Tampilkan postingan dengan label SIAK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SIAK. Tampilkan semua postingan

Danau Zamrud  berada di Desa Zamrud, Kecamatan Siak Indrapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang berjarak sekitar 200 kilometer dari ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Danau ini berada di hamparan ladang minyak bumi Coastal Plan Pekanbaru (CPP) Block yang dikelola pemerintah daerah Kabupaten Siak



Di sekitar Kawasan Zamrud ditemukan berbagai jenis satwa langka seperti ikan arwana emas (Schleropages formasus), ikan Balido, harimau sumatera (Pantheratigris sumatrensis), beruang merah (Helarctos malayanus), serta beraneka ragam jenis ular. Bahkan kicauan burung Serindit (Loriculus galgulus), yang menjadi ikon Provinsi Riau juga dapat ditemukan di kawasan ini. Uniknya lagi, pada saat sore hari ketika matahari mulai terbenam para penghuni kawasan Zamrud seperti burung elang, kera, dan harimau mulai menampakkan diri satu persatu. Kawasan danau zamrud didominasi oleh tumbuhan rawa seperti bengku, rengas dan pisang-pisang.
Serentak Menyusun Jemari
Salah dan khilaf maaf diberi
Kain Songket Melayu Berseri
Tenunan Asli Karya Anak Negri

Assalammualaikum awal bermula salam
Shalawat dan salam kepada junjungan kita
Ya Nabi Muhammad

Langkah rentak rajut bertingkah
Sepuluh jari menjunjung marwah
Bagai tersirat banyak faedah
Punya sejarah Negeri Bertuah


Orang pertama yang memperkenalkan Tenun ini adalah seorang pengrajin yang didatangkan dari Kerajaan Terengganu Malaysia pada masa Kerajaan Siak diperintah oleh Sultan Sayid Ali. Seorang wanita bernama Wan Siti Binti Wan Karim dibawa ke Siak Sri Indrapura, beliau adalah seorang yang cakap dan terampil dalam bertenun dan beliau mengajarkan bagaimana bertenun kain songket. Karena pada saat itu hubungan kenegerian Kesultanan Siak dengan negeri-negeri melayu di semenanjung sangat lah erat, terutama juga dalam hal seni dan budaya melayu yang satu. Pada awalnya tenun yang diajarkan adalah merupakan tenun tumpu dan kemudian bertukar ganti dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan "Kik", dan kain yang dihasilkan disebut dengan kain Tenun Siak. Pada awalnya kain tenun siak ini dibuat terbatas bagi kalangan bangsawan saja terutama Sultan dan para keluarga serta para pembesar kerajaan di kalangan Istana Siak. Kik adalah alat tenun yang cukup sederhana dari bahan kayu berukuran sekitar 1 x 2 meter. Sesuai dengan ukuran alatnya, maka lebar kain yang dihasilkan tidaklah lebar sehingga tidak cukup untuk satu kain sarung, maka haruslah di sambung dua yang disebut dengan kain "Berkampuh". Akibatnya untuk mendapatkan sehelai kain, terpaksa harus ditenun dua kali dan kemudian hasilnya disambung untuk bagian atas dan bagian bawah yang sudah barang tentu memakan waktu yang lama. Dalam bertenun memerlukan bahan baku benang, baik sutera ataupun katun berwarna yang dipadukan dengan benang emas sebagai ornamen ( motif ) atau hiasan. Dikarenakan benag sutera sudah susah didapat, maka lama kelamaan orang hanya menggunakan benang katun. Dan pada saat ini pula kain tenun songket siak dikembangkan pula pembuatannnya melalui benang sutera. Nama-nama motif tenun Songket Riau itu antara lain, Pucuk Rebung, Bunga Teratai, Bunga Tanjung, Bunga Melur, Tapuk Manggis, Semut Beriring, Siku Keluang. Semua motif ini dapat pula saling bersenyawa menjadi bentuk motif baru.

Tokoh Wanita Melayu Riau yang sangat berperan dalam mengembangkan kerajinan kain tenun songket melayu Siak di Riau adalah TENGKU MAHARATU. Tengku Maharatu adalah permaisuri Sultan Syarif Kasim II yang kedua, setelah permaisuri pertama, Tengku Agung meninggal dunia. Dia melanjutkan perjuangan kakaknya dalam meningkatkan kedudukan kaum perempuan di Siak dan sekitarnya, yaitu dengan mengajarkan cara bertenun yang kemudian dikenal dengan nama tenun Siak. Tenun Siak yang merupakan hasil karya kaum perempuan telah menjadi pakaian adat Melayu Riau yang dipergunakan dalam pakaian adat pernikahan dan upacara lainnya. Berkat perjuangan permaisuri pertama yang dilanjutkan oleh permaisuri kedua, perempuan yang tamat dari sekolah Madrasatun Nisak dapat menjadi mubalighat dan memberi dakwah, terutama kepada kaum perempuan. 

