurang 50menit, kemudian dilanjutkan perjalanan darat lebih kurang 2jam atau bahkan lebih, tidaklah sulit untuk menuju Beting Aceh ini, kita cukup berjalan mengikuti jalan utama atau biasa disebut jalan poros.

Ada sebuah alasan tertentu sehingga Pulau ini dinamakan Beting Aceh, "Beting" berarti tumpukan atau gundukan pasir, dan dulunya cukup banyak saudara kita dari Aceh yang hendak ke Malaysia dan terdampar dipulau ini, demikianlah asal muasal penamaan Beting Aceh. 


Rupat Utara menyimpan kearifan lokal yang unik yang keberadaannya kian tergerus zaman yaitu Zapin Api. Zapin bukanlah hal yang asing bagi kita semua, zapin begitu melekat dengan melayu, namum zapin api adalah sesuatu yang berbeda, zapin ai dimainkan dengan mantra-mantra yang dibacakan oleh seorang khalifah diiringi dengan lantunan musik gambus, marwas dan kompang.

Seorang lelaki tua yang bernama Abdullah bin Husein didaulat menjadi khalifah, diusia senja kakek yang lahir 7hari setelah kemerdekaan RI berupaya menjaga kelestarian zapin api. Awalnya upaya yang dilakukan oleh kakek yang mempunyai 27 cucu dan 3 cicit ini ditentang oleh anakna,  kini Umar (40), Azhar (36) dan Montel (33) mendukung upaya yang dilakukan oleh ayah mereka, khusus Umar dan Montel bahkan sudah dikaderkan untuk menjadi penerus dan khalifah dan saat ini mereka bertugas menjadi pengawas api ketika Zapin Api dilakukan.

Keberadaaan zapin api sempat menghilang sekitar 40tahun, dahulunya zapi api adalah hiburan favorit di acara pernikahan, kini keberadaan zapin api kian tersingkirkan dengan hadirnya organ tunggal, band serta orkestra lainnya.  Sosok Bapak Edward Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis yang membuat keberadaan zapin api ini mulai muncul kembali. Edward memberi Khalifah kompang dan memberi spirit agar budaya ini terus dilestarikan, hingga akhirnya di Tahun 2013 zapin api kembali dipertontonkan.



 


Iringan kompang dan gambus serta komando dari Khalifah mengawali Zapin Api. Lima orang laki-laki yang merupakan keponakan dari Khalifah Abdullah berjongkok mengelilingi kemenyan sambilmenutup telinga dan berkomat kamit dan khalifah menghampiri mereka satu persatu sambil membisikkan mantradan doa, dan kelima lelaki tersebut menghayati lantunan mantra yang dibacakan khalifah dan mereka akan kehilangan kesadaran lalu menari dengan  mengikuti irama dan seketika mereka bersemangat dan berliuk liuk di bara api.

Sebelum Zapin Api dimulai, khalifah Abdullah memberitahu kepada penonton, selama zapin api berlangsung dilarang untuk merokok ataupun memantik api seperti mancis dan korek api, api dari benda-benda tersebut akan membuat penari zapin api mengarah kesumber api , selain itu kepada penonton yang mengenali pemain zapin api dilarang memanggil atau menyapa mereka.

Khalifah Abdullah sang Komando Zapin Api

Khalifah abdullah merupakan salah satu khalifah Zapin api, khalifah lainnya bernama M. Nur, M.Nur sudah cukup sepuh dan kemungkinan berusia 100tahun lebih, karena M. Nur merupakan teman dari Ayah Abdullah. Ayah dari Khalifah Abdullah merupakan khalifah yang cukup piawai dan cukup dikenal di Bengkalis, dan dari ayahnyalah Abdullah mengenal Zapin Api.


Menutup pembicaraan kami dengan Khalifah Abdullah ia berharap besar kepada Pemerintah untuk dapat membantu menyumbangkan alat musik yang lebih baik lagi terutama dari kualitas suara, maklum saja alat musik yang ia miliki sudah cukup tua.



Pada Tahun 2017 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Zapin Api menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201700476.






Madu sialang adalah  madu yang diperoleh dari pohon-pohon sialang. Namun sejatinya madu tersebut tidak bersarang di Pohon Sialang saja, tetapi juga di pohon-pohon lain terutama pohon yang memiliki struktur batang yang tinggi dan besarDalam Islam, Al Qur'an menempatkan secara istimewa lebah madu menjadi sebuah judul yaitu An Nahl (Lebah Madu). Dalam salah satu ayatnya (Surah An Nahl ayat 68-69 tertulis: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.

