Air Terjun Pulau Simo atau ada juga yang menyebut dengan Pulau Simu. Air Terjun ini terletak di Desa Tanjung Alai kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Air Terjun ini cukup mudah untuk kita temui , jalan yang dilalui adalah Jalan Lintas Riau- Sumatera Barat. Dari Pekanbaru anda bisa langsung
menuju ke arah Sumatra barat lebih kurang + 3Jam perjalanan, bisa menggunakan
sepeda motor ataupun mobil.
Gapura menuju Candi Muara Takus adalah titik tergampang yang kita temui untuk menuju ke Air Terjun Pulau Simo, setelah melewati Gapura Candi Muara Takus perjalanan kita lanjutkan sekitar beberapa kilometer, hingga nantinya kita ketemu tempat berjualan bakso dan minum yang menyediakan parkiran luas untuk pengunjung air terjun Pulau Simo dan kita juga akan menjumpai Banner ataupun petunjuk keberadaan Air Terjun Pulau Simo. Setelah itu perjalanan kita lanjutkan dengan trekking selama 15menit,
Menurut masyarakat sekitar ketinggian air terjun ini hanya 12meter dengan kedalam 2meter, sehingga membuat adrenalin
anda sedikit terpacu untuk melompat dari ketinggian air terjun.
Beberapa waktu lalu, Komunitas Blogger Bertuah Pekanbaru berkesempatan melakukan perjalanan ekowisata ke Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling. Perjalanan ini bertujuan untuk mengunjungi Camp Tiger Protection
Unit (TPU) WWF. TPU merupakan unit kerjasama antara Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam (BBKSDA) dan WWF untuk merespon cepat kegiatan yang berkaitan
dengan ancaman langsung dan tidak langsung terhadap Harimau Sumatera
dan satwa liar lainnya. Tim ini menjaga dua kawasan yang dilindungi
yakni SMBRBB dan Hutan Lindung Bukit Batabuh.
Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling atau di kenal juga dengan
Suaka Margasatwa Rimbang Baling yang berada di Provinsi Riau ini
merupakan salah satu Kawasan tempat habitat Harimau Sumatera (Panthera
Tigris Sumatrae) Hutan konservasi yang terletak di Kabupaten Kampar dan
Kabupaten Kuantan Singingi dahulunya memiliki tutupan hutan sekitar 136
ribu ha, namun tutupan hutan kini mulai menyusut di karnakan seiringnya
aktivitas perambahan, illegal logging dikawasan tersebut.
Di
kawasan ini juga terjadi perburuan harimau sumatera besarnya tekanan dan
ancaman dari segala aspek terhadap harimau sumatera menimbulkan
kekhawatiran pihak pemerintah dan WWF program Riau. Pada awalnya Tiger Protection Unit (TPU) difokuskan
bekerja di kawasan Tesso Nilo. Namun dalam perjalanannya, melihat
dinamika yang terjadi di taman nasional ini dan tidak memungkinkan lagi
bagi Tiger Protection Unit (TPU) untuk melakukan kegiatan di kawasan
tersebut, maka fokus dialihkan ke Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit
Baling pada tahun 2007. Seiring dengan perkembangan, Tiger Protection
Unit (TPU) diperbantukan untuk melakukan pengamanan harimau sumatera di
Koridor SMBRBB-Bukit Tigapuluh.
Sejauh ini Tiger Protection Unit
(TPU) sudah melaku upaya penyelamatan harimau sumatera dengan penyitaan
sedikitnya 800 jerat harimau dan jerat mangsa. Selain itu, Tiger
Protection Unit (TPU) juga turut serta dalam upaya penegakkan hukum
terhadap pelaku kejahatan satwa liar. Sedikitnya ada 6 tindak kejahatan
perburuan hariamu sudah difasilitasi proses penegakkan hukumnya.
Teridentifikasi secara periodik temuan kejahatan illegal logging,
perambahan dan aktifitas illegal lainnya di lokasi kegiatan. Selain itu
Tiger Protection Unit (TPU) juga Teridentifikasi dan termonitor
aktifitas pelaku perburuan dan jaringan perdagangannya.
Penemuan Jerat Harimau di Suakamargasatwa Bukit Rimbang Baling
Penanganan
harimau sumatera dilakukan dengan kegiatan patroli, investigasi, respon
konflik dan fasilitasi kegiatan unit kerja dalam WWF program Riau dan
mitra kerja lainnya. Untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas terhadap
upaya perlindungan satwa liar dan habitatnya, tim ini juga berperan
dalam melayani kebutuhan unit kerja di WWF Riau serta mitra kerja
lainnya. Bentuk kegiatan ini dengan memberikan dan meyediakan informasi,
memandu mitra di lapangan dan melakukan sosialisasi.
