Tampilkan postingan dengan label PELALAWAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PELALAWAN. Tampilkan semua postingan
Kejuaraan Internasional Tinju Amatir Elite Putra-Putri Tahun  2011 Piala Gubernur  RIAU Bapak H.M. Rusli Zainal. SE. MP. ini diselenggarakan di Gor Tengku Pangeran , Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau dari tanggal 16-24 Juli 2011. Kejuaraan ini diikuti oleh Petinju Amatir Seluruh Indonesia sebagai Ajang Seleksi PON XVIII Tahun 2012 di Riau, selain itu juga diikuti beberapa petinju dari Malaysia dan Singapura. GOR Tengku Pangeran ini nantinya akan menjadi Venues Cabang Olahraga Tinju, Kejuaraan ini juga dijadikan sebagai ajang ujicoba perdana GOR sebelum PON dimulai.








 
 
 
Di Provinsi Riau, selain Lipat Kain juga terdapat daerah lain yang dilalui Garis Equator yaitu Daerah Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan. Daerah lintasan Equator di Pangkalan Lesung pertama kali ditemukan oleh Bangsa Belanda, pada saat itu dibuat tanda berbentuk besi melingkar yang merupakan gerbang yang sekaligus menghubungkan dua desa yaitu Desa Tua dan  Desa Pangkalan Lesung. Saat ini besi tersebut telah diganti dengan bangunan berbentuk Tugu.
 
Disekitar Tugu dibangun taman dan rumah yang berfungsi untuk peristirahatan/melepas lelah bagi wisatawan sambil menikmati segarnya madu lebah asli sialang yang dijual masyarakat sekitar. Daera sekitar equator merupakan daerah penghasil madu yang cukup terkenal dengan kualitas yang cukup baik.

MESJID AL-MUTTAQIN PANGKALAN KERINCI
Mesjid Al-Muttaqin ini berada di Kota Pangkalan Kerinci persis disebelah Gedung PT. Bank Riau Kepri Kantor Cabang Pangkalan Kerinci. Mesjid ini merupakan mesjid milik pemerintah Kabupaten Pelalawan.
SEJARAH

Kerajaan Segati didirikan oleh Tuk Jayo Sati, cucu dari Maharajo Olang dari Kuantan. Lokasi kerajaan berada di hulu Sungai Segati, 15 km dari Negeri Langgam sekarang, di tepi Sungai Kampar (Saat ini Kerajaan Segati berada di Desa Segati Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan). Pada awalnya, pusat kerajaan berada di Ranah Tanjung Bungo, Negeri Langgam sekarang. Kemudian, oleh putranya yang bernama Tuk Jayo Tunggal, pusat kerajaan dipindahkan ke Ranah Gunung Setawar, di hulu Sungai Segati. Dalam perkembangannya, kemudian datang utusan dari Negeri Gunung Sahilan ke Segati membawa lada hitam. Raja Segati, Tuk Jayo Tunggal membeli lada tersebut dan menjualnya ke Kota Macang Pandak Kuantan. Sejak saat itu, perdagangan lada antara Segati dengan Kuantan mulai ramai dan berkembang. Perdagangan bertambah ramai, seiring dengan datangnya utusan dari Gunung Hijau (diduga Pagaruyung) yang menawarkan timah. Tuk Jayo Tunggal membeli timah ini dan memperdagangkannya di Bandar Sangar, Kuala Kampar. Setelah Tuk Jayo Tunggal meninggal, putranya, Tuk Jayo Alam naik tahta menggantikannya Di masa Tuk Jayo Alam berkuasa, Kerajaan Segati yang berpusat di Negeri Ranah Gunung Setawar mencapai kejayaannya. Dalam relasi perdagangan antara Segati dengan Kuantan dan Sangar, berbagai komoditas diperdagangkan, seperti rempah-rempah, terutama cabe. Perkembangan pesat Kerajaan Segati ternyata telah menimbulkan perasaan iri pada kerajaan tetangga, yaitu Gassib. Dengan dipimpin oleh Hulubalang Panglima Puto, Raja Gassib kemudian menyerang Kerajaan Segati dan dapat menguasai Negeri Ranah Gunung Setawar. Raja Segati, Datuk Jayo Alam melarikan diri ke hulu Sungai Segati. Di sini, raja dan para pengikutnya membangun negeri baru yang mereka sebut Negeri Segati. Disebut demikian, karena perbekalan raja ketika itu tinggal sekati lada. Oleh karena itu, negerinya dinamai negeri Segati. Dari Segati, raja kembali menyusun kekuatan dan menyerang Gassib yang menguasai negerinya. Dalam serangan tersebut, Datuk Jayo Alam berhasil merebut kembali Ranah Gunung Setawar, sementara hulubalang Gassib melarikan diri ke negeri asalnya. Walaupun Ranah Gunung Setawar telah dikuasainya kembali, namun, Datuk Jayo Alam tetap memerintah dari Segati, sehingga pusat kerajaannya tetap di sana. Setelah Tuk Jayo Alam meninggal dunia, ia diganti oleh putranya, Tuk Jayo Laut. Dinamakan demikian, karena ia sering berlayar ke laut. Pada masa ini, perdagangan lada bertambah ramai. Tuk Jayo Laut digantikan oleh putranya, Tuk Jayo Tinggi, kemudian digantikan oleh Tuk Jayo Gagah. Tuk Jayo Gagah digantikan oleh Tuk Jayo Kolombai dan kemudian digantikan oleh Tuk Jayo Bedil. Tuk Jayo Bedil adalah raja yang pertama menggunakan bedil. Pada masa Tuk Jayo Bedil, perdagangan dengan Malaka tak dapat lagi dilakukan, karena Malaka telah dikalahkan oleh bajak laut Peringgi (Portugis). Oleh karena itu, perdagangan hanya dilakukan dengan Kuantan melalui Negeri Ranah Koto Macang Pandak. Pada waktu itu, datanglah utusan dari Tuk Sangar Raja Dilaut meminta bantuan untuk menyerang Peringgi di Malaka. Tuk Jayo Bedil menyetujui permintaan itu dan mengirimkan angkatan perangnya, dipimpin oleh Panglima Kuntu. Bersama Tuk Sangar Raja Dilaut, Panglima Kuntu menyerang Peringgi di Laut Simpang Empat, di Pulau Siapung Atas (Serapung). Saat itu, kedua panglima ini sangat terkenal dengan angkatan lautnya yang tangguh, yang menguasai Kuala Kampar. Setelah Tuk Sangar Raja Dilaut tua, beliau digantikan oleh putranya, Tuk Sangar Raja Dilaut Muda. Berkaitan dengan Panglima Kuntu, ia ditarik kembali ke Segati, dan pasukan dipimpin oleh Orang Besar Segati yang berasal dari Gunung Hijau bersama dengan Sultan Peminggih. Di bawah pimpinan kedua hulubalang muda ini, banyak kapal Peringgi dikaramkan. Bertahun-tahun kemudian, datanglah utusan dari Aceh. Karena penduduk Segati masih memeluk agama Hindu-Budha, maka Aceh menuntut agar Segati memeluk agama Islam. Tuntutan Aceh ini ditolak oleh Tuk Jayo Bedil. Dalam perkembangannya, Aceh terus melakukan ekspedisi untuk menaklukkan daerah pesisir timur Sumatra. Karena Segati adalah salah satu negeri yang memperdagangkan lada, Aceh menganggap perlu untuk menaklukkan Segati. Dengan alasan penyebaran agama Islam, Aceh kemudian menyerang dan menghancurkan Segati hingga rata dengan tanah. Dalam proses serangan tersebut, ekspedisi Aceh menggunakan jalur sungai, dengan berperahu ke arah hulu Sungai Kampar. Ketika itu, pasukan Acceh melewati daerah kekuasaan Tuk Raja Sangar Dilaut di Sungai Kampar, namun, Tuk Sangar tidak menghalangi Aceh, sebab dianggap teman sejawat dalam memerangi Portugis. Selanjutnya, dengan leluasa, Aceh terus berlayar ke arah hulu Sungai Kampar dan langsung dapat menyerang Segati. Tentu saja Segati bukan tandingan Aceh yang memiliki pasukan terlatih itu. Setelah bertempur selama beberapa hari, Segati dapat ditaklukkan dan diratakan dengan tanah. Pasukan Aceh selanjutnya melanjutkan serangan ke arah Siak di mana berdiri Kerajaan Gasib. Sebagaimana Segati, Gassib dapat ditaklukkan oleh pasukan Aceh. Setelah Segati kalah, Tuk Jayo melarikan diri ke daerah Petalangan Napuh, kemudian terus ke Kuantan. Bekas-bekas penaklukan Aceh saat ini masih dapat kita jumpai dengan adanya tempat-tempat yang bernama Rencong Aceh, Pangkalan Aceh, dan Lubuk Aceh. Pada tahun-tahun berikutnya, di Segati didirikan negeri baru dengan nama Tambak, tak lama kemudian, lokasinya dipindahkan ke muara sungai dengan nama baru: Langgam. 

