Tampilkan postingan dengan label AIR TERJUN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AIR TERJUN. Tampilkan semua postingan
Silat Perisai adalah sebuah seni pertunjukan dari seni pencak Silat.  Silat Perisai  dimainkan      oleh   sepasang      atau   beberapa  pasang      pemuda       dan    pemudi      sebagai     pertunjukan       seni  tradisional guna menyambut kedatangan tamu pejabat daerah  pada sebuah upacara pembukaan seni tradisi seperti, Pekan Budaya Daerah, Pekan Olahraga Tradisional, Upacara Balimau  Kasai, pembukaan MTQ dll. 
 
Kelompok Silat Perisai ini tampil dengan      iringan musik    Calempong Oguong     yang   dimainkan oleh lima orang. Busana pesilat berwarna hitam berikat kepala  dengan properti   sebilah   pedang   dan sebuah   perisai.  Pedang dan perisai terbuat dari kayu.

Keberadaan   Silat   Perisai   dimulai   pada   masa   Wilayah   Negeri Kampar         dulunya       sebelum       kemerdekaan          RI    pernah mempunyai          sistem    pemerintahan        Andiko      dimana      yang berkuasa adalah Pucuk Adat yang disebut Ninik Mamak. Ninik  Mamak menaungi masyarakat yang disebut anak Kemenakan dan     Urang    Sumondo.      
 

Setiap    kelompok      masyarakat       yang  terdiri   dari   Anak  Kemenakan        dan   Urang   Sumondo   disebut  pasukuan. Setiap pasukuan memiliki dubalang/pendekar Silat  Perisai. Pada masa itu yang berlaku hukum adat.  Bila terjadi silang sengketa antara pasukuan misalnya tentang  wilayah hutan tanah, menurut hukum adat diputuskan untuk  menentukan          siapa    yang     berhak      mengadu       dua    orang  dubalang/pendekar   dari   dua   suku   yang   bersengketa   itu   di  gelanggang   silat.   Masing-masing   dubalang   memakai   busana  teluk belanga lengan pendek, kain sesamping dan ikat kepala, bersenjata sebilah pedang si tangan kanan dan sebuah perisai  di   tangan   kiri.   Dengan   diberi   aba-aba   oleh   dubalang   pucuk  adat   pertarungan      dimulai.    Bila  salah   seorang    dubalang      itu  sudah      terdesak     dan   tak   mampu       lagi  bertahan      sehingga mungkin   akan   terluka/terbunuh,   isteri   dubalang   dimaksud  akan      masuk       ke    gelanggang        (sebagai     wasit)      segera  menghentikan   pertarungan   itu   dengan   sebuah   isyarat   yang  menyatakan pada hadirin bahwa pendekar (suaminya) telah  mengaku        kalah.   Dengan      itu  Pucuk     Lembaga       Adat    akan  mengumumkan pasukan yang menang.

 

Pada Tahun 2017 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Silat Perisai menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201700475.

 

(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 84)

Air Terjun Lubuk Nginio salah satu wisata alam yang berada di Kabupaten Kampar tepatnya di Desa Merangin, Kecamatan Kuok. Akses menuju air terjun ini sudah cukup baik, Sebagian besar jalan menuju air terjun ini sudah beraspal dan juga tanah kuning yang cukup keras dan kita juga melewati areal kebun sawit dan karet milik warga.

Lubuk Nginio merupakan Lubuk kecil yang  tersuruk di tengah hutan yang menyimpan ketenangan dan kesederhanaan.  Lubuok atau Lubuk dalam bahasa kampar berarti lubuk atau ceruk terdalam dari sungai sedangkan Nginiu/nginio  mengandung arti dalam dan seram. Lubuk Nginiu berarti lubuk yang dalam dan  menakutkan.

Lubuk Nginio sering dikunjungi oleh Pesepeda, dan TrekLubuk Nginio merupakan Trek yang sempurna untuk Montain Bike,melewati jalan aspal, anak sungai , jembatan kecil,tanjakan dan juga mendorong sepeda, kepenatan terbayar dengan udara yang segar, hutan yang lebat serta suara gemercik air terjun lubuok nginio.

Lubuok/Lubuk ini tidaklah terlalu besar , menurut bapak yang berjualan makam dan minum disekitar Lubuk Nginio, ukuran dari Lubuk ini berkisar 20x15 meter. Bagian paling dalamnya hanya sekitar 4meter dan diatas Lubuk terdapat air terjun yang Tingginya sekitar 4 meter dengan lebar sekitar 10 meter.





Puncak Air Terjun merupakan tempat terbaik untuk berpoto ,
sisi kanan kiri lubuk dipenuhi bebatuan sungai yang cukup licin dan terjal.  Bagaimana keseruan bersepeda melewati Trek Lubuk Nginio silahkan menyaksikan video  berikut :  

Air terjun menjadi salah satu alternatif mengisi liburan, tidak hanya sekedar berlibur tetapi kita juga  lebih mencintai alam dan tentunya dapat mengolah fisik untuk menjadi lebih sehat, karena cenderung untuk menuju sebuah Air Terjun akan melewati medan yang sulit dengan menguras tenaga dan waktu.

Jika air terjun berada di kawasan hutan dan pegunungan tentu nya kesegaran air dan kesejukan udara menjadi hal yang akan didapatkan di sana. Biasanya air terjun dengan akses mudah dan sudah dibangun fasilitas lengkap menjadi obyek wisata yang selalu diserbu wisatawan sedangkan Air Terjun yang berada di hutan dengan jarak tempuh berjam jam menjadi Wisata Minat Khusus.

Aek Martua
salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Rokan Hulu, jika ke Rokan Hulu tidak lengkap jika tidak berkunjung ke Air Terjun Aek Martua. Secara administratif Air Terjun ini  berada di Desa Bangun Purba  Kecamatan Bangun Purba. Penamaan aek mertua diambil dari bahasa Batak Mandailing , dimana di sekitar kawasan air terjun ini banyak dihuni oleh masyarakat bersuku  Mandailing.

Aek mertua artinya air yang bertuah. Seperti yang diharapkan masyarakat dari air terjun indah yang memancar sebanyak tujuh tingkat tersebut, berupa kebaikan dan manfaat langsung yang dirasakan oleh warga setempat.
Bagi para pengunjung yang ingin menikmati keindahan air terjun ini dapat mencapai lokasi dengan menggunakan angkutan umum seperti L300 atau Superban tujuan Pekanbaru - Pasir Pengaraian dengan biaya Rp 65.000, untuk kenyamanan kami menyarankan menggunakan travel (Avanza, Innova) dengan biaya Rp.100.000,-. Pengunjung bisa turun di Simpang Tangun, kemudian dari Simpang Tangun perjalanan dilanjutkan menuju Lokasi Air Terjun dengan menggunakan Becak Motor ataupun Ojek dengan biaya sebesar Rp.20.000,-.
Jembatan Gantung, Akses Menuju Aek Martua
Setelah tiba di Lokasi kita akan disambut oleh Pokdarwis Gema Wisata Aek Martua dan kita dapat membeli Karcis Parkir/ Tiket Masuk Wisata dimana untuk Sepeda Motor dikenakan Parkir sebesar Rp.15.000,- dan Pengunjung dikenakan Tiket Masuk Rp.5.000,-/orang.  Sesampainya di lokasi pun, para pengunjung tidak serta merta langsung dapat menikmati keindahan air terjun ini. Karena setiba di pintu masuk obyek wisata ini pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati jembatan gantung dan jalan setapak yang sudah disemenisasi sejauh kurang lebih 2,5km, kemudian perjalanan dilanjutkan melewati hutan lindung sejauh 4.5km yang cukup menguras tenaga melewati jalan tanjakan dan turunan yang curam dan sangat tidak disarankan berkunjung ke Aek martua saat musim hujan karena jalanan yang dilewati akan licin dan cukup berbahaya bagi pengunjung.
                           