Pengamanan
harimau sumatera diharapkan tidak hanya difokuskan untuk dua kawasan
ini saja. Hendaknya kawasan fokus WWF lainnya juga mendapatkan perhatian
yang sama, serta didukung dengan personel yang memadai. Selain itu,
dukungan pemerintah juga menjadi suplemen bagi tim Tiger Protection Unit
(TPU) dalam menjalankan tugas menjaga sang raja rimba.
Perjalanan menuju Tiger Protection Unit Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling dari Kota Pekanbaru dapat ditempuh dengan waktu 2,5 jam perjalanan. Desa Petai Kecamatan Singingi Hilir KabupatenKuantan Singingi menjadi tujuan kami, kami menelusuri Jalan Lintas Pekanbaru - Talukkuantan, hingga akhirnya kami menemui sebuah pertigaan RAAP Sektor Logas di Desa Petai. Dari pertigaan tersebut perjalanan kami lanjutkan kedalam melewati areal perusahaan dan perkebunan masyarakat. Medan jalan cukup sulit karena kami melewati pegunungan bukit barisan dan sungai. Perjalanan diteruskan hingga akhirnya kami bertemu Sungai Tapi.
Sungai yang biasanya dapat dilewati mobil, kali ini debet airnya cukup tinggi dan luapan air banjir serta arus yang deras memaksa kami untuk berjalan kaki menyeberangi sungai. Perjalanan yang cukup berat, karena kami melawan arus sungai yang cukup deras dan mendaki bukit bukit yang terjal. Disepanjang perjalanan kami menemui beberapa satwa seperti babi, siamang.
Setelah berjalan kaki 45menit lamanya, hingga akhirnya kami menemui sebuah papan petunjuk Tiger Protection Unit, momen di papan petunjuk tersebut kami gunakan untuk berphoto. Kicauan burung dan udara segar menyambut kami di Camp Tiger Protection Unit. Waktu yang tersisa kami lanjutkan dengan beristirahat, karena keesokan harinya kami ekan melakukan simulasi Jerat Harimau dan patroli hutan, serta "berarung jeram" di sungai tapi.
Setelah beristirahat kami melakukan simulasi beberapa rutinitas yang
dilakukan anggota Tiger Protection Unit dalam menjaga Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling, diantaranya kami mengikuti patroli mobiler
dengan menggunakan sepeda motor, kegiatan ini bertujuan untuk melihat
bagaimana ancaman yang terjadi di sekitar kawasan. Dalam perjalanannya
para blogger melihat langsung adanya proses penebangan pohon yang
dilakukan oleh pelaku illegal logging. Melihat kedatangan rombongan,
pelaku berusaha dengan cepat melarikan diri, sejak berdirinya TPU (Tiger Protection Unit) di Tahun
2004 , tim ini sudah berhasil mengidentifikasi secara periodik
temuan kejahatan illegal logging, perambahan dan aktivitas illegal
lainnya dilokasi Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling. Kemudian kami melakukan simulasi pelepasan jerat
harimau yang biasanya dilakukan untuk menangkap harimau. Jon
Hendra, koordinator lapangan TPU (Tiger Protection Unit) mengatakan bahwa hingga saat ini
sedikitnya ada 800 jerat harimau yang sudah diamankan oleh tim TPU.
Jumlah ini mengindikasikan adanya ancaman nyata terhadap keberlangsungan
Harimau Sumatera dan Tim TPU juga berhasil mengidentifikasi dan memonitor aktivitas
pelaku perburuan dan jaringan perdagangannya. Tim ini juga menjadi tim
respon cepat dalam mengidentifikasi konflik harimau dengan manusia dan
beberapa pencapaian lain dalam kaitannya dengan penanganan kejahatan
satwa.
Setalah melakukan simulasi bersama anggota TPU (Tiger Protection Unit) kemudian kami melanjutkan melihat Potensi Ekowisata yang ada di Suaka Marga Satwa Bukit Rimnag Baling yaitu berarung jeram di sungai. Diperjalanan menuju "wahana arung jeram" kami menemui bekas rel kereta api
yang dibangun pada masa penjajahan Jepang. Rel tersebut kondisinya
sudah tidak terawat dan hanya bersisa beberapa meter saja.
Rel Kereta Api yang ditemui di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling
Hingga akhirnya sampailah kami di Lokasi Wahana Arung Jeram tersebut, ternyata arung jeram yang akan kami lakukan bukanlah seperti arung jeram pada umumnya menggunakan boat karet serta dengan alat safety yang memadai. Kami berarung jeram mengikuti arus sungai yang cukup deras menggunakan ban dalam (benen) mobil truck, tanpa mengurangi nikmatnya berarung jeram kami semua cukup menikmati berarung jeram menggunakan benen ini.
Arung Jeram menggunakan Benen di Sungai Tapi Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling
Setalah berarung jeram, kami Blogger melanjutkan perjalanan pulang menuju Pekanbaru tentunya dengan pengalaman yang tidak kalah serunya yang tidak akan didapatkan di tempat lain.