SILSILAH
Berikut ini silsilah raja yang pernah berkuasa di Segati, yaitu: 
1. Tuk Jayo Sati 
2. Tuk Jayo Tunggal 
3. Tuk Jayo Alam 
4. Tuk Jayo Laut 
5. Tuk Jayo Tinggi 
6. Tuk Jayo Gagah 
7. Tuk Jayo Kolombai
8. Tuk Jayo Bedil 

Sepanjang sejarah Kerajaan Segati, sekurangnya telah berkuasa delapan orang raja. Namun, belum diketahui secara detail periode masing-masing raja tersebut. Kerajaan Segati ini sezaman dengan Kerajaan Aceh dan Malaka. Maka, bisa diperkirakan bahwa, kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-15 hingga ke-16 M. 

WILAYAH KEKUASAAN
Segati hanyalah sebuah kerajaan kecil, dengan luas wilayah diperkirakan hanya mencakup beberapa desa yang ada di hulu Sungai Segati. Jika dibandingkan secara geografis, mungkin luas wilayahnya setara dengan luas kecamatan saat ini. Saat itu, Kerajaan Segati menguasai bagian hulu Sungai Segati, sekitar daerah Langgam sekarang. 

Saat ini Kerajaan Segati berada di Desa Segati Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, saat ini masyarakat Segati sebagian besar hidup dari bertani, mereka memiliki lahan Perkebunan Sawit dan juga Karet. Desa Segati memiliki hutan dan kayu yang sangat banyak terutama akasia sebagai bahan baku kertas . Hutan Segati saat ini dikelola oleh PT.Siak Raya Timber (SRT) dan juga PT.Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang konon menurut warga sekitar RAPP tidak memiliki izin. Hingga saat ini sering terjadi sedikit perselisihan antara warga desa Segati dengan pihak RAPP, warga Segati menuntut agar RAPP menghentikan aktifitasnya, membuka jalan masyarakat yang ditutup perusahaan dan tidak menyerobot lahan masyarakat dan selain itu juga warga meminta PT.RAPP untuk tidak memperluas pengambilan kayu dan pembukaan lahan untuk penanaman akasia di desa Segati. Hal ini mengingat pihak perusahaan telah melakukan penyerobotan lahan masyarakat di wilayah Datuk Antan-Antan Batin Rajo
 

,

Makam Raja Pelalawan ini terdapat di Keluarahan Pelalawan kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan. makam ini merupakan salah satu situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pelalawan dan peninggalan dari 'Kerajaan Pelalawan'

Tari Kipas Mendu dibawakan oleh " Sanggar Tari Malay" . Dalam rangka Hari Jadi Kota Pekanbaru,digelar suatu Rangkaian acara dengan Tajuk RENTAK SENI BUDAYA MELAYU SERUMPUN dalam acara ini Sanggar Tari Malay ikut andil dengan membawakan sebuah Tarian yang  yaitu "Tari Kipas Mendu"
Dalam Tarian Kipas Mandu, Kipas hakekatnya sebagai alat bantu. Bila di Kipas menjadi sejuk, bila sejuk dikipas menjadi marah. Kipas bisa juga menjadi senjata, tergantung yang memakainya. "Tari Kipas Mendu" diangkat dari teater Tradisional "MENDU" yang masih melekat pengaruh zaman kolonial di Kepulauan riau. Tarian ini diangkat dalam suasana yang kental dengan islam

