Helat Budaya Tepian Langit di Desa Rantau baru Kecamatan Pangkalan Kerinci |
Desa Rantau Baru Kecamatan Pangkalan Kerinci yang biasa disebut dengan Melaka Kecil atau Rantau Baru Bawah, Rantau Baru adalah salah satu potret kampung khas Melayu yang
masih relatif terjaga keasrian alamnya. Di sana terdapat sejumlah tasik
seperti Danau Karang, Danau Sepunjung dan Danau Buntar yang alam semula
jadinya masih cukup baik. Di Danau Sepunjung bahkan masih ada
sekumpulan kayu sialang yang dihuni koloni lebah. Masyarakat sekitar
masih kerap mengambil madunya. Pengunjung bisa merasakan pengalaman naik
pompong menyusuri sungai dan tasik. Untuk menyusuri anak-anak sungai,
bisa menggunakan sampan.
Di sepanjang sungai kita akan menemukan kehidupan khas negeri sungai seperti orang menjaring, membawa lukah dan lain sebagainya. Suasana sufi di Rantaubaru juga terwakili oleh adanya bangunan-bangunan suluk untuk mengaji dan lengkap dengan balai silat. Rantaubaru merupakan gerbang lahir dan berkiprahnya ulama-ulama sufi terkemuka di kawasan Kampar Hilir, bahkan ada pameo yang melekat bagi masyarakat di pelalawan hingga saat ini kalau mau jadi ulama menetaplah di Rantaubaru atau Melaka Kecil.
Di sepanjang sungai kita akan menemukan kehidupan khas negeri sungai seperti orang menjaring, membawa lukah dan lain sebagainya. Suasana sufi di Rantaubaru juga terwakili oleh adanya bangunan-bangunan suluk untuk mengaji dan lengkap dengan balai silat. Rantaubaru merupakan gerbang lahir dan berkiprahnya ulama-ulama sufi terkemuka di kawasan Kampar Hilir, bahkan ada pameo yang melekat bagi masyarakat di pelalawan hingga saat ini kalau mau jadi ulama menetaplah di Rantaubaru atau Melaka Kecil.
Desa Rantau Baru kecamatan pangkalan Kerinci yang merupakan perkampungan sufi, praktis selama 2 hari tanggal 3 dan 4 November 2012 menjadi pusat perhatian Seniman dan Budayawan Riau dan juga media massa baik itu media massa Lokal dan Nasional, dan ini juga tidak luput dari perhatian saya bersama teman-teman Blogger Bertuah Pekanbaru untuk berkunjung ke Desa Rantau Baru untuk menyaksikan pegelaran Seni dan Budaya Melayu dengan tema “Helat Budaya di Tepian Langit, Ketika Laut Embun Bercerita”.
Akses menuju Desa Rantau Baru |
Hujan deras menyertai perjalanan kami menuju Kota Pangkalan Kerinci, jalan perusahaan yang berbatu dan berpasir kami lalui, sepanjang perjalanan kami berpapasan dengan Truck-truck besar mengangkut kayu. Hujan deras sedikit menganggu perjalanan kami karena jarak pandang yang terbatas. Karena derasnya hujan,perjalanan yang kami lakukan untuk mencapai lokasi
terendam air. Kondisi ini menyebabkan perjalanan yang seharusnya bisa
ditempuh dengan mobil,kami lanjutkan menggunakan pompong. Dengan berbekal alat penerangan senter kami melanjutkan perjalanan menelusuri danau dan anak sungai kampar, sebuah perjalanan yang memacu adrenalin kami.
Setiba di Desa Rantau Baru kami disambut hangat dengan keramahan masyarakat sekitar, kuliner lokal masyarakat rantau Baru telah terhidang untuk kami santap bersama.
Kuliner Lokal Masyarakat Rantau Baru |
Hujan deras menyebabkan acara sedikit tertunda dari jadwal yang telah ditentukan, tepat pukul 22.30 acara dimulai dengan penampilan Teater Selembayung yang menampilkan Sanggar Keletah Budak, sebuah pentas pertunjukan lucu dan kocak anak-anak dengan judul Batang Tuaka berhasil menghibur masyarakat. Penampilan selanjutnya Dendang Syair Panjang yang dikisahkan oleh Bapak Nurdin dari Pangkalan Lesung, Bapak Nurdin mendendangkan kisah Malin Bonsu, kisah malin Bonsu ini biasa didendangkan oleh orang tua pada saat menidurkan anaknya diayunan.
Malam semakin larut dan diiringi dengan suara katak dan hujan gerimis, seakan menjadi bagian
dari settingan panggung malam itu. Helat pun kemudian menampilkan
pembacaan puisi oleh penyair-penyair Riau seperti Fedli Azis, Sumiati,
Jefri Al Malay, Edi Ahmad RM, Raja Isyam, Siska Armiza, Oly Rinson dan Chairil Gibran Ramadhan dari jakarta serta juga ada penampilan Sartika Sari dari Medan. Budayawan dan akamedisi Riau Prof Yusmar Yusuf, dalam fatwa budayanya memaparkan
keinginannya agar kesenian dan kebudayaan Melayu dapat kembali hadir
dari pelosok-pelosok negeri Melayu yang selama ini mulai terabaikan dan ia berharap semoga helat ini menjadi titik awal untuk menformat pembangunan
kebudayaan Melayu di Riau dan juga dapat merangsang tumbuhnya bibit seniman dan budayawan dari
pelosok-pelosok negeri di sepanjang bumi Melayu,” paparnya. Jarum jam telah menunjukkan pukul 01.30 musik aromatic belacan dari Matrocks Cs menjadi penutup acara. Para seniman dan Budayawan yang hadir di helat budaya tersebut kemudian beristirahat di rumah masyarakat Rantau Baru dan Keesokan harinya para peserta
akan dibawa melancong berwisata air dengan boat menyusuri Batang Kampar
dan Danau Karang.
Kredit Photo : Dedi Ariandi (Dedsa Instagram)
1 komentar:
Keren bang, ane suka dengan gaya bahasanya
Posting Komentar