Tampilkan postingan dengan label KESUSASTERAAN MELAYU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KESUSASTERAAN MELAYU. Tampilkan semua postingan
Dalam adat melayu lazimnya di acara persandingan atau resepsi pernikahan ,iringan dari Pihak Laki-laki berjalan kaki menuju Rumah pihak wanita sembari diiringi alunan suara kompang dan alat musik melayu, kemudian dilanjutkan dengan Perang Beras Kuning anatara Iringan Wanita dan Iringan Laki-Laki, setelah itu lazimnya diadakan petarungan seni beladiri pencak silat. Setelah pencak silat dilakukan iringan Pihak Laki-laki menuju Pintu Rumah pihak pengantin Perempuan , setibanya dimuka pintu rumah pengantin laki-laki belum dibenarkan untuk memasuki ruang rumah. Terjadilah pantun berbalas diantara kedua belah pihak.



Pihak Laki-Laki      : 

” Assalamualaikum, wahai Tuan Rumah bolehkah kami masuk ”


Pihak Perempuan    :  

” Waalaikumsalam Wr. Wb, 
Wahai orang yang berada ditanah. Masuk tu boleh saja, tetapi sebelumnya kami mau tahu apa maksud dan tujuan. Kalaulah datangnya baik tentu kami sambut baik kalau datangnya membawa petaka elok tuan balik segera.


Pihak Laki-Laki    : 
  
Cik Puan ini kura-kura dalam perahu
Pura-pura tidak tau. 
Sudah gaharu cendana pula 
Sudah tahu bertanya pula
  
        Buah pauh selasih sayang
        Angin menyapa  ditengah sunyi
        Dari jauh kami datang
        Ingin berjumpa idaman hati
Anak gagak tepi perigi 
Jatuh berlutut berdarah kaki 
Kalaulah tidak karena hati 
Rasa tak patut kami kemari


Pihak Perempuan     : 

Oooh........begitu, 
Nampaknya besar sungguh hajat dibawa 
Tapi, apakah kami boleh percaya dengan kata-kata tuan 
Maklum ........ sebelum terkena elok waspada

Tikar pandan tikar anyaman 
Tikar ada sejak berjaman 
Kalaulah benar ucapan tuan 
Apa taruhan sebagai jaminan


Pihak Laki-Laki    :  

Jika begitu yang Puan tanya 
Kedatangan kami nampaknya masih diragukan
Begini sajalah.
Perahu berlayar ke Tanjung Tuan 
Angin bertiup kearah Selatan 
Apa taruhan yang Puan inginkan 
Cobalah sebut jangan lah segan


Pihak Perempuan     : 

Pasang lilin dalam perahu 
Perahu sakat melanda pantai 
Sengaja dihalang pengantin baru 
Karena syarat adatnya belum selesai


Pihak Laki-Laki     :  

Indung-indung si anak kandung
Hujan reda cuaca pun terang 
Kami datang semuanya bingung 
Mengapa dipintu kami dihalang

Kagum melihat kain terhalang 
Beginikah adat resam melayu 
Hajat baik kami yang datang 
Mengapa pula diempang pintu


Pihak Perempuan     :  

  
Empang pintu resam melayu 
Kain panjang dipegang erat 
Begitulah adat jaman dahulu 
Pintu diempang menurut adat
Ambil sapu dibalik dinding 
Jangan tunduk jangan menyuruk 
Tapi kita sudah berunding 
Adakah dibawa penawar sejuk


Pihak Laki-Laki    :  

Orang melayu masak ketupat 
Berisi pulut bercampur santan 
Tapi kan kita sudah sepakat 
Kami nak masuk mengapa ditahan  
            
Jika tuan ketanjung balai 
Kami dendang senandung Asahan 
Syarat dan rukun sudahpun selesai 
Pengantin nak masuk masih ditahan

( utusan laki-laki sedikit mengomel )
        
Ketasik sudah........ke Penang sudah........ ke kedah pun sudah 
Hanya kemersing yang belum 
Merisik sudah – meminang sudah – menikah pun sudah 
Hanya bersanding saja yang belum 
Jadi mau apa juga lagi.


Pihak Perempuan     : 
  
Bersabarlah dulu tuan 
Impal larangan tegak berdiri 
Lengkap pula dengan senjata 
Jika nak masuk sediakan kunci 
Barulah pintu dapat dibuka

Pihak Laki-Laki    :
   
Menurut adat dan suku sakat 
Datuk Nenek pernah berpesan 
Kalaulah pintu dijaga ketat 
Syarat pembuka tolong tunjukkan


Pihak Perempuan     : 
  
Negeri Malaka porak poranda 
Sejak Hang jebat jadi durhaka 
Kalaulah pintu hendak dibuka 
Pakai kunci emas, bukan suasa

Pihak Laki-Laki     :
   
Pisang emas masak setandan 
Mari letakkan diatas meja 
Ini kunci emas kami berikan 
Bukalah pintu dengan segera.


Pihak Perempuan     : 

Tunggu dulu tuan,
kami hendak melihat 
Apakah asli atau tiruan 
Karena syarat telah terpenuhi 
Dipersilahkan Raja sehari 
Menjumpai permaisuri
Pengantin Laki-laki dibawa oleh Mak Andam duduk dipelamin, kedua mempelai setelah duduk dipelamin dipersilahkan mengambil tempat dimuka pelaminan bersama sanak keluarga melaksanakan makan nasi damai. 
Upacara bersanding diakhiri dengan upacara menyembah, yang dilakukan oleh kedua mempelai terhadap pihak keluarga dari mempelai laki-laki.


Di buton banyak orang bertani
Orang bergajah Dua beranak
Pantun Pembuka pitu selesai disini
Kapal berlayarpun sudahlah jejak

Asalnya sembilu dari buluh
Jika dianyam jadikan tampian
Kami menyusun jarinya sepuluh
Salah dan silaf mohonlah dimaafkan

Menulis syairnya dan pantun dengan bismillah
Memohon keampunan kesilapan dan salah
Mudah-mudahan kita memperoleh keredhoannya Allah
Karena syairnya dan pantun mempunyai masalah
Pinggannya jorong mangkukpun jorong 
Pinggan sabun berisikan minyak 
Terdapat kejanggalan dan kata-kata terdorong 
Mohonlah kiranya agar dimaafkan banyak-banyak

Kita ini senantiasa sangatlah bimbang
Dilalaikan dengan hutangnya piutang
Malaikat maut hampirkan dating
Entahkan pagi atau petang

    Buahnya cempedak dan buah nangka
    Bemban lebat ditepinya lembah
    Kita tidak menduganya dan menyangka
    Dengan tiba-tiba kita dipanggil oleh Allah

Janganlah lupa kita memujinya Tuhan
Supaya rahmatNya dating kasihan
Marilah kita ingat kepada Tuhan
Nafsunya syaitan hendaklah ditahan
  
    Tebanglah tebu panjang pandak
    Tebunya dibawa pergi ke Malaka
    Tuntutlah ilmu biarlah banyak
    Buatnya perlindungan dari api neraka

Dua puluh lima Nabi Rasul pilihan
Namanya tersebut dalam Al-Qur’an
Martabatnya tinggi dilebihkan Tuhan
Marilah kita jadikan buat pedoman

    Muhammad Isa bermainkan sulfa
    Kelapa gading jatuhnya serentak
    Manusia tak luput daripada silaf
    Dan tak ada gading yang tak retak

Senantiasa badan kita tergoling
Tidak bergerak dan tidak berpaling
Adik dan Kakak duduk berkeliling
Ada yang menghadap ada yang berpaling

    Senantiasa badan kita terlentang
    Tidak bergerak sepertinya batang
    Sanak famili semuanya dating
    Ada yang menoleh ada yang memandang

Datangnya si’alim dari hulu
Mengajarkan kalimah bertalu-talu
Hendak menjawab lidah tak lalu
Bibirpun berat lidahpun kelu

  
    Sakitnya nyawa akan melayang
    Daripada badan awang dan dayang
    Mundam seperti mabuk kepayang
    Rupanya tinggal kasih dan sayang

Berhimpunlah kaum kerabat handai dan tolan
Memandikan jenazah serta dikapan
Kemudian sholat jenazah dilaksanakan
Dimasukkan dalam keranda daripada papan

    Sampai kelubang dibuka papan
    Diberikan bantal tanah disandarkan
    Dihantarkan mayat dengan ketetapan
    Lakunya seperti orang disimpan

Ditimbus    lubangnya tanah diberi
Dua buah pula nisannya berdiri
Talqin dibaca serta diajari
Bangkitlah mayat menatapnya diri

    Asam kandis dan asam gelugur
    Asam paya dan asam iyang-iyang
    Menangislah mayat didalam kubur
    Mengingat diri tidak sembahyang

Mungkaru nangkir datang segera
Merah padam warnanya muka
Takutnya itu tidak lagi terkira
Dihati nan tidak dapat berbicara

    Datangnya itu menanyai kamu
    Engkau ini siapakah Tuhanmu
    Jikalau salah sedikit jawabmu
    Kepala dipalu sekalian badanmu

Pertama pahala disebutkan dahulu
Kepada dosanya sangatlah malu
Kariman katabin marah terlalu
Diangkat cemarnya lalu dipalu

    Beribu-ribu itiknya Pak Daud
    Itiknya yang timpang lajunya berenang
    Setitik embun jatuhnya dilaut
    Tidak diduga menjadikan gelombang

Musangnya jebat meniti akar
Ayam hitam putih dadanya
Hujannya lebat gunung terbakar
Insyaallah setitik embun padamlah baranya

    Tidak salah bunganya lembayung
    Salahnya pandan yang menderita
    Tidaklah salah bunda mengandung
    Hanya salah badan buruk pinta


Tinggi bukit gunung merembung
Gunung talang sandara alu
Putusnya benang dapat disambung
Putusnya arang bercerai lalu

    Membawa perahunya dari pecan
    Belajar mari membawa ikan patin
    Masa berlalunya tak berguna lagi dikesalkan
    Terimalah azabnya zahir dan bathin

Indang mengindang kepantai nani
Berdekatan pantai bujang kelana
Syair dan pantunnya hingga disini
Mudah-mudahan bermanfaat dan berdaya guna

    Terbilang Datuk laksamana Raja Dilaut
    Makamnya berada di bukit Batu
    Mohonlah diralat mana yang tak patut
    Agar menghasilkan maknanya yang bermutu

Pak Taufiq menjahitnya kopiah
Kopiah dijahitnya baldu yang utuh
Wabillahi taufiq Walhidayah
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Sumber : 
Mak Andam Pernikahan Di Sei Pakning Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis 
Awal Bismillah meletak inai
Inai  diletak ditelapak tangan
Mari berdo’a beramai- ramai
Semoga pengantin bahagia dan aman


Tepung tawar adat melayu
Pusaka lama sejak dahulu
Untuk memberi do’a dan restu
Bagi pasangan pengantin baru


Harum baunya si bunga mawar
Bunganya indah ditaman pak.... (Sebut Nama Utusan Pihak Laki-Laki)
Bagi memujakan tepuk tepung tawar
Kami persilakan Bapak / Ibu (Nama Yang akan melakukan Tepung Tawar)

Dari Sabang pergi Pemangkat
Orang berlayar mengilir sungai
Tepung tawar memohon berkat
Semoga bahagia kedua mempelai

Orang berlayar mengilir sungai
Perahu ditambat di tiang pelabuhan
Semoga bahagia kedua mempelai
Do’a diminta dari (Sebut nama yang melakukan tepung tawar)