Tarian ini dibawakan oleh " Sanggar Tari Panglima" Kabupaten Pelalawan. Dalam rangka Hari Jadi Kota Pekanbaru,digelar suatu Rangkaian acara dengan Tajuk RENTAK SENI BUDAYA MELAYU SERUMPUN dalam acara ini Sanggar Tari Panglima ikut andil dengan membawakan sebuah Tarian yang  berpijak pada tradisi masyarakat di Kabupaten Pelalawan, khususnya Suku Laut di Kecamatan Teluk Meranti yang biasa menggunakan Ambong sebagai alat untuk mengumpulkan dan membawa Niau (Kelapa). Pada garapan tari ini digambarkan bahwa ambong sebagai properti tari dapat dimainkan juga sesuai dengan kebiasaan masyarakat memperlakukan ambong itu. Ambong dipikul, ambong dijunjung, ambong dihentak, ambong digoyang, ambong digegar, ambong ditungkup.


HOTEL UNIGRAHA***
Kompl. PT. RAPP. tel : 0761-95555

HOTEL AINI
Jl. Lintas Timur
HOTEL DIKA RAYA PRATAMA
Jl. Lintas Timur 245. tel : 0761-95024

HOTEL GRAND (GRAND HOTEL)
Jl. Lintas Timur

HOTEL MERANTI
Jl. Lintas Timur

HOTEL PANBINARI
Jl. Lintas Timur

PENGINAPAN YENNA BERSAUDARA
Jl. Lintas Timur 75. tel : 0761-493006

WISMA DINDA
Jl. Lintas Timur. tel : 0761-493382

WISMA INTAN BERSAUDARA
Jl. Dahlia. tel : 0761-95895

WISMA MAWADI KUALA KAMPAR
Jl. Lintas Timur. 

WISMA SELVI
Jl. Lintas Timur.










Wisata Riau atau berwisata ke Provinsi Riau tidak lengkap jika tidak berkunjung ke Kota Tua Pelalawan (eks Kerajaan Pelalawan.) yang kini berada di Kelurahan Pelalawan Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan. Dari Pekanbaru Ibukota Provinsi Riau, Pelalawan dapat ditempuh dengan perjalanan darat selama 60menit,. Sebelum memasuki Kota Pangkalan Kerinci kita akan menemui Simpang Perak atau dikenal dengan Simpang Payung karena disitu ada Payung besar. Simpang Perak ataupun Simpang Payung adalah Pertigaan ,jika dari arah Pekanbaru maka dipersimpangan tersebut jika ke kiri adalah Arah Ke Kabupaten Siak dan Ke Kanan adalah Kota Pangkalan Kerinci. Dari Simpang Perak (Simpang Payung) tersebut kita belok ke Kanan dan sekitar puluhan meter dari persimpangan tersebut ada Persimpangan ke arah Kiri lalu kita masuk melewati Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Area Transmigrasi SP7 dan perjalanan masuk kedalam sekitar 12km. Hingga nanti kita menemukan suatu Perkampungan yang disebut dengan Pelalawan. Di Pelalawan nuansa Melayu sangat kental kita jumpai, arsitektur bangunan (rumah panggung) yang dihiasi ukiran melayu, bahasa yang digunakan masyarakat sekitar adalah bahasa Melayu. Di Pelalawan terdapat banyak Peninggalan Kerajaan Kita Jumpai diantaranya Istana Sayap Pelalawan, Mesjid Hibah Pelalawan, Kediaman Raja pelalawan, Kediaman Panglima Perang Kerajaan, Makam-makam Raja dan Peninggalan kerajaan lainnya.



Istana Sayap awalnya dibangun oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 M).  Sebelum bangunan itu selesai beliau mangkat dan diberi gelar Marhum Mangkat di balai. Selanjutnya pembangunan Istana diteruskan sampai selesai oleh pengganti beliau yakni Sultan Syarif Hasyim II ( (1892- 1930M).
 
MESJID HIBAH PELALAWAN
Mesjid Hibah dibangun pada tahun 1936 pada masa pemerintahan Pangeran Marhum Tengku Budiman. Masjid ini telah direnovasi total (kondisi sebelum renovasi bisa dilihat di Mesjid Hibah).

MERIAM KERAJAAN PELALAWAN

 
PESANGGRAHAN PANGLIMA KUDIN
Panglima Kudin adalah Panglima Perang kerajaan Pelalawan wilayah kerjanya meliputi Mempusun, Delik, Dayun dan Sungai Rasau.
 
 
 
 
KEDIAMAN TENGKU SAID HARUN (RAJA TERAKHIR KERAJAAN PELALAWAN)
Tengku Said Harun (Syarif Harun) adalah raja terakhir Pelalawan ia memerintah pada tahun 1941-194.
 
 
MUSEUM NEGERI TENGKU SAID OESMAN
Tengku Said Osman (Pemangku Sultan) adalah Raja Kerajaan Pelalawan yang memerintah pada tahun 1930-1941.
 

Gelanggang Olahraga Tengku Pangeran merupakan salah satu Venues yang dipersiapkan untuk Pelaksanaan PON XVIII Riau tahun 2012. Di Gelanggang Olahraga Tengku Pangeran ini, nantinya akan dilaksanakan cabang olahraga Tinju. Gelanggang Olahraga Pangeran ini untuk pertama kalinya digunakan pada tanggal 7 April lalu saat pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Pelalawan terpilih yaitu M. Harris dan Marwan Ibrahim.



Mesjid Hibah dibangun pada tahun 1936 pada masa pemerintahan Pangeran Marhum Tengku Budiman. Masjid ini telah direnovasi total 












RAPP merupakan Perusahaan Kertas dan Bubur Kertas terbesar di Indonesia dan terbesar ke2  di Asia Pasifik. RAPP berada di Kota Pangkalan Kerinci Kabupaten pelalawan




RAPP is a Paper and Pulp Company in Indonesia's largest and 2nd largest in Asia Pacific. RAPP located in the city of Pangkalan Kerinci Pelalawan Regency
Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Riau tepatnya di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu  Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004 dan kini Taman Nasional Tesso Nilo menjadi salah satu primadona Wisata Riau. 

Terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia di setiap hektare Taman Nasional Tesso Nilo. Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 60-80 ekor gajah dan merupakan kawasan konservasi gajah selain itu Taman Tesso Nilo juga sebagai tempat  pelestarian habitat harimau Sumatera.

Masyarakat di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo mempertahankan pohon Sialang dan mengambil madu dari lebah yang ada di pohon sialang  dan menjadikan madu hutan sebagai usaha ekonomi alternatif. 



Tesso Nilo National Park is a national park located in Riau province, exactly in Regency Pelalawan and Indragiri Hulu Regency Park was inaugurated on July 19, 2004 and now Tesso Nilo National Park became one of the excellent Tourism Riau. 


There are 360 ​​species of flora which belong to 165 genera and 57 tribes, 107 species of birds, 23 species of mammals, three types of primates, 50 species of fish, 15 species of reptile and 18 amphibian species in each hectare Tesso Nilo National Park. Tesso Nillo also is one of the remaining lowland forests are home to 60-80 elephants and an elephant conservation area in addition to the Garden of Tesso Nilo as well as the Sumatran tiger habitat preservation. 



 Communities surrounding the Tesso Nilo National Park to maintain the tree and take the honey from the beehive bees in the tree honey beehive and make the forest as an alternative economic enterprises. 
Istana Sayap awalnya dibangun oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 M).  Sebelum bangunan itu selesai beliau mangkat dan diberi gelar Marhum Mangkat di balai. Selanjutnya pembangunan Istana diteruskan sampai selesai oleh pengganti beliau yakni Sultan Syarif Hasyim II ( (1892- 1930M).



Pada awalnya Pusat Kerajaan Pelalawan berada di Sungai Rasau (anak Sungai Kampar), berlokasi di Kota Jauh dan Kota Dekat. Ketika Tengku Sontol Ali menjadi Sultan Pelalawan, belaiu berazam memindahkan Istananya dari muara Sungai Rasau ke pinggir Sungai Kampar, tepatnya di muara sungai Rasau yang disebut' Ujung Pantai',karena itu Istana sebelumnya dinamakan ISTANA UJUNG PANTAI. Namun ketika Sultan Syarif Hasyim II melanjutkan pembangunan Istana yang  melanjutkan pembangunan Istana yang sedang terbengkalai karena mangkatnya Tengku Sontol Ali,maka beliau membangun dua sayap disamping kanan dan kiri Istana yang dijadikan balai. Maka Istana inipun dinamakan "ISTANA SAYAP"

Bangunan disebelah Kanan Istana (sebelah hulu) disebut "Balai Sayap Hulu"yang berfungsi sebagai Kanor Sultan, dan bangunan disebelah kiri istana (sebelah hilir) dinamakan "Balai Hilir"  yang berfungsi sebagai Balai Penghadapan bagi seluruh Rakyat Pelalawan. 
ISTANA SAYAP PELALAWAN
Sekitar tahun 1896 bangunan Istana Sayap selesai seluruhnya, dan  Sultan Sharif Hashim II  berpindah dari Istana kota Dekat di Sungai Rasau ke Istana Sayap di Ujung Pantai. Sejak itu, pusat pemerintahan  Kerajaan pelalawan menetap di pinggir sungai Kampar yang sekarang  menjadi Desa pelalawan dan menjadi Ibu Kota Kecamatan Pelalawan.

Untuk mengenang jasa Sultan Syarif Hasyim II yang memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Pelalawan dari Sungai rasau ke pinggir Sungai Kampar ketika mangkatnya beliau di beri gelar MARHUM KAMPAR II.

Di Istana Sayap,bangunan induk adalah tempat Sultan beserta Keluarga dan orang-orang yang bertugas disana. Di bangunan ini pula terdapat Ruang Penghadapan, bilik tidur, dan ruangan anjungan yang diisi dengan segala alat perlengkapan Kerajaan. Menyatu dengan bangunan induk,disebelah depan terdapat ruang selasar dalam dan selasar luar untuk tempat menghadap rakyat dan Orang-orang besar Kerajaan. Dibagian belakang bangunan Induk ada ruangan telo, dan dibelakangnya lagi ada ruangan Penanggah,tempat kegiatan pekerja rumah tangga Istana dan kelengkapan jamuan dan sebagainya. 



Bangunan Induk mencerminkan Sultan, sebagai 'induk' dari  rakyatnya., sesuai dengan ungkapan adat yang mengatakan :
'yang ayam ada induknya
yang serai ada rumpunnya
yang sungai ada guguknya
yang keris ada hulunya
yang tombak ada gagangnya
yang rumah ada tuannya
yang kampong ada penghulunya
yang negeri ada rajanya


ISTANA SAYAP PELALAWAN


                                          FILOSOFI ISTANA SAYAP
Dahulu setiap bangunan dirancang secara cermat, disempurnakan dengan berbagai simbol dan maknan,agar memberikan kenyamanan,kesejahteraan dan manfaat yang besar bagi penghuni dan pemiliknya. Acuan ini menyebabkan pembangunan Istana Sayap dirancang dengan berbagai pertimbangan, sehingga terwujudlah tiga bangunan. Bangunan pertama adalah Bangunan Induk, sedangkan bangunan kedua dan ketiga adalah bagian yang teerletak disamping kanan dan kiri yang dinamakan Sayap kanan dan Sayap Kiri.

Di dalam Budaya Melayu Riau,khususnya di Kerajaan Pelalawan,setiap bangunan resmi terdiri dari bangunan induk dan bangunan lainnya, yang lazim disebut bangunan anak atau bangunan sayap. Bila letaknya kebelakang atau kemuka dan menyatu dengan bangunan induk lazimnya disebut bangunan anak (selasar depan,selasar belakang, selasar dalam, selasar luar,selasar jatuh,selasar gajah menyusur dan sebagainya). Bila bangunan itu berada agak etrpisah dan terletak simitris sebelah kanan dan kiri bangunan induk disebut sayap. Pembagian tata ruangan diatur menurut ketentuan adat yang berlaku,sehingga siapapun yang masuk ke bangunan itu akan tahu dimana ia duduk dan dimana ia berdiri, sesuai dalam ungkapan adat dikatakan sebagai berikut :

"Adat masuk kerumah orang 
Tahu duduk dengan tegaknya
Tahu susun dengan letaknya
Tahu atur dengan haknya
Tahu alur dengan patutnya"


Bangunan anak yang disebut sayap dibuat khusus dengan ukuran dan bentuk yang sama. ketentuan ini mencerminkan kehidupan yang seimbang dan setara,adil dan tidak berat sebelah. Didalam ungkapan adat dikatakan :
" Rumah induk ada anaknya
Anak di kanan anak di kiri
Anak dibuat sama setara
Sama bentuk dengan ukurnya
Sama jauh dengan dekatnya
Sama padam dengan takahnya




Tanda adil sama dijunjung
Tanda menimbang sama berat
Tanda mengukur sama panjang
Tanda menyukat sama penuh
Tanda berlaba sama mendapat
Tanda hilang sama merugi
Tanda berat sama dipikul
Tanda ringan sama dijinjing
Tanda ke laut sama berbasah
Tanda ke darat sama berkering
Tanda senasib sepenanggungan
Tanda seaib sama semalu "


SAYAP ISTANA SAYAP PELALAWAN






Di dalam menentukan fungsi bangunan,maka bangunan induk tetap dijadikan teraju dan pucuk dari sedmua aktivitas dan makna didalam kerajaan itu. Di dalam ungkapan adat dikatakan :

'Di dalam bangunan induk
Terkandung tuah dengan marwah
Terkandung petuah dengan amanah
Terkandung janji dengan sumpah


Terkandung daulat dengan martabat
Terkandung maknan dengan hakikat
Terkandung kasih dengan sayang
Terkandung beban berkepanjangan
Terkandung hutang tak berkesudahan


Hutang ke Allah hutang ke rakyat
Hutang tak dapat dibelah bagi
Hutang tak dapat diingkar-ingkari
Hutang amanah menembus sumpah


Di dalam memfungsikan bangunan sayap,ditetapkan bahwa sayap kanan sebelah hulu dijadikan kantor sultan, sesuai dengan ungkapan adat :

"Yang raja memegang hulu
Hulu bicara hulu rundingan
Hulu petuah hulu amanah
Hulu titah membawa berkah
Hulu nasehat membawa berkat

"Di sayap kanan raja duduk
Mencari runding pada yang elok
Di sana yang kusut diselesaikan
Di sana yang keruh dijernihkan
Di sana  yang bengkok diluruskan
Di sana yang salah dibetulkan
Di sana  yang kesat diampelas
Di sana berbongkol sama ditarah
Di sana  yang sumbang diperbaiki
Di sana yang janggal dielokkan
Disana hukum ditegakkan "
PENDOPO ISTANA SAYAP PELALAWAN

Bangunan sayap sebelah kiri bangunan induk,yakni sebelah hilir dijadikan tempat menghadap rakyat kerajaan. Sesuai dengan ungkapan adat :

' Yang rakyat memberi ingat
Memberi bakti serta pendapat
Memberi setia serta amanat
Supaya berjalan tak salah langkah
Supaya bercakap tak salah ucap
Supaya memerintah tak salah titah
Supaya berjalan tak salah pedoman
Supaya berlayar ke arah yang benar


Disana tangan bebas melenggang
Disana kaki bebas melangkah
Disana lidah bebas bercakap
Disana janji sama diikat
Disana amanah dipegang erat "


Selain itu simbol-simbol yang mengandung nilai-nilai luhur dan budaya tercermin pula dalam berbagai ornament dan sebagainya yang intinya mengacu pada keutamaan raja dan rakyatnya yang hidup tersebati,menyatu bagaikan mata putih dan mata hitam, sehingga rusak yang putih binasa yang hitam, dan rusak yang hitam binasa yang putih/ Bersebatinya pemimpin dengan rakyatnya,serta mewujudkan kehidupan yang sejahtera lahiriah dan batiniah.


ISTANA SAYAP PELALAWAN MENJADI SALAH SATU WISATA RIAU ANDALAN DI PELALAWAN