Tampilkan postingan dengan label ROKAN HILIR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ROKAN HILIR. Tampilkan semua postingan
KELENTENG DI KOTA BAGANSIAPIAPI
RUMAH SAKIT DI KOTA BAGANSIAPIAPI (TAHUN 1950an)

RUMAH WARGA BELANDA DI KOTA BAGANSIAPIAPI (TAHUN 1950AN)
GEREJA DIKOTA BAGANSIAPIAPI DITAHUN 1950AN
RUMAH WARGA BELANDA DI KOTA BAGANSIAPIAPI (TAHUN 1950AN)

Sumber :
Dokumentasi Photo Pribadi Milik Warga Belanda yang pernah tinggal di Bagansiapiapi di Tahun 1950an
Pulau Jemu (luas 250 ha) adalah sebuah pulau milik Indonesia yang terletak di Selat Malaka, dekat dengan perbatasan Malaysia. Pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Pulau Jemur terkenal dengan panorama alam seperti pantai berpasir putih dan sebagai habitat penyu hijau

Jemur Island (area 250 ha) is an island belonging to Indonesia which is located in the Strait of Malacca, near the border with Malaysia. The island is included in the subdistrict of Pasir Limau Kapas, Rokan Hilir, Riau Province. Jemur island famous for its natural scenery such as white sand beaches and as a habitat for green turtles

Gambar (Images) : Forum Skycrapercity Riau
Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam).


Ritual perayaan malam Cap Go Meh di Bagansiapiapi dimeriahkan pesta kembang api, lampion warna warni dan berbagai macam patung binatang seperti babi, ayam, serigala, anjing  dll. Para muda mudi berkeliling kota Bagansiapiapi dengan menaiki becak. besar-besaran secara meriah



Kacang Pukul adalah makanan ringan khas Bagansiapi-api, Rokan Hilir. Kacang Pukul berarti Kacang yang dipukul,proses pembuatannya dilakukan dengan memukul dan ditekan dengan menggunakan mesin sederhana. Rasanya enak,jika kita mencobanya kita akan menyukainya. Kacang Pukul merupakan usaha Industri Rumah Tangga di bagansiapiapi yang sudah dilakukan secara turun temurun.


KACANG PUKUL OLEH-OLEH KHAS BAGANSIAPIAPI
KACANG PUKUL


Kacang Pukul is Special snack from Bagansiapi-api, Kacang pukul mean hit peanut, cos it made by hand and hit by simple machine. The taste is delicious, try it and you will like it. Kacang Pukul is the business of Home Industri  in Bagansiapiapi has been done for generations.
Balai Lembaga Adat Melayu Rokan Hilir ini merupakan tempat pembuatan tenun songket di Kota Bagansiapiapi. Arsitekturnya unik dan memiliki ciri khas Melayu. Balai Lembaga Adat Melayu Rokan Hilir  ini berlokasi di Batu 6 Bagansiapiapi di sekitarnya juga terdapat museum lain yakni Museum Muslim Museum Tionghoa Bagansiapiapi, Museum Ikan bagansiapiapi dan Museum Sejarah rokan Hilir.

Bagansiapiapi adalah sebuah kota nelayan yang pada tahun 1980-an pernah tercatat sebagai salah satu daerah penghasil ikan terbesar dan teramai di Indonesia. Selain itu, daerah ini juga pada suatu masa dulu adalah pelabuhan dengan produksi ikan kedua terbanyak di dunia setelah Nowergia.  Karena terkenal akan kota Ikan dan Kota nelayan maka dibangun Museum Ikan Bagansiapiapi. Museum ikan   ini berlokasi di Batu 6 Bagansiapiapi, di sekitarnya juga terdapat museum lain yakni Museum Tionghoa  Musium Muslim Bagansiapiapi,  dan Museum Sejarah rokan Hilir.

MUSEUM IKAN BAGANSIAPIAPI


MUSEUM IKAN BAGANSIAPIAPI


Gedung Taman Budaya Bagansiapiapi terletak di jalan kecamatan batu empat bagansiapiapi. Gedung Taman Budaya ini menjadi aktifitas kebudayaan di Kota Bagansiapiapi.