Pada awalnya  Iringan Pihak Laki-Laki memasuki Rumah Pihak Wanita diiringi dengan hantaran belanja yang dibawa oleh dayang-dayang atau gading-gading dari Pihak Laki-Laki, Hantaran Belanja ini berupa tepak sirih ,Peralatan Kosmetik, pakaian dan perlengkapan wanita, makanan dan buahan, mas kawin,  dan Sejumlah Uang yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai nominal jumlah uang hantaran dan semuanya dikemas dalam bentuk wadah yang unik dan menarik. 
Setelah memasuki Rumah Pihak Wanita, Rombongan dari Pihak Laki Laki dipersilahkan duduk. Dan kemudian Utusan dari Pihak Laki-Laki dan Wanita saling bersalaman, kemudian utusan dari Pihak Laki-Laki menyampaikan beberapa buah pantun sebagai Kata Pengantar dan pantun ini diucapkan setelah wakil dari pihak laki-laki dan perempuan saling menukar dan menyicipi tepak sirih. Setelah itu dari pihak Laki-Laki menyerahkan hantaran kepada Pihak Wanita dan kemudian juga dilanjutkan dengan berbalas pantun, kemudian akad nikah dan juga prosesi tepung tawar. Berikut contoh berbalas Pantun dalam prosesi Pernikahan Adat dan Resam Melayu Bengkalis (Sei Pakning) pada saat Acara Hantaran :
Utusan Pihak Laki Laki : 
ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLA WABARAKATUH
    (SIKAP DUDUK BERHADAPAN)

Utusan Pihak Perempuan :
ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLA WABARAKATUH
(SIKAP DUDUK BERHADAPAN)

Pantun dari Utusan Pihak Perempuan :
 
RAJA BERJALAN MEMAKAI COGAN
COGAN BERASAL DARI KELANTAN
SIRIH PEMBUKA SUDAH DIMAKAN
APAKAH HAAT KEDATANGAN TUAN DAN PUAN

BANTAL GADUK BANTAL REMAJA
TEMPAT BERDUA SI ANAK RAJA
JIKA HAJAT AKAN DIREKA
SILAKAN TUAN MENGURAI KATA

Pantun dari Utusan Pihak Laki-Laki :   
SIRIH TUAN SUDAH DIKENYAM
RASANYA SEDAP BUKAN BUATAN
KAMI DATANG SANGAT BERAZAM
DATANG MEMBAWA SEBUAH PESAN

SUNGGUH MANIS BUAH PULASAN
PULASAN DIPENTIK DALAM PULAU
PESAN BUKAN SEMBARANG PESAN
PESAN BAPAK SOLNARIS


SIRIH PUAN SIRIH LELAT
ADA MAKSUD DAN PESAN KAMI KEMARI
PESAN INI PESAN HORMAT
UNTUK BAPAK ......... (NAMA KELUARGA DARI PIHAK PEREMPUAN)

CEMPEDAK BUKAN SIBUAH NANGKA
DIMAKAN ANAK DIWAKTU PETANG
AMANAH PESAN TELAH DIREKA
KEPADA SIAPA KAMI BERBINCANG

Pantun dari Utusan Pihak Perempuan :
SIAK BERNAMA SRI INDRAPURA
TEMPAT BERSEMAYAM SRI BAGINDA
JIKA TUAN INGIN MENYAMPAIKAN KATA
KAMI INILAH ORANG YANG DIPERCAYA

RAJA ARIF RAJA BIJAKSANA
SENANG BERMUFAKAT DENGAN RAKYATNYA
BAPAK ......MEMANG INI RUMAHNYA (NAMA KELUARGA PIHAK PEREMPUAN)
JALAN ......TEMPATNYA (ALAMAT TEMPAT TINGGAL PIHAK PEREMPUAN)