Stadion ini bernama Stadion Kampung Rempak, dinamakan Kampung Rempak karena berlokasi di Desa Kampung Rempak. Stadion ini menjadi home Base PS Siak klub kebanggaan Kota Siak. Stadion ini berada tidak jauh dari Jembatan Tengku Agung Sulthanah Latifah


Sebagai agenda tahunan dan dalam rangka melestarikan Budaya Melayu Riau, pemerintah Kabupaten Siak menyelenggarakan suatu event yang disebut "SIAK BERMADAH". Event ini sangat menarik, menghibur dan tentunya menambah wawasan kita,karena bukan hanya sekedar menampilkan berbagai pagelaran seni MELAYU saja, tetapi event ini dikemas dalam bentuk perlombaan yang memperebutkan aneka hadiah dan penghargaan yang cukup bergengsi bagi masyarakat Siak Sri Indrapura. Aneka lomba dan kesenian yang ditampilkan pada ajang ini antara lain Tari Tradisional Melayu, Tari Kreasi Melayu, Melawak, Syair, Adat Perkawinan Siak, Nyanyian Lagu Melayu, Nasyid, Berbalas Pantun, Pemilihan Bujang dan Dara. Dalam event ini juga diikuti seniman dari Malaysia


As an annual agenda to preserve Riau Malay culture, the government of Siak regency hold an event called "SIAK BERMADAH". This event is very interesting entertain and certainly would improve our insight, since it is not only presenting various malay art show, but this event is presented in form contest to gain various prestigious gifts and appreciations for the peop;e of  Siak Sri Indrapura Regency. This art contest displays Malay Dance, Creation Malay Dance, Comedy, Poem, Siak Marriage Tradition, Malay Song, Nasyid, Traditional Poetrry, Girl and Boy Selection, etc. This event is mored toned up with the participation of malay Artist from Malaysia.

Source : Majalah Visit Riau 2011 (Riau Tourism Board)
Minas adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Siak, Riau (Latitude. 0.8333333°, Longitude. 101.4833333°). Minas merupakan salah satu daerah yang pertumbuhannya relatif pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Riau. Ini disebabkan Minas mempunyai ladang minyak yang kaya.
 
Minas merupakan daerah pengeboran minyak pertama untuk daerah Riau dan pompa minyak pertama itu sekarang sudah tidak beroperasi lagi karena minyaknya sudah kering. Penetapan lokasi sumur minyak ini dilakukan pada Maret 1941 dan pengeboran pertama dimulai pada 10 Desember 1944 dengan kedalaman sumur 800 meter. Merk pompa yang digunakan adalah LUFKIN dan pompa ini sekarang dijadikan monumen sejarah perminyakan di Propinsi Riau yang berdiri megah di kota Minas.
 
 
 
Ladang minyak Minas memberi sumbangan besar dari tahun 1970-1980, rata-rata dengan produksi di kisaran 1.000.000 - 4.000.000 bopd (barrel oil per day) -1 barrel-nya 159 liter  bagi produksi minyak mentah Indonesia.

Untuk menciptakan Kota Siak yang asri dan nyaman, Pemerintah Kabupaten Siak membuat beberapa Taman Kota dan Hutan Kota. Salah satu diantaranya adalah Taman Kota Tengku Agung.

Taman Kota Tengku Agung terletak dibawah Jembatan Siak, taman kota ini memiliki luas 279.051 M2. Ditaman ini terdapat 2 (dua)  jembatan dan taman bunga serta pohon pelindung






To create the City of Siak a beautiful and comfortable, the Government of Siak Regency to make some Park City and Forest City. One of them is the City Park Tengku Agung.