                                                   

Beberapa waktu lalu kami mendapat kesempatan menikmati Ekowisata Madu Sialang di Desa Gunung Sahilan Kecamatan Gunung Sahilan kabupaten Kampar. Dari Pekanbaru Desa Gunung Sahilan ini begitu mudah diakses, perjalanan kesana dapat ditempuh lebih kurang selama 60menit, Jalanan yang beraspal membuat perjalanan terasa begitu cepat. Untuk sampai ke tujuan  desa gunung sahilan kita harus  melewati jalan sejauh 6 km dari simpang desa kebun durian yang berada dilintas antara Pekanbaru dan Telukkuantan. 

Setibanya di Desa Gunung Sahilan, kami disambut oleh Pengurus Kelompok Tani Madu Sailan dan disuguhi Welcome Drink Madu


Setelah menikmati welcome drink ala madu, kami melanjutkan perjalanan ketepian sungai, dipandu
satu kelompok pemanjat pohon sialang kami menaiki sampan mesin untuk menuju hutan kampung seberang. Lebih kurang sekitar 45menit kami menaiki sampan hingga akhirnya tiba dihutan yang masih memiliki banyak pohon besar dan menjulang tinggi.


Di Desa Gunung Sahilan  kegiatan produksi madu dari lebah di hutan-hutan sekitar desa sudah dilakukan secara turun temurun dan menjadi mata pencaharian bagi penduduk Gunung Sahilan jika sebelumnya mereka lebih banyak bermata pencaharian sebagai penebang hutan , bertani dan berkebun serta nelayan.



                          

Kami dan K
elompok pemanjat pohon sialang menggunakan pakaian berlapis dan penutup kepala untuk menimalisir gigitan lebah.
                            

Metode pemanenan madu sialang ini  sudah tidak lagi menggunakan cara tradisional dengan menggunakan pengasapan, tetapi menggunakan cara yang ekstrem dan ramah lingkungan dan mereka menyebutnya dengan  panen madu lestari. Pemanen madu memanjat pohon yang tinggi dengan tali pengaman seadanya, kemudian pemanen madu mencari sarang madu yang siap untuk dipanen dan sebagian sarang madu tersebut dipotong, kenapa sebagian dan tidak seluruhnya ?  karena dengan cara tersebut menjadikan si lebah yg tadi sarangnya diambil dapat kembali kesarang tersebut dan membangun kembali sarang tersebut, dan sarang yang telah dipanen dapat dipanen kembali 33hari kedepannya.

Masyarakat Gunung Sahilan kabupaten kampar riau mengolah madu secara turun temurun sebagai upaya pemberdayaan ekonomi. Hal ini juga dapat membuat hutan terjaga. Madu dari pohon rengas, sialang atau pohon lainnya di gunung sahilan didistribusikan oleh oriflame dgn kemasan yg lebih menarik, lebih kurang ofiflame mendistribusikan 2000botol madu ukuran 220ml dengan kadar air 18% tiap bulannya. Satu batang pohon sialang,rengas atau pohon lainnya terdapat sekitar 100 sarang lebah atau sekitar 30sarang lebah saat trek. Madu dapat dipanen tiap 33hari. Masih banyak potensi ekonomi yang belum tergali maksimal dari hutan penghasil madu ini. Misalnya saja minimal terdapat 50pohon belum lagi ditambah dengan calon pohon, diikalikan saja minimal 25 sarang lebah perpohon dan dapat dipanen tiap 33hari , hasilnya sungguh luar biasa. Ekonomi masyarakat tumbuh, masyarakat tidak perlu membuka lahan kebun sawit atau karet dengan menebang hutan. Hutan terjaga dan lestari. Bahkan lebih ekstremnya masyarakat disana bernilai tawar lebih, bisa saja bernegoisasi utk menaikkan harga jual kepihak oriflame, jika tidak kita carikan pihak lain yang bersedia mendistribusikan madu ini Hebatnya madu dari gunug sahilan ini diekspor ke swedia. Ini peluang ekonomi dan bisnis. Semoga masyarakat Gunung sahilan, lubuk kembang bungo, mentulik, rantai kasih, ukui dan langgam serta penghasil madu di riau mampu menangkap peluang ini dan tidak menjadi penonton dinegeri sendiri

Madu yang didapat kemudian dikumpulkan dan ditiris dan selanjutnya dilakukan proses pemisahan air dan madu, dan madu-madu yang terbaik akan dijual dan sebagian dikonsumsi oleh Warga Gunung Sahilan.
Air Terjun Pulau Simo atau ada juga yang menyebut dengan Pulau Simu. Air Terjun ini terletak di Desa Tanjung Alai kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Air Terjun ini cukup mudah untuk kita temui , jalan yang dilalui adalah Jalan Lintas Riau- Sumatera Barat. Dari Pekanbaru anda bisa langsung menuju ke arah Sumatra barat lebih kurang + 3Jam perjalanan,  bisa menggunakan sepeda motor ataupun mobil.
Gapura menuju Candi Muara Takus adalah titik tergampang yang kita temui untuk menuju ke Air Terjun Pulau Simo, setelah melewati Gapura Candi Muara Takus perjalanan kita lanjutkan sekitar beberapa kilometer, hingga nantinya kita ketemu tempat berjualan bakso dan minum yang menyediakan parkiran luas untuk pengunjung air terjun Pulau Simo dan kita juga akan menjumpai Banner ataupun petunjuk keberadaan Air Terjun Pulau Simo. Setelah itu perjalanan kita lanjutkan dengan trekking selama 15menit,


Menurut masyarakat sekitar ketinggian air terjun ini hanya 12meter dengan kedalam 2meter, sehingga membuat adrenalin anda sedikit terpacu untuk melompat dari ketinggian air terjun. 


Beberapa waktu lalu, Komunitas Blogger Bertuah Pekanbaru berkesempatan melakukan perjalanan ekowisata  ke Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling. Perjalanan ini bertujuan untuk mengunjungi Camp Tiger Protection Unit (TPU) WWF.   TPU merupakan unit kerjasama antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) dan WWF untuk merespon cepat kegiatan yang berkaitan dengan ancaman langsung dan tidak langsung terhadap Harimau Sumatera dan satwa liar lainnya. Tim ini menjaga dua kawasan yang dilindungi yakni SMBRBB dan Hutan Lindung Bukit Batabuh.

Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling atau di kenal juga dengan Suaka Margasatwa Rimbang Baling yang berada di Provinsi Riau ini merupakan salah satu Kawasan tempat habitat Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) Hutan konservasi yang terletak di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi dahulunya memiliki tutupan hutan sekitar 136 ribu ha, namun tutupan hutan kini mulai menyusut di karnakan seiringnya aktivitas perambahan, illegal logging dikawasan tersebut.

Di kawasan ini juga terjadi perburuan harimau sumatera besarnya tekanan dan ancaman dari segala aspek terhadap harimau sumatera menimbulkan kekhawatiran pihak pemerintah dan WWF program Riau. Pada awalnya Tiger Protection Unit (TPU) difokuskan bekerja di kawasan Tesso Nilo. Namun dalam perjalanannya, melihat dinamika yang terjadi di taman nasional ini dan tidak memungkinkan lagi bagi Tiger Protection Unit (TPU) untuk melakukan kegiatan di kawasan tersebut, maka fokus dialihkan ke Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling pada tahun 2007. Seiring dengan perkembangan, Tiger Protection Unit (TPU) diperbantukan untuk melakukan pengamanan harimau sumatera di Koridor SMBRBB-Bukit Tigapuluh.

Sejauh ini Tiger Protection Unit (TPU) sudah melaku upaya penyelamatan harimau sumatera dengan penyitaan sedikitnya 800 jerat harimau dan jerat mangsa. Selain itu, Tiger Protection Unit (TPU) juga turut serta dalam upaya penegakkan hukum terhadap pelaku kejahatan satwa liar. Sedikitnya ada 6 tindak kejahatan perburuan hariamu sudah difasilitasi proses penegakkan hukumnya. Teridentifikasi secara periodik temuan kejahatan illegal logging, perambahan dan aktifitas illegal lainnya di lokasi kegiatan. Selain itu Tiger Protection Unit (TPU) juga Teridentifikasi dan termonitor aktifitas pelaku perburuan dan jaringan perdagangannya.



Penemuan Jerat Harimau di Suakamargasatwa Bukit Rimbang Baling

Penanganan harimau sumatera dilakukan dengan kegiatan patroli, investigasi, respon konflik dan fasilitasi kegiatan unit kerja dalam WWF program Riau dan mitra kerja lainnya. Untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas terhadap upaya perlindungan satwa liar dan habitatnya, tim ini juga berperan dalam melayani kebutuhan unit kerja di WWF Riau serta mitra kerja lainnya. Bentuk kegiatan ini dengan memberikan dan meyediakan informasi, memandu mitra di lapangan dan melakukan sosialisasi.

Pengamanan harimau sumatera diharapkan tidak hanya difokuskan untuk dua kawasan ini saja. Hendaknya kawasan fokus WWF lainnya juga mendapatkan perhatian yang sama, serta didukung dengan personel yang memadai. Selain itu, dukungan pemerintah juga menjadi suplemen bagi tim Tiger Protection Unit (TPU) dalam menjalankan tugas menjaga sang raja rimba.


Perjalanan menuju Tiger Protection Unit Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling dari Kota Pekanbaru dapat ditempuh dengan waktu 2,5 jam perjalanan. Desa Petai  Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi menjadi tujuan kami, kami menelusuri Jalan Lintas Pekanbaru - Talukkuantan, hingga akhirnya kami menemui sebuah pertigaan RAAP Sektor Logas di Desa Petai. Dari pertigaan tersebut perjalanan kami lanjutkan kedalam melewati areal perusahaan dan perkebunan masyarakat. Medan jalan cukup sulit karena kami melewati pegunungan bukit barisan  dan sungai. Perjalanan diteruskan hingga akhirnya kami bertemu Sungai Tapi.  Sungai yang biasanya dapat dilewati mobil, kali ini debet airnya cukup tinggi dan luapan air banjir serta arus yang deras memaksa kami untuk berjalan kaki menyeberangi sungai. Perjalanan yang cukup berat, karena kami melawan arus sungai yang cukup deras dan mendaki bukit bukit yang terjal. Disepanjang perjalanan kami menemui beberapa satwa seperti babi, siamang.

Setelah berjalan kaki 45menit lamanya, hingga akhirnya kami menemui sebuah papan petunjuk  Tiger Protection Unit, momen di papan petunjuk tersebut kami gunakan untuk berphoto. Kicauan burung dan udara segar menyambut kami di Camp Tiger Protection Unit. Waktu yang tersisa kami lanjutkan dengan beristirahat, karena keesokan harinya kami ekan melakukan simulasi Jerat Harimau dan patroli hutan, serta "berarung jeram" di sungai tapi.

Setelah beristirahat kami melakukan simulasi beberapa rutinitas yang dilakukan anggota Tiger Protection Unit dalam menjaga  Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling, diantaranya kami mengikuti  patroli mobiler dengan menggunakan sepeda motor, kegiatan ini bertujuan untuk melihat bagaimana ancaman yang terjadi di sekitar kawasan. Dalam perjalanannya para blogger melihat langsung adanya proses penebangan pohon yang dilakukan oleh pelaku illegal logging. Melihat kedatangan rombongan, pelaku berusaha dengan cepat melarikan diri, sejak berdirinya TPU (Tiger Protection Unit) di Tahun  2004 , tim ini sudah berhasil mengidentifikasi secara periodik temuan kejahatan illegal logging, perambahan dan aktivitas illegal lainnya dilokasi Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling. Kemudian kami melakukan simulasi pelepasan jerat harimau yang biasanya dilakukan untuk menangkap harimau. Jon Hendra, koordinator lapangan TPU (Tiger Protection Unit) mengatakan bahwa hingga saat ini sedikitnya ada 800 jerat harimau yang sudah diamankan oleh tim TPU. Jumlah ini mengindikasikan adanya ancaman nyata terhadap keberlangsungan Harimau Sumatera dan Tim TPU juga berhasil mengidentifikasi dan memonitor aktivitas pelaku perburuan dan jaringan perdagangannya. Tim ini juga menjadi tim respon cepat dalam mengidentifikasi konflik harimau dengan manusia dan beberapa pencapaian lain dalam kaitannya dengan penanganan kejahatan satwa.

Setalah melakukan simulasi bersama anggota TPU (Tiger Protection Unit) kemudian kami melanjutkan melihat Potensi Ekowisata yang ada di Suaka Marga Satwa Bukit Rimnag Baling yaitu berarung jeram di sungai. Diperjalanan menuju "wahana arung jeram" kami menemui  bekas rel kereta api yang dibangun pada masa penjajahan Jepang. Rel tersebut kondisinya sudah tidak terawat dan hanya bersisa beberapa meter saja.

 
Rel Kereta Api yang ditemui di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling

Hingga akhirnya sampailah kami di Lokasi Wahana Arung Jeram tersebut, ternyata arung jeram yang akan kami lakukan bukanlah seperti arung jeram pada umumnya menggunakan boat karet serta dengan alat safety yang memadai. Kami berarung jeram mengikuti arus sungai yang cukup deras menggunakan ban dalam (benen) mobil truck, tanpa mengurangi nikmatnya berarung jeram kami semua cukup menikmati berarung jeram menggunakan benen ini.

Arung Jeram menggunakan Benen di Sungai Tapi Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling

Setalah berarung jeram, kami Blogger melanjutkan perjalanan pulang menuju Pekanbaru tentunya dengan pengalaman yang tidak kalah serunya yang tidak akan didapatkan di tempat lain.

Untuk informasi lebih lengkap mengenai Tiger Protection Unit dan Hutan Rimbang Baling, dapat berkunjung ke  www.stripetosecure.or.id. dan juga dapat melihat beberapa cuplikan video dibawah ini :