MUARA TAKUS CANDI MAHLIGAI
LEMBAHNYA INDAH BUKAN BUATAN
JIKA ADA INGIN DISAMPAI
SAMPAIKANLAH JANGAN SEGAN-SEGAN

Pantun dari Utusan Pihak Laki-Laki :  
BUKIT SENAPELAN ASALNYA PEKAN
RIWAYATNYA SUNGUH SANGAT BERKESAN
KAMI DATANG BERSAMA ROMBONGAN
INGIN MENYAMPAIKAN BEBERAPA HANTARAN

DARA MOLEK DARI INDRAGIRI
BERBAJU KURUNG BUNGA TEKATAN
BUNGA RAMPAI KAMI IRINGI
BERSAMA MAHAR MASKAWIN KAMI SERAHKAN

BUAH DELIMA BUAH RAMBUTAN
KULIT DIKOPEK BUAH DIMAKAN
HANTARAN INI KAMI SERAHKAN
SERTA HANTARAN BELANJA KAMI SERAHKAN

Pantun dari Utusan Pihak Perempuan
KULIT DIKOPEK SIBUAH RAMBUTAN
MANIS RASANYA BUKAN BUATAN
TERIMA KASIH KAMI ATURKAN
SENANGNYA HATI TAK TERKATAKAN

Pantun dari Utusan Pihak Laki-Laki :  
BOM BARU RANTAU JUALAN
DI PINGGIR SUNGAI BUDAK MEMANCING
SENANGNYA HATI SEINDAH BULAN
MENJELANG DIPANGGIL DUDUK BERSANDING

Pantun dari Utusan Pihak Perempuan :
 
KAIN CINDAI BAJU MELAYU
PAKAIAN ORANG ZAMAN DAHULU
AGAR SESUAI JANJI DAHULU
SABARLAH…..KAMI TENGOK SATU PERSATU

Pantun dari Utusan Pihak Laki-Laki :  
LUMBA-LUMBA NAMANYA IKAN
SELALU TIMBUL DI WAKTU PAGI
SEGALA ABANG ANTARKAN
MOGA ADIK BERPUAS HATI

BURUNG BAYAM BURUNG SERINDIT
KETIGA DENGAN BURUNG KETITIRAN
JANGAN DINILAI DENGAN UANG RINGGIT
BUDI BAHASA JADI TAKARAN

JALAN MELATI KE JALAN PEMBANGUNAN
KOTA BERTUAH ORANG BERBUDI
LENYAPKAN SEGALA LAMUNAN
KAMI DATANG MENJALIN KASIH ABADI
Pantun dari Utusan Pihak Perempuan :
 
HENDAK MENGGORENG IKAN BELADA
DILIHAT BOTOL TIDAK BERMINYAK
SUDAH DITENGOK SUDAH DIBUKA
BARULAH DAPAT KITA TIDUR NYENAK

Pantun dari Utusan Pihak Laki-Laki :  
PETANG-PETANG DUDUK DITINGKAP
MENATAP NAK MAIN DI HALAMAN
JIKA TERDAPAT SALAH DAN SILAP
MOHON KAMI TUAN-PUAN MA’AFKAN
Pantun dari Utusan Pihak Perempuan :
PENGANTIN BARU BERBAJU PIAMA
DUDUK-DUDUK MENJELANG SENJA
SUDAH DITENGOK BERSAMA-SAMA
SEMUA MENGANGGUK TANDA SEJA

BULAN PUASA MEMAKAN KURMA
AIR SELASIH PENGHILANG DAHAGA
BARANG INI KAMI TERIMA
TERIMA KASIH LAGI TENTU DIKATA

RAJA BERSANTAP BERSAMA-SAMA
BERSANTAP DENGAN PUTRI BUNGSUNYA
HANTARAN INI KAMI TERIMA
KAMI SERAH TENTU PADA PEMILIKNYA

ORANG MELAYU MEMBUAT TURAP
PAPAN DITARUH DIIKAT-IKAT
JIKA ADA SALAH DAN SILAP
MOHON MA’AF DUNIA DAN AKHIRAT

Pantun dari Utusan Pihak Laki-Laki : 

TENUNAN SIAK BERWARNA COKLAT
TENUNANNYA INDAH TEKAD MENEKAT
KALAU SEMUA SUDAH SEPAKAT
IJAB KABUL DAPAT DIIKAT
Pantun dari Utusan Pihak Perempuan :
BUNYI GENDANG BERTALU-TALU
BANYAK ORANG DATANG DARI KAMPUNG BARU
KALAU KITA SEMUA SUDAH SETUJU
KITA SERAHKAN SAJA ACARA AKAD NIKAH
DENGAN PAK KUA LABUH BARU 

Kemudian setelah itu dapat dilanjutkan dengan acara Akad Nikah.




Sumber : 
Mak Andam Pernikahan Di Sei Pakning Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis 
Pada awalnya  Iringan Pihak Laki-Laki memasuki Rumah Pihak Wanita diiringi dengan hantaran belanja yang dibawa oleh dayang-dayang atau gading-gading dari Pihak Laki-Laki, Hantaran Belanja ini berupa tepak sirih ,Peralatan Kosmetik, pakaian dan perlengkapan wanita, makanan dan buahan, mas kawin,    dan Sejumlah Uang yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai nominal jumlah uang hantaran dan semuanya dikemas dalam bentuk wadah yang unik dan menarik. 

Setelah memasuki Rumah Pihak Wanita, Rombongan dari Pihak Laki Laki dipersilahkan duduk. Dan kemudian Utusan dari Pihak Laki-Laki dan Wanita saling bersalaman, kemudian utusan dari Pihak Laki-Laki menyampaikan beberapa buah pantun sebagai Kata Pengantar dan pantun ini diucapkan sebelum tepak sirih dipertukarkan. Berikut contoh berbalas Pantun dalam prosesi Pernikahan Adat dan Resam Melayu Bengkalis (Sei Pakning) pada saat Acara Hantaran.


Pantun dari Utusan Pihak laki Laki :

Batang ramai suka memanjat
Melilit sampai pohon menanti
Datang kami mempunyai hajat
Ingin menyampaikan hasrat hati

Kain puteri sulaman pelangi
Cantik dan molek jadi idaman
Dahulu kami pernah berjanji
Memetik bunga kembang di taman

Sebelum hajat kami kemukakan
Titipan salam kami sampaikan
Dari Bapak...... (Nama Keluarga Dari Pihak Laki-Laki)
Untuk keluarga Bapak ..... (Nama Keluarga dari Pihak Wanita)

Sampan kotak muatan lada
Menuju selatan kemudi diarahkan
Sopan dan santun kami tiada
Mohon maaf ikhlas diberikan

Rama-rama dikumbang jati
Kesana kemari asyik berterbang
Ramai nampaknya majlis disini
Siapa gerangan teman berbincang


Pantun dari Utusan Pihak Wanita :


Sirih sekapur pinang keratin
Dimakan oleh muda jejaka
Kalau tuan tidak keberatan
Dengan kamilah tuan berseloka

Young Dolah atau yang nama aslinya adalah Abullah Bin Endong merupakan seniman berasal dari Bengkalis, cerita yang didapatinya bersal dari pengalaman pribadinya yang penuh khayalan, lelucon dan kekonyolan. Sosok Yong Dolah selalu pembual  yang suka bercerita, tapi yang diceritakan adalah kosong belaka. kisah-kisah yong dolah ini sudah jarang ditemui, karena kurang publikasi dari penerus ke penerus, sehingga cerita - cerita Yong Dolah ini hilang satu - persatu.

Dalam ia bercerita Young Dolah sangat pandai berekspresi dan sangat hiperbola sehingga yang mendengar ceritanya bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak dengan cerita yang dibawakannya. Yong Dolah bercerita tidak mengenal batas waktu bahkan tidak menggunakan bahan literatur  atau referansi, sehingga ceritanya mengalir begitu saja seperti air tanpa putus, yang pastinya lucu sesuai dengan kepiawaian beliau.



Legenda Bengkalis ini seakan hilang begitu saja padahal beliau sangat berarti bagi orang Bengkalis, kisah - kisah beliau yang lucu hilang begitu saja, ini di akibatkan kurangnya publikasi dari generasi - kegenerasi sehingga nama beliau tidak harum sebagai budayawan dan sekaligus seniman Bengkali.


Beberapa Kisah Yong Dolah
  • Yong Dolah sang Abu Nawas Melayu
  • Yong Dolah Naik Haji
  • Perjalanan yong Dolah ke Negri Ngotjoleria
  • Yong Dolah - Memanjat Patung Liberty 
  • Yong Dolah - Jadi Kapten Kapal Pesiar 
  • Yong Dolah - Orang Riau Ikut Perang Teluk  
  • Linggis dan Tangga Yong Dollah
  • Umpan Daun Yong Dolah
  •  Yong Dolah Dan Piala Dunia
  • Yong Dolah Jadi Kapten Kapal Pesiar
Masih banyak lagi kiasah - kisah sang lagenda Yong Dolah ini, tetapi sayangnya sudah ditemukan lagi, sayang sekali apa bila kisah - kisah Yong Dolah ini hilang begitu saja, dan masih banyak tokoh - tokoh seperti beliau yaitu lebai malang , pak pandir dan lain - lain.

Sumber : Dari berbagai Sumber
Raja Ali Haji adalah keturunan Bugis dan Melayu. Lahir di Selangor pada 1808, ia wafat di Pulau Penyengat, Riau, pada 1873. Ia terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa, buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia. Raja Ali Haji juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk. Karya lainnya adalah sejarah Melayu yang berjudul Tuhfat al-Nafis, serta ketatanegaraan dan hukum berjudul Mukaddimah fi Intizam. Berkat kehebatannya dalam berkarya, dia dijadikan sebagai penasihat kerajaan.

Kemampuannya dalam berkarya itu tak lepas dari pengaruh ayahnya, Raja Haji Amad, yang juga seorang sastrawan. Saat mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai utusan Riau ke berbagai daerah dan negara, Raja Ali Haji menimba ilmu agama dan budaya. Ketika kembali ke Riau, ia pun menjelma menjadi ulama yang disegani. Atas jasa-jasanya, Raja Ali Haji dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 5 November 2004.


Gurindam I

Ini gurindam pasal yang pertama:
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma'rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang teperdaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah Ia dunia mudarat.

Gurindam II

Ini gurindam pasal yang kedua:
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.

Gurindam III

Ini gurindam pasal yang ketiga:
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadaiah damping.
Apabila terpelihara lidah,
niscaya dapat daripadanya paedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senunuh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjaian yang membawa rugi.

Gurindam IV

Ini gurindam pasal yang keempat:
Hail kerajaan di daiam tubuh,
jikalau lalim segala anggotapun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur2.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.

Gurindam V

Ini gurindam pasal yang kelima:
Jika hendak mengenai orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Gurindam VI

Ini gurindam pasal yang keenam:
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh dimenyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,

Gurindam VII

Ini Gurindam pasal yang ketujuh:
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah landa hampirkan duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
I'ika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.

Gurindam VIII

Ini gurindam pasal yang kedelapan:
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar dan pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syarik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebalikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.

Gurindam IX

Ini gurindam pasal yang kesembilan:
Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.

Gurindam X

Ini gurindam pasal yang kesepuluh:
Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.

Gurindam XI

Ini gurindam pasal yang kesebelas:
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hajat.
Hendak dimulai,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.

Gurindam XII

Ini gurindam pasal yang kedua belas:
Raja muafakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh anayat.
Kasihan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.