Jika kita membawa Kendaraan Roda Dua ,maka perjalanan cukup membantu dan disarankan Kendaraan Roda Dua dengan Sepeda Motor Trail dengan ban yang cukup besar, setelah membeli Tiket Masuk dan Parkir kita dapat melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor melewati Jalan Setapak yang telah disemenisasi, kemudian kita melewati Perkebunan Sawit milik warga dan juga melewati Hutan Lindung, hingga nantinya kita dapat memarkirkan Kendaraan dan selanjutnya Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh perjalanan lebih kurang 45menit dan jangan lupa untuk mengabadikan photo karena ada beberapa spot yang cukup menarik untuk berphoto.

Setelah Kendaraan diparkirkan kita melanjutkan perjalanan melewati Anak Tangga yang cukup banyak sehingga ada juga yang menyebut Air Terjun ini dengan sebutan Air Terjun Tangga Seribu. Setelah melewati Anak Tangga kita kembali melewati
jalan setapak menurun dengan  kondisi jalan cukup licin dan juga melewati anak sungai, perjalanan akan lebih nyaman jika mengenakan alas kaki yang tidak licin ataupun tanpa alas kaki.

Sekitar 45menit  berjalan turun, sampailah perjalanan di tepi sungai yang bersumber dari air terjun, perjalanan untuk sampai di titik air terjun harus melewati anak  sungai.  Udara yang sejuk dan juga bunyi air yang terjun dari puncak menghiasi pendengaran kami seakan sudah tidak sabar untuk sampai ke air terjun. 

Perjalanan yang melelahkan terbayar dengan sejuknya udara di Air Terjun, sejuknya udara menyegarkan tubuh dan serasa mengembalikan tenaga yang hilang akibat berjalan kaki, a
irnya begitu jernih dan mengalir deras, pemandangan hutan yang sangat menawan yang menjadikan udara disekitar air terjun tersebut sangat segar dan menyejukkan, ditambah lagi adanya perpaduan dari bebatuan cadas dengan tekstur yang unik dan alami. Air yang mengalir ke Aek Martua merupakan  aliran dari sebuah sungai yang bersumber dari Bukit Simalombu, yakni salah satu dari rangkaian Bukit Barisan yang membentang disepanjang Pulau Sumatra.  Informasi yang kami dapat dari Pokdarwis dulunya Perjalanan ke Aek Martua ditempuh dalam waktu 5jam dan saat ini jarak sudah dipangkas dengan membangun akses jalan dan dari 5jam kini Perjalanan dapat ditempuh dalam waktu 1 hingga 1,5jam. 

Berfoto di bawah cucuran air terjun menjadi aktivitas favorit yang dilakukan pengunjung. Dengan sudut yang pas, hasil foto dengan latar belakang air terjun yang deras menjadi kenang-kenangan tak terlupakan usai melewati rute cukup sulit menuju air terjun.
Makanan dan minuman  yang menemani malam kami di sebuah Warung Empek-empek di daerah Panam sudah habis, dan malam semakin  larut, rasa kantuk menghampiri kami semua. Demikian suasana bincang bincang singkat kami untuk bepergian ke sebuah tempat yang dalam bayangan kami cukup indah dan terisolir, jauh dari sentuhan infrastruktur maupun jaringan internet 4G. Air Terjun Batang Kapas menjadi fokus pembicaraan kami, dengan begitu antusias Arika Harmon  Ketua Persatuan Anak Negeri Pangkalan Kapas (Pangkas) berbicara mengenai potensi Kenegerian Pangkalan Kapas khususnya Desa Lubuk Bigau. Hingga akhirnya disepakati tanggal keberangkatan kami adalah dua minggu berikutnya.