Tugu Ikan ini terdapat di Pusat kota bagansiapiapi.  Bagansiapiapi adalah sebuah kota nelayan yang pada tahun 1980-an pernah tercatat sebagai salah satu daerah penghasil ikan terbesar dan teramai di Indonesia. Selain itu, daerah ini juga pada suatu masa dulu adalah pelabuhan dengan produksi ikan kedua terbanyak di dunia setelah Nowergia.  Karena terkenal akan kota Ikan dan Kota nelayan maka dibangun Tugu Ikan.
his fish monument located in the city center Bagansiapiapi. Bagansiapiapi is a fishing town in the 1980's on record as one of the largest fish-producing areas and the busiest in Indonesia. In addition, this region was also at one time was the port with fish production in the world's second largest after Nowergia. Because the city is famous for fish and fishing town then built monument Fish.

Museum Muslim ini menyimpan benda-benda keagamaan Islam dan juga benda benda benda antik dan juga benda unik buatan tangan dari umat islam di Bagansiapiapi. Museum Muslim ini berlokasi di Batu 6 Bagansiapiapi di sekitarnya juga terdapat museum lain yakni Museum Tionghoa Bagansiapiapi, museum Ikan bagansiapiapi dan Museum Sejarah rokan Hilir.

Muslim museum holds the Islamic religious objects and also objects and antiques are also unique handmade objects from the Islamic ummah in Bagansiapiapi. Muslim Museum is located at Batu 6 Bagansiapiapi around it also has other museums which Bagansiapiapi Chinese Museum, museum Bagansiapiapi Fish and the Museum of History Rokan Hilir.

Museum Sejarah Rokan Hilir menyimpan benda-benda sejarah Kabupaten rokan Hilir. Museum Sejarah rokan Hilir  ini berlokasi di Batu 6 Bagansiapiapi di sekitarnya juga terdapat museum lain yakni Museum Tionghoa Bagansiapiapi, museum Ikan bagansiapiapi dan Museum Muslim bagansiapiapi.
Rokan Hilir Historical Museum store history objects Rokan Hilir. Rokan Hilir Historical Museum is located at Batu 6 Bagansiapiapi around it also has other museums which Bagansiapiapi Chinese Museum, Museum Bagansiapiapi Fish, and Muslim Museum Bagansiapiapi.

Museum ini menyimpan  benda benda antik dan juga benda unik buatan tangan dari kaum ethnis tionghoa di Bagansiapiapi. Museum Tionghoa ini berlokasi di Batu 6 Bagansiapiapi, di sekitarnya juga terdapat museum lain yakni Musium Muslim Bagansiapiapi,  Museum Ikan bagansiapiapi dan Museum Sejarah rokan Hilir.
MUSEUM TIONGHOA BAGANSIAPIAPI
This museum stores antique objects and also unique handmade objects from the Chinese in Bagansiapiapi ethnis. Chinese Museum is located at Batu 6 Bagansiapiapi around it also has other museums which Bagansiapiapi Muslim Museum, Museum Bagansiapiapi Fish and the Museum of History Rokan Hilir.
GOR BAGANSIAPI API merupakan salah satu Gelanggang Olahraga yang dipersiapkan Riau untuk menjadi tuan Rumah Pekan Olah Raga Nasional (PON) XVIII tahun 2012.


GOR Bagansiapiapi is one of the Riau Stadium prepared to host the Houses of the National Sports Week (PON) XVIII in 2012.
Festival Bakar Tongkang is a leading cultural tourism Riau Province of Rokan Hilir (Rohil). Festival Bakar Tongkang has become a national and even international tourism. Fuel Barge ceremony is a traditional ceremony Tionghoa community in the capital district of Rokan Hilir Bagansiapiapi.
Hampir setengah abad setelah tenggelamnya Kerajaan Pekaitan dan Batu Hampar, munculah Kerajaan baru di Rokan Hilir, yaitu Kerajaan Bangko. Kerajaan Bangko didirikan oleh seorang ulama asal Aceh bernama Syarif Ali. Kerajaan ini berdiri kira-kira pada pertengahan abad XVI. Syarif Ali mendirikan kerajaan Bangko di wilayah yang merupakan bekas Kerajaan Batu Hampar. Salah satu sumber menyebutkan Syarif Ali adalah keturunan Sultan Malikussaleh. Syarif Ali pergi berlayar dan terdampar disebuah daratan, daratan itu disebut Pembatang, ketika itu Pembatang telah bermukim seseorang yang bernama Datuk Rantau Benuang, ia mengajak Syarif Ali untuk bermukim di Pembatang dan menikahkannya dengan anaknya yang bernama Halimah Putih.

Sejak kedatangan Syarif Ali, Islam berkembang pesat didaerah Pembatang dan didaerah sekitarnya, lalu daerah di sekitar Pembatang di beri nama Bantayan, diambil dari nama desa di Aceh, tempat asal Tengku Syarif Ali. Sejak itu beliau menetap di situ dan mengembangkan agama Islam pada penduduk Negeri Bangko.
Sejak pertengahan abad XV sesudah pudarnya Kerajaan Rokan pertama di Kotalama, maka berdiri kerajaan Rokan bernama Kerajaan Pekaitan yang mengambil nama berdasarkan nama negeri tersebut yaitu negeri Pekaitan. Rajanya bergelar Yang Bertuan Besar Sungai Daun yang memiliki nama asli Raja Kunto. Negeri Pekaitan terletak di seberang Bagansiapiapi (di sebelah barat Sungai Besar) ± 5 kilometer dari Muara Sungai Rokan.

Rajanya senantiasa ingin bersenang-senang dengan rakyatnya. Pesta yang ia adakan (kenduri) biasanya sampai 40 hari 40 malam dengan bermacam kegiatan seperti silat, tari, catur, sabung ayam dan sebagainya. Ibu kota kerajaan bernama Pekaitan, dengan kondisi kota yang luas dan ramai. Permukiman yang padat dan berderet dari Pekaitan sampai di Siarangarang. Panjang kota Pekaitan ± 25 kilometer dengan kondisi penduduk yang makmur dan bermacam mata pencaharian seperti pertanian dan perdagangan.

Berbagai macam rempah-rempah hingga daun nipah, rotan, damar dan berbagai hasil hutan lainnya diperdagangkan di Bandar Pekaitan. Bandar Pekaitan berdasarkan cerita sama besarnya dengan Pelabuhan Pasai dan Malaka yang selalu ramai dan selalu disinggahi kapal dagang dari berbagai negara seperti India, Arab, Tiongkok, Portugis dan negara Eropa lainnya. Perhubungan Nusantara pada saat itu dari Majapahit – Malaka – Pekaitan – Jambu Air – Pasai – Goa – dan Eropa serta sebaliknya. Para pedagan tersebut mengisi air minum dan membeli hasil bumi penduduk Pekaitan.
Pada masa dulu terdapat sebuah kerajaan yang gemilang bernama Tanah Putih. Konon, sebelum menjadi Tanah Putih negeri ini disebut Tanjung Melawan. Ada lagi kerajaan yang tempatnya berdekatan dengan Kerajaan Tanjung Melawan yaitu Kerajaan Tungtung Kapur. Catatan mengenai keberadaan awal berdirinya negeri Tanah Putih ini sangat sedikit. Informasi yang agak jelas hanyalah setelah Tanah Putih bergabung dengan Kerajaan Siak pada tahun 1730 bersamaan dengan bergabungnya Kerajaan Bangko dan Kubu.

Wilayah yang menjadi negeri Tanah Putih adalah Segerogah mengikuti Sungai Rokan, mudik ke Pasir Rumput berbatasan dengan daerah Kunto di Kota Intan, kemudian dari Sarang Lang mengikuti Sungai Rokan mudik kekiri masuk ke Batang Kuman, lalu ke Muara Batang Buruk sampai watas ( batas ) air mendidih di Kepenuhan. Kemudian dari Sungai Ragung sampai Batin Delapan, dari Tanjung Serogah ke Hulu daratan di Sungai Daun aran kekanan. Ke Sungai Mahna hingga ke Hulu kemudian ke Lengkuas berbatasan dengan Tambusai.