Untuk informasi lebih lengkap mengenai Tiger Protection Unit dan Hutan Rimbang Baling, dapat berkunjung ke www.stripetosecure.or.id. dan juga dapat melihat beberapa cuplikan video dibawah ini :
Jalur Andalan Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu berhasil mendapatkan Piala Bergilir Menteri Pariwisata RI, Tuah kalajengking Muda Indragiri keluar sebagai Juara Event Pacu Jalur Tahun 2015 di Tepian Narosa Sungai Indragiri Taluk Kuantan. Di final Tuah kalajengking Muda Indragiri mengalahkan Jalur dari Pintu Gobang Kari Kuantang Tengah yaitu Tuah Koghi Dbalang Ghajo.
Berikut Daftar Juara Festival pacu Jalur Tahun 2015 di Taluk Kuantan :
Tuah kalajengking Muda Indragiri (Inhu)
Tuah Koghi Dbl Ghajo (KT)
Palimo Olang Putie (HK)
Puti Mandi Mayang Terurai (KM)
Sijontiak Lawik (CRT)
Putri Bungsu Dbl Hitam (Inhu)
Linggar Jati RAPP (PGn)
Siposan Rimbo RAPP (PGN)
Juragan Kuantan (GT)
Sialang Soko (Inhu)
Meriam Onggang Parau (KH)
Ekowisata Bandar Bakau Dumai atau dikenal juga sebagai Sekolah Alam
Bandar Bakau Dumai merupakan kawasan hutan bakau yang berlokasi di Jl.
Nelayan Laut Ujung - Kelurahan Pangkalan Sesai - Kecamatan Dumai Barat -
Kota Dumai - Propinsi Riau. Kawasan ini luasnya sekitar 31 hektar
mencakup Muara atau Kuala Sungai Dumai.
Sungai Dumai merupakan
sungai yang membelah kota Dumai menjadi bagian Barat dan Timur. Sungai
dumai ini merupakan tempat terjadi legenda atau sejarah Putri Tujuh yang
mengandung unsur buah bakau belukap dari kejadian masa lalu yang
menjadi jati diri suatu peristiwa budaya di Kota Dumai selama ini. Kawasan
Hutan Mangrove Sungai Dumai ini dikelola oleh Darwis Mohammad Saleh,
seorang masyarakat biasa yang memperjuangkan kawasan ini TETAP HIJAU
dengan HUTAN BAKAU yang lestari. Disebut perjuangan ini dikarenakan, dia
dan teman-teman lainnya berusaha mempertahankan kawasan tersebut tetap
menjadi Hutan Mangrove yang awalnya diperuntukkan bagi Areal Perluasan
Pelabuhan PELINDO Dumai. Perjuangan ini berlangsung sejak 1998-1999 hingga saat ini.
Sekolah Alam Bandar Bakau berlokasi di Jl. Nelayan Laut Ujung - Dumai -
Riau yang tepatnya berada di Kawasan Bandar Bakau Hutan Mangrove Kuala
Sungai Dumai. Kawasan ini luasnya sekitar 31 hektar yang awalnya
diperuntukkan bagi perluasan pelabuhan Pelindo Dumai. Darwis dan
kawan-kawannya memperjuangkan agar kawasan ini tetap menjadi Hutan
Mangrove Dumai dan berusaha menjadikan kawasan ini berstatus Hutan Kota
Dumai.
Terdapat 24 spesies mangrove di
kawasan hutan bandar bakau ini, salah satunya adalah bakau istimewa yang
saat ini diperjuangkan untuk dilestarikan kembali oleh Darwis dkk yaitu
belukap. Belukap (rhizophora mucronata) merupakan salah satu
jenis bakau yang mengalami kepunahan di sungai Dumai. Kepunahan ini
akibat ekploitasi bakau sebagai bahan baku arang dulunya, dimana
panglong (tempat produksi arang) terdapat di Pangkalan Bunting di muara
Sungai Dumai. Kegiatan ini salah satu contoh memperlakukan alam tanpa
memikirkan generasi ke depan, tebang tanpa ada aksi penanaman kembali,
akibatnya telah terjadi kepunahan jenis bakau ini di sungai Dumai bahkan
generasi Dumai saat ini sudah tak mengenalinya lagi.
Kegiatan yang ada di hutan Bandar Bakau ini adalah : - Bank Mangroove (pusat budidaya pembibitan dan penanaman mangroove) - Sekolah alam Bandar Bakau - Pembersihan sungai dan pantai - Pusat informasi mangroove - Explorasi potensi wisata Bandar Bakau.
Harapan
kita semua untuk hutan bandar bakau ini kepada semua pihak baik
pemerintah, swasta dan masyarakat adalah mari sama-sama kita dukung dan
lestarikan hutan ini agar menjadi Hutan Kota Dumai serta melestarikan
hutan-hutan lainnya agar Indonesia kita tercinta menjadi tempat yang
lebih baik untuk anak cucu kita kelak.