Hingga akhirnya waktu yang telah ditunggu tunggu tiba, dan kami berangkat menuju Desa Lubuk Bigau, Air Terjun Batang Kapas menjadi tujuan keberangkatan kami. Selain disebut dengan Batang Kapas, kadang ataupun sebagian orang ada yang menyebut Air Terjun ini dengan nama Air Terjun Pangkalan Kapas, dan Air Terjun Lubuk Bigau. Arika Harmon Pemuda Desa Lubuk Bigau menjelaskan kepada kami bahwa air terjun Batang Kapaslah nama yang benar, air terjun ini berada di Hulu Sungai  Batang Kapas dan terletak di Desa Lubuk Bigau Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Lubuk Bigau  merupakan pemekaran Desa Pangkalan Kapas bersama desa lainnya yaitu  Desa Tanjung Permai, Kampung Dalam dan Kebun Tinggi. Dahulunya beberapa desa tersebut tergabung dalam satu desa, yakni Desa Pangkalan Kapas dan karena itu jugalah air terjun ini dikenal dengan Air Terjun Pangkalan Kapas.


Disarankan untuk menuju Desa Lubuk Bigau menggunakan Mobil double gardan atau 4x4 , jika menggunakan mobil biasa ataupun mobil yang rendah kita akan kesulitan menuju Desa Lubuk Bigau  terutama jika hari hujan. Jika hujan dikhawatirkan mobil tidak akan mampu melanjutkan perjalanan dan jika ini terjadi kita dapat memarkirkan mobil di rumah warga dan kemudian  melanjutkan perjalanan menuju jasa ojek warga sekitar.

Tidak gampang untuk ke Air Terjun Batang Kapas, butuh mental dan fisik yang bagus, karena perjalanan menuju air terjun tersebut tidaklah melewati jalanan aspal yang mulus, karena kita mesti melewati jalanan berpasir dan berbatuan. Dari Kota Pekanbaru pejalanan dilanjutkan menuju Lipat Kain dengan jarak tempuh lebih kurang 1,5 s/d 2 jam, kemudian perjalanan dilanjutkan ke arah Taluk Kuantan dan sebelum Jembatan kita mengarahkan laju kendaraan berbelok kanan ke  Simpang Rakit Gadang atau yang lebih dikenal dengan Simpang Gema/ Simpang Kuntu, dan perjalanan kita lanjutkan hingga nantinya kita akan menemui persimpangan , jika kekiri kita akan menuju Desa Gema, dan arah perjalanan kita adalah ke Kanan. Lebih kurang 4 jam perjalanan ke dalam dengan berbagai kontur jalanan  yang ada yang berliku-liku dan mendaki dan menurun, jika musim kemarau maka jalanan akan berdebu, begitu pula sebaliknya jika musim hujan,meka jalan ini sangat sulit untuk dilalui. Sebelum kita sampai di Tujuan yaitu Desa terakhir yang terdekat ke air terjun Batang Kapas yaitu Desa Lubuk Bigau, kita melewati beberapa Desa di Kecamatan Kampar Kiri yaitu Desa Lipat Kain Selatan, Desa Teluk Paman Timur, Desa Tanjung Mas, Desa Sungai Rambai, Desa Padang sawah,Desa Sungai (Sei) Raja, Desa Muara Selaya, dan kemudian kita melewati beberapa Desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu yakni Desa Danau Sontul, Desa Tanjung Karaang, Desa Deras Tajak, Desa Batu Sasak hingga akhirnya kami tiba di Desa Lubuk Bigau. 

Warga desa Lubuk Bigau sangat terbuka dan  Keluarga  Arika Harmon  telah  menunggu kedatangan kami. Penat diperjalanan mengharuskan kami untuk beristirahat, karena esok paginya kami mesti melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Batang Kapas. Dan pagipun tiba, setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Batang Kapas. Kami berjalan kaki melintasi kebun karet warga. Sebagian besar masyarakat Desa Lubuk Bigau bermata pencaharian sebagai Petani Karet. 

Kebun Karet Warga Desa Lubuk Bigau

Setelah melintasi Kebun Karet warga kami memasuki hutan alami yang masih perawan, rerimbunan pepohonan mengelilingi dan melindungi kami dari panas terik matahari. Udara segar serasa memenuhi setiap tarikan nafas kami. Arika pemandu kami memeritahu Perjalanan dapat ditempuh minimal 3 jam bahkan sampai 5 jam tergantung ketahanan fisik kita. Setelah berjalan kaki lebih kurang 1jam kami beristirahat di Ngalau Tada, demikian nama yang biasa disebut warga sekitar. Di Ngalau Tada kami melepas lelah sembari mengkonsumsi makanan ringan dan mengisi kembali perbekalan air minum, air minum yang kami konsumsi masih sangat alami yang berasal dari sumber mata air. Sayangnya keberadaan Ngalau Tada sedikit terusik oleh keberadaan tangan-tangan usil, ngalau tada penuh dengan coret-coretan nama.


Ngalau Tada
 
Setelah rasa lelah sedikit hilang, kami melanjutkan perjalanan. Serasa mendapat suntikan energi meskipun bahu dan punggung memikul beban perlengkapan. Perjalanan kian melelahkan tidak terhitung berapa tanjakan mapun turunan yng kami lewati, keringat cukup banyak bercucuran, jalan setapak yang kami lalui semakin terjal, bahkan harus melewati tangga kayu vertikal, dan berjalan melewati anak sungai, berjalan di bebatuan , mungkin saja ini menjadi salah satu tempat trekking yang terbaik yang ada di Riau.
Perjalanan Menuju Air Terjun Desa Batang Kapas

Ayo semangat tidak jauh lagi, hanya satu tanjakan lagi, didepan  sudah tidak ada  tanjakan atau penurunan, didepan sudah tidak ada bebatuan lagi, hanya 30 menit lagi kita berjalan kaki, demikian Ucapan dari Arika Harmon sambil memberikan semangat kepada kami, walau kami tahu sebenarnya perjalanan masih cukup panjang. Entah berapa kali kami beristirahat melepas lelah,sambil mengkonsumsi makanan ringan maupun mengisi kembali perbekalan air minum.  



Bukit dan Bebatuan yang dilewati untuk menuju Air Terjun
Dari kejauhan kami sudah mendengar bunyi air, woii air terjun kata teman yang berada di depan. Sudah pasti melelahkan, tapi rasa lelah hilang seketika ketika melihat air terjun, kami semua kagum melihat air mengalir dari atas ya lebih kurang 125meter hitungan yang kami lakukan, sayangnya saat itu sudah 1bulan tidak hujan sehingga debit air berkurang dan tentunya mengurangi ketinggian air terjun. Jika saat debit air cukup deras atau banyak mungkin saja ketinggian air terjun bisa mencapai 150meter. 



Air Terjun Batang Kapas dengan ketinggian 125meter pada saat debit air berkurang
Air Terjun Batang Kapas pada saat ebit air banyak dan diperkirakan ketinggian air mencapai 150meter
Kami beristirahat di bebatuan sambil menikmati panorama di sekitar air terjun, butiran-butiran air yang tumpah dari puncak tebing membasahi kami, dan sebagian dari kami berdiri tegak diatas permukaan batu untuk mengabadikan momen dengan vew air terjun batang kapas. Air terjun ini benar-benar masih alami dan terbilang masih jarang dijamah,  air terjun dikelilingi  hutan tropis yang lebat lagi tinggi, nyanyian burung, semilirnya angin dan bunyian percikan air serta tumpukan bebatuan yang ditumbuhi lumut yang terhampar disepanjang sisi aliran air yang telah membentuk layaknya anak sungai yang eksotis. 



Hari semakin gelap, dan kami melanjutkan perjalanan ke Bukit atas untuk beristirahat malam, dan momen ini kami gunakan untuk mengambil gambar matahari tenggelam. Kaki tebing menjadi tempat kami kami beristirahat malam, kami tidur seadanya  dengan memanfaatkan ceruk bukit untuk berlindung dan sedikit lebih  aman, terbebas dari hembusan angin. Memang butuh usaha yang tidak sedikit untuk mencapai tempat ini, tapi apa yang dijumpai juga merupakan bayaran yang sesuai. Sebuah keagungan dari alam yang sulit dicari tandingannya.