Rakyat Tanah Putih terdiri dari 4 suku. Keberadaan suku-suku di Tanah Putih yang disebut dalam Bab Al Kawaid antara lain :
•Suku Melayu Besar dengan kepala suku bergelar Dt. Setia Maharaja
•Suku Melayu Tengah dengan kepala suku bergalar Dt. Raja Muda
•Suku Mesah dengan kepala suku bergelar Dt. Meraja Lela
•Suku Batu Hampar dengan kepala suku bergelar Dt. Sura Diraja
Sedangkan Kepala Negeri Tanah Putih bergelar Datuk Setia Maharaja dari suku Melaya Besar.
Kerajan Sintong berada di hulu Sungai Sintong, kira- kira satu kilometer dari muara Sungai Sintong anak Sungai Rokan. Tidak banyak catatan tentang kerajaan ini, selain catatan lisan. Ada sebuah situs yang penting dari kerajaan ini yaitu berupa candi yang pernah diteliti oleh tim arkeologi dari Dinas Budsenipar Provinsi Riau. Namun demikian, keberadaan candi tersebut sudah sangat rusak dan kemungkinan sulit dilakukan rekontruksi. Menurut cerita lisan masyarakat setempat, situs itu merupakan tempat ibadah nenek moyang masyarakat Sintong sebelum Islam masuk. Berubahnya keyakinan mereka dari agama lama diperoleh dari pengaruh mubalig- mubalig dan serbuan pasukan yang berasal dari Pasai dan ARU.

Kerusakan yang cukup parah justru telah berlangsung sejak zaman pemerintah Belanda. Situs ini digali masyarakat karena dianggap menyimpan benda berharga berupa harta karun seperti emas, intan, perak, dan batu- batu permata yang mahal. Keadaan ini diperburuk lagi ketika masyarakat Sintong membuat masjid dan mereka kekurangan batu bata, maka batu candi ini diangkut untuk pembangunan masjid ditempat itu.
Selain situs agama masyarakat Sintong masa lalu, ada lagi yang menarik yaitu mitos kecantikan putri Sintong yang tiada tolok bandingnya. Kecantikan putri Raja Sintong yang terkenal ini, sempat pula mengorbankan nyawa seorang anak Raja Pekaitan yang terjatuh kedalam Sungai Rokan bersama kudanya akibat menyaksikan kemolekan putri Sintong yang sedang mandi.
Kerajaan Rokan diperkirakan telah berdiri sekitar abad ke-20 M. Pusat kerajaan berada di kota lama. Nama kerajaan diambil dari nama sungai yang mengalir didaerah tersebut, yaitu sungai Rokan. Sungai Rokan merupakan salah satu sungai besar yang mengalir di bagian utara hingga barat Riau dengan panjang ± 400 kilometer. Hingga saat ini, sungai Rokan masih memainkan peranan penting sebagai jalur perhubungan antara rakyat daerah pantai timur hingga pedalaman Sumatra.

Berdasarkan peta Portugis, Rokan disebut dengan Arakan. Tetapi menurut satu riwayat, kata Rokan berasal dari bahasa Arab “rokana” artinya damai atau rukun. Konon, nama ini merupakan refleksi dari keadaan rakyat yang selalu rukun dan mementingkan kedamaian, baik dengan penduduk negeri, maupun dengan orang luar. Dari nama tersebut yang menunjukan adanya pengaruh Arab, juga bisa disimpulkan bahwa, Kerajaan Rokan berdiri setelah Islam masuk ke kawasan tersebut. Sebelum periodesasi Islam dipercayai Rokan kuno telah berdiri pada sekitar abad ke IV hingga VII Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan kuno berupa reruntuhan candi di Sedinginan dan Sintong.
Bermula dari sebuah manuskrip bertulis Jawi yang berasal dari bekas Kerajaan Kubu. Manuskrip tersebut bertajuk Hukum Adat Istiadat Negeri yang disusun oleh kepala suku Hambaraja bernama Abdurrahman bergelar Datuk Indra Setia pada tahun 1929. Kerajaan Kubu didirikan Tuanku Raja Hitam pada tahun 1084 H ( 1667 M ). Tuanku Raja Hitam konon adalah seorang bangsawan yang berasal dari Padang Nunang di Negeri Rao. Beliau datang ke daerah ini didampingi penasehat dan para pembantunya, yakni Datuk Penghulu Musa, Datuk Merah Pelangi, dan Datuk Kancil. Disamping itu, dalam rombongan Taunku Raja hitam, terdapat tiga orang hulubalang, yakni, Panglima Sati, Panglima Sultan Kaleno, dan Panglima Hundero. Dalam perjalanan menghilir Sungai Rokan, rombongan Tuanku Raja Hitam tiba di muara sungai Rokan sebelah barat Pulau Halang. Mereka kemudian menyusuri sebuah sungai bernama Sungai Baung. Daratan di kiri kanan Sungai Baung masih merupakan hutan lebat. Meskipun demikian beberapa sumber dalam cerita rakyat setempat di Sungai Baung ini telah pernah ada sebuah kampung yang bernama negeri Galangan.