Park City Tengku Agung is located under Siak Bridge, this city park has an area of ​​279,051 M2. This garden there are 2 (two) bridges and flower gardens and shade trees

Gambus merupakan salah satu musik yang telah berusia ratusan tahun dan sampai kini masih tetap populer. Gambus berkembang sejak abad ke-19, bersama dengan kedatangan para imigran Arab dari Hadramaut (Republik Yaman) ke nusantara. Gambus dijadikan sarana untuk menyiarkan agam Islam, dengan menggunakan syair-syair kasidah, gambus mengajak masyarakat mendekatkan diri pada Allah dan mengikuti teladan Rasul-Nya. Gambus adalah alat musik petik seperti mandolin.
CEDUL
MARWAS

GENDANG PANJANG

Di masyarakat Melayu Riau,lazimnya Gambus dimainkan untuk mengiringi tarian zapin dalam berbagai acara  adat dan kegiatan kesenian. Dalam mengiringi tarian zapin, gambus dibunyikan serta dikombinasikan penggunakaanya dengan alat musik lain seperti kompang, marwas, bebano, cedul, gendang. 
GAMBUS

BEBANO




YESTI SUYANTI

Jl. Hang Jebat RT 2 / RW 7, Gang Islah, Sungai Apit,
Kabupaten Siak, RIAU.
Kerajinan Tenun songket di Riau yang terkenal yaitu Tenun songket Siak. Di Siak Tenun Songket pertama kali diperkenalkan oleh Pengrajin yang didatangkan dari kerajaan Trengganu Malaysia yaitu pada masa Kerajaan Siak diperintah oleh Sultan Sayid Ali. Seorang wanita bernama Wan Siti Binti Wan Karim dibawa ke Siak Sri Indrapura,beliau adalah seorang yang cakap dan terampil dalam bertenun dan beliau mengajarkan bagaimana bertenun kain Songket.

TENUN SONGKET RIAU






TENUN SONGKET RIAU



Weaving Crafts songket in Riau Siak songket Weaving famous. In Siak Weaving Songket first introduced by craftsmen brought from the kingdom of Trengganu Malaysia that is in the Siak Kingdom was ruled by Sultan Sayid Ali. A woman named Wan Wan Siti Binti Karim was brought to the Siak Sri Indrapura, he is a capable and skilled in weaving and he teaches how to weave cloth Songket.

Dokumentasi Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Riau (DEKRANASDA)/National Craft Council of Riau Province. 
Kapal Kato adalah sebuah kapal besi dengan bahan bakar batu bara dimiliki oleh Sultan Siak, dan selalu digunakan pada saat berkunjung ke daerah-daerah kekuasaannya. Kapal ini berukuran panjang 12 m dengan berat 15 ton, terletak di pinggir Sungai Siak merupakan sosok monumen bersejarah yang dapat dikenang.
KAPAL KATO


Kato Ship. It is a metal ship owned by Siak Sultan and he often came aboard of it when visiting other districts under him. This ship is 12 meters long weighs 15 tons and is located at Siak River banks. It is a significant monument and will always remind of its history.
Siak palace known as "Palace of the Sun East" and also called Asserayah Hasyimiah or was built by Sultan Sharif Hashim Abdul Jalil Syaifudin in 1889 by German architect. The architecture is a combination between the architecture of Malays, Arabs, Europeans and Siak Palace building was completed in 1893

This Komet is a kind of gramophone-shaped musical instrument that has a disc with a diameter of 90 centimeters. Komet are made in the XVIII century. This comet may we meet in the Palace of Siak, this Komet musical instruments there are only two of the world namely in Germany and in the Palace of Siak.
Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ.

Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat oleh Sultan Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang memerintah. Daerah ini diawasi oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut.

Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud Syah II mangkat dibunuh Magat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong pada waktu itu sedang hamil dilarikan ke Singapura, terus ke Jambi. Dalam perjalanan itu lahirlah Raja Kecik dan kemudian dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau.

Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-masing pihak mengundurkan diri. Pihak Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Demikianlah awal berdirinya kerajaan Siak di Buantan.

Namun, pusat Kerajaan Siak tidak menetap di Buantan. Pusat kerajaan kemudian selalu berpindah-pindah dari kota Buantan pindah ke Mempura, pindah kemudian ke Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura. Semasa pemerintahan Sultan Ismail dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864) pusat Kerajaan Siak dipindahkan ke kota Siak Sri Indrapura dan akhirnya menetap disana sampai akhirnya masa pemerintahan Sultan Siak terakhir.

Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889 ? 1908, dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889.

Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda.
Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).

Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden.

Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968.

Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.

Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.

Berikut adalah daftar sultan-sultan yang pernah memerintah di Kerajaan Siak Sri Indrapura.
  1. Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I (1725-1746)
  2. Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah II (1746-1765)
  3. Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766)
  4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780)
  5. Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782)
  6. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (17821784)
  7. Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810)
  8. Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815)
  9. Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815-1854)
  10. Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin I (Syarif Kasyim I, 1864-1889)
  11. Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908)
  12. Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalif Syaifudin I (Syarif Kasyim II), (1915-1949)
Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999


BACA JUGA :
ISTANA SIAK