Matahari Tenggelam
Cerukan Bukit Tempat Kami Beristirahat
Istirahat semalam rasanya sudah cukup untuk mengembalikan kebugaran fisik kami, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak ke sumber air terjun tersebut.





Rasa penat kami berjalan kaki selama 4 jam terbayarkan. Air terjun ini sungguh akan membuat anda berdecak kagum. Posisinya berada disebuah tebing berbatu yang tegak setinggi tidak kurang dari 125meter jika saat kemarau atau kondisi debet air terjun kecil , bahkan jika musim hujan ketinggian air terjun dapat mencapai 160meter, bahkan menjadi air terjun tertinggi kedua di Sumatra setelah Air Terjun Siguragura yang juga merupakan air terjun tertinggi kedua di Indonesia. #Ayokeriau



Bagi yang ingin berpetualangan ke Air Terjun batang kapas Bisa menghubungi Arika Harmon di Telpon/WA : 085374932282
Air Terjun Pulau Simo atau ada juga yang menyebut dengan Pulau Simu. Air Terjun ini terletak di Desa Tanjung Alai kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Air Terjun ini cukup mudah untuk kita temui , jalan yang dilalui adalah Jalan Lintas Riau- Sumatera Barat. Dari Pekanbaru anda bisa langsung menuju ke arah Sumatra barat lebih kurang + 3Jam perjalanan,  bisa menggunakan sepeda motor ataupun mobil.
Gapura menuju Candi Muara Takus adalah titik tergampang yang kita temui untuk menuju ke Air Terjun Pulau Simo, setelah melewati Gapura Candi Muara Takus perjalanan kita lanjutkan sekitar beberapa kilometer, hingga nantinya kita ketemu tempat berjualan bakso dan minum yang menyediakan parkiran luas untuk pengunjung air terjun Pulau Simo dan kita juga akan menjumpai Banner ataupun petunjuk keberadaan Air Terjun Pulau Simo. Setelah itu perjalanan kita lanjutkan dengan trekking selama 15menit,


Menurut masyarakat sekitar ketinggian air terjun ini hanya 12meter dengan kedalam 2meter, sehingga membuat adrenalin anda sedikit terpacu untuk melompat dari ketinggian air terjun. 


Menyatu dengan alam sembari menikmati eksotisme Hutan di Desa Tanjung Belit kecamatan kampar Kiri Hulu Kabupaten kampar, siapa sangka sebuah desa dengan jarak tempuh lebih kurang 3jam dari Pekanbaru ibukota Provinsi Riau kita akan menikmati indahnya alam dan panorama hutan serta beberapa air terjun dan sungai dengan air yang jernih. Bahkan Desa Tanjung Belit menjadi salah satu tempat alternatif berkemah.

                         
 
Air Terjun Tanjung Belit berada di Desa Tanjung Belit Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Untuk menuju ke Desa Tanjung Belit kita melalui medan yang sulit. Dari Kota Pekanbaru untuk menuju Desa Tanjung Belit kita melakukan perjalanan ke Gema ibukota Kecamatan Kampar Kiri Hulu,jaraknya sekitar 90km dari Pekanbaru.


Dari pelabuhan Gema, kita melanjutkan perjalanan menuju Desa Tanjung Belit menggunakan Perahu atau sampan bermotor, masyarakat sekitar menyebutnya Robin, karena sampan tersebut bermotor dengan Merk Robin. Kita Mengaliri sungai Sebayang yang indah dan masih alami, air yang sejuk sungguh jernih dengan dasar yang penuh bebatuan serta pasir dan dengan sangat jelas kita dapat melihat ikan didasar sungai.




 Kredit Photo : Jendry (Forumer SkyScraperCity Riau)