Istana Siak dan wisata Riau

Bicara tentang pariwisata di Bumi Lancang Kuning tak akan ada habisnya. Provinsi Riau memang punya segudang tempat menarik untuk dikunjungi, yang tak hanya untuk melepas penat namun juga punya nilai budaya yang syarat sejarah.

 

Misalnya saja, objek wisata Istana Siak , bangunan kokoh peninggalan Kesultanan Siak hingga Festival Pacu Jalur yang telah diadakan lebih dari 100tahun. Keduanya merupakan destinasi wisata yang mampu membawa wisatawan lokal maupun mancanegara berkunjung ke Riau terutama ke Siak dan Taluk Kuantan.





Pagi itu makanku cukup lahap, Sarapan buatan Sang Istri bagiku paling nikmat, sembari menikmati Sarapan ku asyik membaca berita di Tribunnews, berita tersebut sangat menarik perhatianku untuk berkunjung kembali ke Istana Siak.  

Yang menarik, adalah informasi mengenai pemugaran untuk melestarikan bangunan peninggalan sejarah tersebut yang dilakukan oleh pihak swasta, yakni PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP/April Group). Menarik karena selama ini urusan pariwisata selalu dihandle oleh Dinas Pariwisata pemerintah setempat. Kali ini perusahaan penghasil pulp dan kertas yang beroperasi di Pangkalan Kerinci ini ikut serta untuk memajukan pariwisata berkelanjutan di Provinsi Riau dengan mendanai pemugaran. 

Terlintas seketika dalam hati hebat nih RAPP semoga perusahaan lain juga akan melakukan hal yang sama dalam pengembangan objek wisata di Riau. 
Serah terima Istana Peraduan Sultan Siak dilakukan oleh Direktur PT RAPP Mhd Ali Shabri dan diterima oleh Bupati Siak Alfedri.  Bapak Ali Shabri bagiku tidak asing karena pernah berurusan dengan beliau, sekitar 10Tahun lalu saat saya masih bertugas di Pangkalan Kerinci dan Pak Ali Shabri merupakan nasabah saya.  Istana Peraduan alias rumah tempat istirahat Sultan Syarif Kasim II kini selesai dipugar dan pemugaran menelan biaya Rp3,2 miliar, pemugaran yang dilakukan PT RAPP sangat mewah dan megah , walau sudah dipugar, tetap mempertahan aslinya. Ada enam ruangan yang dipugar, yakni ruang tamu, ruang keluarga, diorama, kamar tidur utama atau bilik peraduan, ruang makan dan ruangan pembatas, termasuk interior dan eksterior gedung.

Selesai sarapan rasa penasaranku muncul untuk berkunjung kembali ke Istana Siak, kemudian ku panggil Istri, sayang kita Ke Istana Siak yuk jalan jalan. Dan akhirnya kami merencanakan perjalanan Ke Istana Siak bersama Istri.

Sebuah kerajaan Melayu Islam terbesar di Riau telah meninggalkan jejak yang cantik di bumi melayu dan nusantara, Istana  Siak, itulah nama yang biasa disebut. Ini adalah kunjungan kesekian kalinya bagi saya,namun tidak pernah bosan untuk berkunjung kembali, kunjungan ini begitu spesial bagi saya karena berkunjung bersama Istri. Rasa penat menempuh perjalanan 2 Jam dari Pekanbaru hilang seketika ketika kami melewati sebuah jembatan Megah Jembatan Tengku Agung Sulthanah LatifahSecara eksplisit jembatan ini menggambarkan masa keemasan dan Kejayaan Kerajaan Siak tempo dulu. Panorama hamparan kebun sawit berubah menjadi pemandangan nuansa melayu ketika kami melewati jembatan tersebut.  

Istana Siak atau biasa disebut dengan ” Istana Matahari Timur ” atau disebut juga Asserayah Hasyimiah ini dibangun oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 oleh arsitek berkebangsaan Jerman. Arsitektur bangunan merupakan gabungan antara arsitektur Melayu, Arab, Eropa. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan disamping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta. Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu Istana. Di dalam istana akan kita lihat berbagai koleksi yang bernilai tinggi seperti Kursi Singgasana Sultan yang berbalut emas.

Bangunan Istana Siak bersejarah tersebut selesai pada tahun 1893. Pada dinding istana dihiasi dengan keramik khusus didatangkan buatan Prancis. Beberapa koleksi benda antik Istana, kini disimpan Museum Nasional Jakarta, Istananya sendiri menyimpan duplikat dari koleksi tersebut.Diantara koleksi benda antik Istana Siak adalah: Keramik dari Cina, Eropa, Kursi-kursi kristal dibuat tahun 1896, Patung perunggu Ratu Wihemina merupakan hadiah Kerajaan Belanda, patung pualam Sultan Syarim Hasim I bermata berlian dibuat pada tahun 1889, perkakas seperti sendok, piring, gelas-cangkir berlambangkan Kerajaan Siak masih terdapat dalam Istana, komet , kapal kato (kapal raja siak). Dipuncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Sekitar istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, disebelah kiri belakang Istana terdapat bangunan kecil sebagai penjara sementara.

Di ruang yang lain kita saksikan berbagai kursi meja baik dari kayu, kristal dan kaca tertata rapi di bawah lampu-lampu kristal berwarna-warni bergantungan di plafon istana, demikian pula berbagai bentuk almari dan berjenis senjata dari tembaga dan besi. Disamping itu terdapat pula aneka cinderamata yang merupakan hadiah dari para sahabat dan daerah di sekitar Siak.

Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh Kerajaan Siak di masa lalu dapat kita lihat melalui foto-foto berukuran besar yang terletak di dalam Istana Siak. Terdapat juga sebuah cermin yang menjadi milik oleh para permaisuri Sultan yang dapat membuat wajah semakin cerah dan awet muda bila sering bercermin di sana. Cermin ini dinamakan cermin Ratu Agung. Istana Siak adalah bukti sejarah kebesaran Kerajaan Melayu Islam yang terbesar di daerah Riau. Masa kejayaan Kerajaan Siak berawal dari abad ke-16 sampai abad ke-20, dan silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak dimulai pada tahun 1723 M dengan 12 Sultan yang pernah bertahta.



Disisi lain terdapat pula alat musik Komet yang dibuat secara home industri di Jerman yang memiliki piringan dengan garis tangan sekitar 90 cm berisikan lagu-lagu klasik dari Mozard dan Bethoven.Konon barang ini hanya ada dua di dunia yaitu di Jerman sebagai pembuat dan di istana Siak.       

Dan terakhir Istana Peraduan menjadi tujuan saya bersama istri, walau telah dilakukan reovasi bentuk asli bangunan tetap dipertahankan. Tidak hanya sekedar melakukan  pemugaran Istana Peraduan tetapi RAPP juga berkontribusi menukung Riau sebagai destinasi wisata berbasis budaya.


Namun, pada akhirnya, pengembangan pariwisata tersebut bermuara pada kontribusi dan tanggung jawab pribadi kita masing-masing sebagai pelancong dan pengunjung, tidak hanya sebagai Tanggung Jawab Dinas Pariwisata, Menteri Pariwisata, RAPP ataupun perusahaan lainnya. Yuk kita sama -sama lestarikan pariwisata dan sejarah bangsa kita bersama-sama !




0 komentar: