Tampilkan postingan dengan label ROKAN HULU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ROKAN HULU. Tampilkan semua postingan
Air terjun menjadi salah satu alternatif mengisi liburan, tidak hanya sekedar berlibur tetapi kita juga  lebih mencintai alam dan tentunya dapat mengolah fisik untuk menjadi lebih sehat, karena cenderung untuk menuju sebuah Air Terjun akan melewati medan yang sulit dengan menguras tenaga dan waktu.

Jika air terjun berada di kawasan hutan dan pegunungan tentu nya kesegaran air dan kesejukan udara menjadi hal yang akan didapatkan di sana. Biasanya air terjun dengan akses mudah dan sudah dibangun fasilitas lengkap menjadi obyek wisata yang selalu diserbu wisatawan sedangkan Air Terjun yang berada di hutan dengan jarak tempuh berjam jam menjadi Wisata Minat Khusus.

Aek Martua
salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Rokan Hulu, jika ke Rokan Hulu tidak lengkap jika tidak berkunjung ke Air Terjun Aek Martua. Secara administratif Air Terjun ini  berada di Desa Bangun Purba  Kecamatan Bangun Purba. Penamaan aek mertua diambil dari bahasa Batak Mandailing , dimana di sekitar kawasan air terjun ini banyak dihuni oleh masyarakat bersuku  Mandailing.

Aek mertua artinya air yang bertuah. Seperti yang diharapkan masyarakat dari air terjun indah yang memancar sebanyak tujuh tingkat tersebut, berupa kebaikan dan manfaat langsung yang dirasakan oleh warga setempat.
Bagi para pengunjung yang ingin menikmati keindahan air terjun ini dapat mencapai lokasi dengan menggunakan angkutan umum seperti L300 atau Superban tujuan Pekanbaru - Pasir Pengaraian dengan biaya Rp 65.000, untuk kenyamanan kami menyarankan menggunakan travel (Avanza, Innova) dengan biaya Rp.100.000,-. Pengunjung bisa turun di Simpang Tangun, kemudian dari Simpang Tangun perjalanan dilanjutkan menuju Lokasi Air Terjun dengan menggunakan Becak Motor ataupun Ojek dengan biaya sebesar Rp.20.000,-.
Jembatan Gantung, Akses Menuju Aek Martua
Setelah tiba di Lokasi kita akan disambut oleh Pokdarwis Gema Wisata Aek Martua dan kita dapat membeli Karcis Parkir/ Tiket Masuk Wisata dimana untuk Sepeda Motor dikenakan Parkir sebesar Rp.15.000,- dan Pengunjung dikenakan Tiket Masuk Rp.5.000,-/orang.  Sesampainya di lokasi pun, para pengunjung tidak serta merta langsung dapat menikmati keindahan air terjun ini. Karena setiba di pintu masuk obyek wisata ini pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati jembatan gantung dan jalan setapak yang sudah disemenisasi sejauh kurang lebih 2,5km, kemudian perjalanan dilanjutkan melewati hutan lindung sejauh 4.5km yang cukup menguras tenaga melewati jalan tanjakan dan turunan yang curam dan sangat tidak disarankan berkunjung ke Aek martua saat musim hujan karena jalanan yang dilewati akan licin dan cukup berbahaya bagi pengunjung.
                           

Jika kita membawa Kendaraan Roda Dua ,maka perjalanan cukup membantu dan disarankan Kendaraan Roda Dua dengan Sepeda Motor Trail dengan ban yang cukup besar, setelah membeli Tiket Masuk dan Parkir kita dapat melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor melewati Jalan Setapak yang telah disemenisasi, kemudian kita melewati Perkebunan Sawit milik warga dan juga melewati Hutan Lindung, hingga nantinya kita dapat memarkirkan Kendaraan dan selanjutnya Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh perjalanan lebih kurang 45menit dan jangan lupa untuk mengabadikan photo karena ada beberapa spot yang cukup menarik untuk berphoto.

Setelah Kendaraan diparkirkan kita melanjutkan perjalanan melewati Anak Tangga yang cukup banyak sehingga ada juga yang menyebut Air Terjun ini dengan sebutan Air Terjun Tangga Seribu. Setelah melewati Anak Tangga kita kembali melewati
jalan setapak menurun dengan  kondisi jalan cukup licin dan juga melewati anak sungai, perjalanan akan lebih nyaman jika mengenakan alas kaki yang tidak licin ataupun tanpa alas kaki.

Sekitar 45menit  berjalan turun, sampailah perjalanan di tepi sungai yang bersumber dari air terjun, perjalanan untuk sampai di titik air terjun harus melewati anak  sungai.  Udara yang sejuk dan juga bunyi air yang terjun dari puncak menghiasi pendengaran kami seakan sudah tidak sabar untuk sampai ke air terjun. 

Perjalanan yang melelahkan terbayar dengan sejuknya udara di Air Terjun, sejuknya udara menyegarkan tubuh dan serasa mengembalikan tenaga yang hilang akibat berjalan kaki, a
irnya begitu jernih dan mengalir deras, pemandangan hutan yang sangat menawan yang menjadikan udara disekitar air terjun tersebut sangat segar dan menyejukkan, ditambah lagi adanya perpaduan dari bebatuan cadas dengan tekstur yang unik dan alami. Air yang mengalir ke Aek Martua merupakan  aliran dari sebuah sungai yang bersumber dari Bukit Simalombu, yakni salah satu dari rangkaian Bukit Barisan yang membentang disepanjang Pulau Sumatra.  Informasi yang kami dapat dari Pokdarwis dulunya Perjalanan ke Aek Martua ditempuh dalam waktu 5jam dan saat ini jarak sudah dipangkas dengan membangun akses jalan dan dari 5jam kini Perjalanan dapat ditempuh dalam waktu 1 hingga 1,5jam. 

Berfoto di bawah cucuran air terjun menjadi aktivitas favorit yang dilakukan pengunjung. Dengan sudut yang pas, hasil foto dengan latar belakang air terjun yang deras menjadi kenang-kenangan tak terlupakan usai melewati rute cukup sulit menuju air terjun.
Kerajaan Tambusai merupakan salah satu kerajaan Melayu di wilayah Rokan Hulu. Raja-raja Kerajaan Tambusai ini masih memiliki tali persaudaraan dengan Raja-raja dari Kerajaan Rambah, dimana KerajaanTambusai merupakan cikal bakal Kerajaan Rambah.

Secara umum lokasi ini merupakan kompleks pemakaman dari Raja-raja Tambusai. Dari sekian banyaknya makam yang ada di kompleks pemakaman ini, ketokohan yang bisa diketahui oleh masyarakat hanya makam Tengku Kahar gelar T. H.Mohamad Sutan Ningat T. Acman. Oleh karena penamaan kompleks makam ini dinamai Makam Kahar/Raja Tambusai.

Makam ini berada dalam lahan yang merupakan kompleks pemakaman umum. Pemakaman ini hingga sekarang masih difungsikan sebagai pemakaman umum untuk masyarakat sekitar benteng tujuh lapis dan dalu dalu.

Makam ini berbentuk gundukan tanah setinggi kurang lebih 1,5 m. Di gundukan tersebut terdapat 2 makam yaitu makam Raja Kahar dan makam yang belum dapat diketahui dengan pasti keberadaan tokoh yang dimakamkan.

                           
 
Makam sudah dapat dikatakan sebagai makam Islam, terlihat dari orientasi nisan makam yang sudah menghadap kiblat. Luas gundukan tanah yangmenjadi jirat makam kurang lebih 4 m x 4 m. Sedangkan, ukuran dan makam adalah 2 m x 1,5 m. Nisan makam terbuat dari batu granit berwarna abu-abu kehitaman.
Nisan sudah mengalami pengolahan, berjenis nisan tipe Aceh berbentuk seperti “piala” yang menandakan yang dimakamkan berjenis kelamin laki-laki.

                                   

Pada nisan bagiankepala terdapat tulisan arab melayu yang bacaannyaKahar, yang berarti penanda bahwa tokoh yangmakamkan adalah bernama Kahar. Dalam data sejarahnama Kahar lebih dikenal Maruhun Qahar yangmerupakan salah satu Raja Kerajaan Tambusai yang di Dalu-Dalu pada abad ke-XVI Masehi.





Makam ini merupakan Salah Satu Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Rokan Hulu yang telah mendapat pengakuan dari Balai Pelestarian Cagar  Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Register : 05/BCB-TB/B/05/2007

Sumber 
Daftar Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Rokan Hulu Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat (Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau dan kepulauan Riau)
Koba merupakan salah satu tradisi lisan masyarakat Melayu yang tinggal di daerah pesisir Sungai Rokan (sekarang menjadi Rokan Hulu dan Rokan Hilir) serta di daerah Mandau (sekarang masuk daerah Bengkalis). Koba disampaikan dengan gaya bernyanyi, baik oleh laki-laki maupun perempuan. Orang yang menyanyikan koba disebut tukang koba. Koba di daerah Sungai Rokan menggunakan bahasa logat Rokan, sementara yang di daerah Mandau menggunakan logat sakai. Pertunjukan koba biasanya dilakukan di acara-acara perhelatan kampung seperti pernikahan, khitan dan sebagainya. Penyampaian koba oleh tukang koba dapat menggunakan music maupun tidak. Bagi yang menggunakan musik, alat musik yang digunakan biasanya menggunakan babano atau rebana dan gendang.

Koba dalam  Bahasa Rokan berarti Kabar sedangkan Bakoba berarti Memberikan Kabar, Koba ataupun Bakoba   berisi  nasihat kehidupan, cerita alam, hewan, makhluk halus, manusia, dewa, kayangan, kecantikan, ketampanan, kegagahan dan kadang diselingi dengan kisah-kisah lucu dan mengandung unsur edukasi dan nilai sejarah dan juga keagamaan.

Di Rokan Hulu, di Pasir Pengaraian , Kecamatan Tambusai, Rambah serta daerah lainnya KOBA ataupun BAKOBA dijadikan sebuah tontonan ataupun pertunjukan dalan sebuah acara Pernikahan, Koba dibacakan di malam hari baghda Isya dan pembacaanya dilakukan selama beberapa malam dengan cerita bersambung, dan ritual tersebut diawali dengan mensucikan diri atau mengambil wudhu oleh Tukang Koba kemudian tukang koba akan makan sirih lalu ia membacakan pantun singkat tentang proses perjalanannya hingga sampai ke tempat berkoba, dengan menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Tuan Rumah yang memiliki hajat.

Beberapa waktu lalu kami (riaudailyphoto) berbincang dengan Pak Taslim yang didaulat menjadi Maestro Koba oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menurut Penuturan Pak Taslim yang bergelar Datuk Mogek Intan, Koba merupakan salah satu sastra Lisan yang ada di Rokan Hulu yang terancam punah, di usianya yang senja Pak Taslim cukup risau karena hingga saat ini belum banyak penerusnya yang mampu menjadi Peng-Koba. 


Cerita-cerita yang disajikan tukang koba, umumnya adalah pengembaraan tokoh atau pahlawan-pahlawan rekaan lokal, dengan bentang-ruang horisontal yang terbatas pada selat-selat, teluk, tanjung, sungai-sungai, dan daratan pesisir. Sedangkan bentang-ruang vertikalnya mencakup bumi hingga kayangan. Sebagian kecil dari korpus cerita koba dianggap sakral, karena menceritakan tokoh yang dikeramatkan oleh tukang koba. Untuk cerita yang demikian, penceritaannya tidak memerlukan perlakuan khusus. Namun saat menamatkannya, tukang koba melakukan ritual tertentu, dengan berdoa dan menyembelih ayam atau kambing pada petang sebelum cerita itu ditamatkan. Orang yang punya hajat juga harus menyediakan seperangkat persembahan kepada tukang koba, yang terdiri dari pisau belati, sekabung kain putih, dan limau purut.

Koba-koba yang terkenal misalnya Koba Panglimo Awang, Koba Gadih Mudo Cik Nginam, Koba Panglimo Dalong, dan Koba Dang Tuanku.


Sumber :
  • Wawancara Langsung Dengan Pak Taslim
  •  Menonton Langsung Pertunjukan Koba di Lancang Kuning Art Festival dan di Acara Pernikahan di Tambusai 
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/koba/



    Penasaran apa itu Koba, bisa menyaksikan di video berikut : 
Pada Tahun 2017 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Onduo menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda tersebut dengan Nomor Registrasi 201700483.
Onduo merupakan Lagu Pengantar Tidur anak anak Rokan Hulu, dulunya Para Orang Tua di Rokan belum menenal Lagu Nina Bobok, mereka menidurkan anak dengan Onduo, Masyarakat Rokan  menyebut Onduo dengan  lagu buai anak atau timang anak.

Anak  yang dibuai dinyanyikan Onduo dengan irama yang syahdu  membuat anak - anak kecil tertidur dengan cepat dan pulas, Onduo memiliki banyak filosofi  dan syairnya berisikan nasehat, tunjuk ajar,  kerinduan ,kasih sayang, serta harapan dan doa orang tua kepada anaknya kelak.

Dalam perkembangannya Onduo ditampilkan dalam acara mencukur rambut bayi , turun mandi, akikah, atau sebelum anak menika. Onduo berisi nasihat yang mengajarkan berbagai nilai kepada anak,seperti nilai nilai keagamaan yang terdapat dalam syair Onduo  yakni perintah salat dan puasa

Contoh Syair Onduo :
La ela hailla lo buyung/Tiduo tiduo lo sayang/Kayula morang la telinduong bulan/Simpa jo dahan diguyang gompo/Tiapla tahun Nobi beposan/Suruah sumayang dengan puaso/Kalau mongaji momuji Allah/bersembahyang mongampun duso


Modernisasi menggerus keberadaan Onduo, kini Emak Emak (Ibu) membuaikan anaknya dengan lagu - lagu anak melalui smartphone dengan mendengarkan lagu yang ada di Youtube, beberapa waktu lalu Balai Bahasa Riau menyelenggarakan Kegiatan Revitalisasi Tradisi Onduo dan kegiatan Ini diikuti oleh Murid dan Guru SMP di Kabupaten Rokan Hulu dengan Tujuan Onduo dapat terjaga hingga ke generasi mendatang.



Mengutip laman Wikipedia ,Diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan. Asal usul diorama adalah dekorasi teater di Eropa dan Amerika pada abad ke-19. Pencinta miniatur sering membuat diorama untuk memamerkan model kendaraan militer, miniatur figur publik, ataupun miniatur pesawat terbang.

Diorama pada masa modern digunakan untuk menggambarkan keadaan sesungguhnya dari landskap keadaan sejarah, kejadian alam, dan keadaan kota untuk kebutuhan pendidikan atau pertunjukan. Dan salah satu contoh Diorama Modern adalah Diorama Tuanku Tambusai yang terdapat di Desa Talikumain, dan Dalu Dalu Kelurahan Tambusai Tengah Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu.
                    


Diorama Tuanku Tambusai menggambarkan perjuangan Tuanku Tambusai dalam mengusir penjajahan belanda, sehingga para pengunjung merasakan suasana perjuangan masa lalu Tuanku Tambusai. Diorama Tuanku Tambusai syarat dengan nuansa Tempo Dulu, dimana terdapat Tulisan berejaan tempo dulu dan juga tulisan arab melayu, Diorama Tuanku Tambusai menampilkan silsilah Tuanku Tambusai, bagaimana ia besar dan tumbuh, serta cerita perjuangannya melawan penjajah dan tentunya juga ditampilkan relief serta peta Benteng Tujuh Lapis.


Terdapat Dua Diorama Tuanku Tambusai di Kecamatan Tambusai , Diorama Ini merupakan Zona Penunjang dari Revitalisasi Benteng Tujuh Lapis, dimana  dibangun sebanyak Dua Diorama yang berjarak sekitar 2km dari kawasan Benteng Tujuh Lapis , Diorama pertama berada di  tepi jalan masuk Dalu-dalu dari Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara, yakni di lingkungan Kubu Baling-baling Kelurahan Tambusai Tengah sedangkan Diorama berikutnya berada di Tepi Jalan Desa Talikumain jika dari arah Pasir Pengaraian.


Kini Diorama ini menjadi tempat yang ramai dikunjungi untuk berswaphoto maupun menjadi tempat kunjungan wajib jika berkunjung ke Tambusai Rokan Hulu.


Cara Menuju Lokasi Diorama Tuanku Tambusai
Untuk mengunjungi lokasi Diorama Tuanku Tambusai yang berada di Kecamatan Tambusai Kabupaten  Rokan Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan  lebih kurang sejauh dua ratus kilometer , dengan waktu tempuh normal 4 ,5 hingga 5 jam perjalanan. Perjalanan dilakukan menuju Tambusai Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat dilakukan melalui  akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang Anda cari. 
Selain itu untuk memudahkan serta kenyamanan anda juga dapat menggunakan Jasa Travel Pekanbaru - Tambusai dengan Biaya Rp.120.000,- sekali Perjalanan, Alam Travel menjadi salah satu Referensi kami untuk Perjalanan Pekanbaru - Tambusai atau sebailknya Tambusai - Pekanbaru , keramahan Supir dan juga keamanan dalam mengemudi Kendaraan menjadi Ciri Khas dari Alam Travel. Untuk menikmati perjalanan bersama Alam Travel dapat menghubungi Nomor 08217228279.

Jika ingin menginap ,tidak jauh dari Diorama terdapat sebuah Penginapan Syariah, dan Jika menginap Kita dapat berkunjung ke beberapa tempat di Kecamatan Tambusai seperti Benteng Tujuh Lapis, Gedung Lembaga Kerapatan Adat Desa Adat Luhak Tambusai, Makam Raja Qahar, serta Makam Raja Rambah yang berjarak sekitar Belasan Kilometer yang berada di Kecamatan Rambah.

Cegak merupakan tarian tradisi pengobatan suku Bonai di Rokan Hulu. Penari cegak berpakakan daun pisang yang sudah kering dan muka mereka ditutup dengan kulit kayu, tarian ini diiringi musik bebano dan pembacaan mantra dan syair.


Cegak artinya sembuh. Tari Cegak merupakan representasi dari kisah tragedi lima orang masyarakat Suku Bonai dalam menuntut ilmu kebatinan.

 
Asal mula tarian ini dimulai oleh lima orang pemuda Suku Bonai yang sedang mempelajari ilmu kebatinan. Karena mendapat perlawanan dari para penguasa, mereka melarikan diri dan mendapati jalan buntu sehingga mereka bersembunyi di kebun pisang, kemudian memakai ilmu kebatinan yang baru dipelajari dengan cara menghilang dan menyerupai manusia dengan berpakaian daun pisang. Meskipun berhasil, akan tetapi mereka tidak bisa merubah wujud mereka kembali ke wujud asal.
Ratik Togak yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita dahulu salah satu tujuannya adalah untuk mengagungkan Asma Allah sembari berdo’a kepada Allah SWT, memohon petunjuk, berkah serta keselamatan agar negeri kita ini senantiasa berada dalam lindunga-Nya.”. Ratib togak, Ratik Bosa, Ratik Togak, Ratib Saman, Rakib Saman dan berbagai macam nama lainnya.

Ratik Togak di daerah Riau khususnya di Rokan Hulu sudah menjadi tradisi bahkan Rakib Togak atau Ratik Togak menjadi sebuah Tugu, tugu ini persis berada di depan Islamic Centre yang begitu megah. Ratik bermakna zikir, ratib. Ianya dilakukan oleh kaum tasawuf/ sufi untuk mencari puncak kenikmatan berzikir, dinamakan juga sebagai ratik soman (ratib tharikat Samaniah). Zikir seperti ini biasanya dilaksanakan pada penutupan khalwat 41 hari jamaah thariqat. Semacam kenduri keluar dari suluk. Ianya khusus dilakukan oleh kelompok jamaah thariqat (sufiah) dan tidak mengajak orang lain atau masyarakat umum. Sufi punya cara tersendiri dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah. Upaya mencari jalan halus menuju Allah itu ditempuh mengikuti wasilah guru Thariqat yang turun temurun. Beragam zikir dilakoni mulai dari yang seperti ini (dalam kenduri Thariqat) hingga zikir Sirr atau sampai pada Zikir Fana (tanpa gerak lisan dan tubuh). Bacaannya menurut zikir yg diajarkan Rosulullah. Tidak ada ucapan fasik dan munkar dalam zikir tersebut. Mereka juga menjaga adab serta kehalusan perasaan di hadapan Allah. Jika ingin merasakan nikmat Zikir Sufiah Thariqat Muktabaroh, harus masuk dulu jadi jamaah. Murid dibimbing oleh guru atau tuan syaikh (guru besar).


Pada Tahun 2018 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 225 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Ratik Togak menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201800635.




Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud telah menetapkan Bedewo dari Suku Bonai Kabupaten Rokan Hulu sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2016, penetapan Bedewo sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) membutuhkan proses yang panjang dan seleksi yang ketat,  pada awalnya dihasilkan  474  karya budaya yang diajukan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Seluruh 474 karya budaya yang diajukan kemudian dilakukan proses seleksi pada Rapat Koordinasi I Tim Ahli Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, proses seleksi terhadap 474 usulan karya budaya tak benda dilakukan berdasarkan kelengkapan administrasi berupa formulir pencatatan dan data dukungnya. Berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan oleh tim ahli dan narasumber di rapat tersebut menghasilkan 271 karya budaya yang akan diseleksi kembali pada Rapat Koordinasi II Tim Ahli Warisan Budaya dan kemudian seleksi hingga akhirnya ditetapkan 150  Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia Tahun 2016.


Badewo atau juga disebut dengan bedewo berasal dari kata ‘berdewa’, yakni sejenis upacara ritual pengobatan penyakit yang dilakukan dengan memanggil dewa-dewa kepercayaan masyarakat pedalaman suku Bonai. Dewa setara dengan peri, mambang, hantu dan jin yang dianggap memiliki kesaktian dan memberikan pengobatan pada keluarga atau masyarakat yang sakit. Dalam satu bulan, badewo ini bisa dilakukan sebanyak dua hingga tiga kali ataupun tergantung jumlah yang sakit. Tradisi pengobatan ini dianggap cukup berkhasiat dibandingkan dengan pengobatan medis. Itulah sebabnya tradisi ini hingga saat ini masih dilakukan oleh suku pedalaman di Rokan Hulu secara turun temurun. Dengan menggunakan mantera-mantera khusus, seorang pawang atau dukun akan memanggil jin untuk membantu proses pengobatan, saat ini Ritual Badewo dapat kita jumpai di Keamatan Kapenuhan Kabupaten Rokan Hulu.




Upacara Bedewo Bonai biasanya dilakukan di malam hari, sesuai dengan karakter jin atau syaitan yang lebih suka beraktivitas di malam hari. Dipimpin seorang dukun atau yang disebut dengan kemantan, ritual ini dijalankan dengan menggunakan mantera-mantera. Kumantan akan membaca mantera memanggil jin yang akan masuk pada tubuh pasien yang sakit. Selanjutnya, kemantan akan bercakap-cakap dengan jin yang sudah masuk ke dalam tubuh pasien untuk membantu proses penyembuhan. Terjadi pembicaraan antara kemantan dengan jin yang menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien.

Penyakit-penyakit yang bersumber dari roh-roh halus akan sembuh jika ritual dilakukan secara benar atas petunjuk jin. "pasien yang sakit" ditidurkan disekitar balai (property ritual bedewo), kemudian dukun atau kumantan berdialog dengan jin dan selanjutnya kumantan akan melakukan ritual penyembuhan.


Pada Tahun 2016 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Bedewo Bonai menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengn Nomor Registrasi 201600311.

Penasaran dengan proses Bedewo ? proses tersebut bisa kita saksikan di video berikut
Petani Desa Pemandang Kabupaten Rokan Hulu di Riau akan menggelar pesta makan durian  di Pekanbaru. Bagi penggila kuliner khususnya Buah Durian silahkan datang dan menikmati pada Hari Minggu 18 Desember 2016 di Gelanggang Remaja Pekanbaru pada Pukul 18.00-22.00 WIB.
 
Event Ini bukanlah sekedar memakan durian  tapi lebih dari itu, yaitu menjaga sebuah kearifan lokal dari masyarakat Desa Pemandang Kabupaten Rokan Hulu. Acara ini diselenggarakan oleh Kelompok Tani Riau Lestari,  dalam acara ini akan dilakukan 'Deklarasi Haluan Anggota Kelompok Tani Riau Lestari' dan juga agenda lainnya, yaitu Pengenalan Desa Pemandang, Anugrah Kearifan Lokal, serta Pentas Seni.

Pesta durian ini menjunjung tema "Bersama Petani Kita Wujudkan Swasembada Pangan Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Riau". Menurut Panitia Pelaksana, durian yang disajikan merupakan durian berkualitas terbaik yaitu  durian montong dan durian mentega (durian jantung dan durian tapa).

Acara ini tidaklah gratis, panitia menawarkan tiket, dimana satu tiket untuk 1orang peserta, untuk harga Tiket Umum sebesar Rp.30.000 sedangkan VIP Rp.100.000, untuk satu paket atau sebanyak 5orang satu meja dikenakan biaya tiket Rp.150.000 dan akan diberikan 8durian untuk 5orang tersebut atau satu paket, dan jika merasa kurang dengan jumlah 8 durian tersebut, peserta  dapat menambah durian lagi, dengan syarat durian tersebut tidak diizinkan untuk dibawa pulang dan hanya untuk dimakan ditempat pelaksanaan, menurut Ela, salah satu penjual tiket ia lebih banyak menjual tiket untuk umum, menurutnya Tiket untuk umum lebih murah dan kualitas durian yang disajikan untuk tiket dan VIP adalah sama. Uang dari penjualan Tiket tersebut merupakan dana untuk durian dan juga transportasi durian dari Desa Pemandang ke Pekanbaru. 

 
                                              


Dengan pesta durian ini, para petani dapat memperkenalkan budaya kearifan lokal dan buah durian asli milik masyarakat. Untuk mengumpulkan buah durian sebanyak 4.000 buah, panitia sudah berkoordinasi dengan masyarakat desa supaya dua hari menjelang hari H, buah durian tidak boleh dijual pada siapapun.

“Untuk mendapat 4.000 durian, kami hanya kumpulkan dua hari saja, dan masyarakat desa sudah sepakat. Inilah bentuk kearifan lokal kami. Dan jangan salah, di desa itu kalaupun ada warga yang tak punya pohon durian, dia boleh menikmati durian dari tetangganya, dan gratis. Kearifan lokal inilah yang mesti kita lestarikan,” ujar Purnomo panitia pelaksana melalui percakapan telpon.
 
Sementara itu salah seorang penjual tiket, ela menyatakan bahwa ia protes karena beberapa media online memberitakan bahwa event ini berlangsung hari sabtu, ngak mungkin dong pak event ini digelar bersamaan dengan Final Piala AFF Indonesia vs Thailand.

Jika Anda penasaran mencicipi bagaimana wangi aroma dan legit lezatnya rasa durian khas Rohul silahkan datang keacara ini dan untuk pembelian tiket dapat menghubungi Ela di 082386942191. (pn)
Pembangunan Masjid Agung Madani Islamic Center Pasirpengaraian,  dimulai  dengan peletakan batu pertama,  di awal tahun hijriah dan di penghujung tahun masehi, tepatnya  Senen 1 Muharram 1429 H  bersamaan dengan 29 Desember 2008  M,   oleh Bupati Rokan Hulu  Drs.H. Achmad, M.Si,  acara ini di hadiri oleh Kepala Dinas/Badan Kantor dan disaksikan oleh Dr. Mustafa Umar, MA,  penceramah ahli tafsir  Provinsi Riau.  Masjid Agung  di resmikan  pada hari, Jum”at  6 Agustus 2010, oleh Bupati Rokan Hulu Drs. H. Achmad, M.Si   



Berdiri nya Masjid Agung Madani Islamic Center berdasarkan ide Bupati Rokan Hulu  2 (dua) priode 2006-2016, Drs. H. Achmad, M.Si,  pendiriannya dilatar belakangi,  karena  belum  adanya masjid yang refresentatif untuk di jadikan sebagai tempat sholat dan kegiatan keagamaan setingkat kabupaten,  selain itu  cucu Syekh Ibrahim ini memandang perlu sebuah masjid kabupaten yang dapat di jadikan sebagai pusat aktifitas sekaligus simbul nya umat islam di rokan hulu,  apalagi  daerah ini dijuluki negeri seribu suluk, yaitu suatu daerah dimana  terdapat banyak masyarakat yang melaksanakan zikir di suatu tempat khusus ( surau )  yang disebut dengan   ber  “suluk”.




Masjid indah dan rapi penuh seni ini,  merupakan masjid yang di desain seperti  Masjid Nabawi di Madinah.  Bangunan Masjid Agung Madani Islamic Center pasir pengaraian  penuh dengan lambang dan symbol keislaman, yang mempunyai makna dan arti mendalam, memperlihatkan betapa tinggi dan mulianya agama islam. Masjid Agung yang telah menjadi icon Kabupaten Rokan Hulu yang di juluki negeri seribu suluk ini telah meningkatkan fungsi masjid yang tidak hanya setakad tempat melaksanakan ibadah sholat, melainkan telah di perluas sesuai dengan motto nya masjid sebagai sarana ibadah, meraih berkah meningkatkan marwah. dimana masjid di lengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana serta program dan kegiatan yang terencana, terukur serta mempunyai visi yang jauh kedepan., sehingga masjid agung madani islamic center pasir pengaraian telah menunjukkan bagaimana masjid yang profesional dan paripurna

Masjid Agung Madani Islamic Centre merupakan aset milik pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu yang pembangunannya didanai oleh APBD Kabupaten Rokan Hulu. Sampai saat ini tidak kurang dari 400 Miliyar telah dihabiskan untuk membangun Masjid yang dapat menampung 15.000 sampai 20.000 jamaah ini. Pengelolaan Masjid ini sepenuhnya diurus oleh Badan Pengelola Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu yang diketuai oleh Ir. Damri yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Rokan Hulu. Dalam kesehariannya beliau dibantu oleh 44 orang Pekerja profesional lainnya yang terdiri dari Pegawai Sekretariat, cleaning service, pekerja taman, petugas keamanan dan kesehatan.

Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana mulai dari tempat ibadah, Penyejuk Ruangan, Sound System dan multi media, sehingga menambah kenyamanan dalam menjalankan ibadah. Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu dihiasi dengan berbagai kaligrafi serta lampu gantung seberat 2 ton, terbuat dari Pelat Kuningan dari Italia, dan batu hias, Batu Oksi dari Jawa Timur, Batu Akik dari Kalimantan dan Turki, Batu Cris Topas dari Jawa Barat dan Batu Kalimaya dari Banten, kaca lampu Gold Spectrum dari Amerika dan bagian tengah merupakan perisai muslim, bagian pinggir terdapat rantai yang merupakan persatuan umat Islam, 8 bilah pedang sabilillah Khaidir Ali, 16 busur panah Syaidina Ali bin Abi Tholib dan 8 tombak Abu Bakar Assiddiq, ditambah dengan bunga Kusuma lambang kejayaan Islam dan dikelilingi surat Al-Fatihah, surat Al –Kafirun, surat Annas serta 99 Asmaul Husna.

Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu juga dilengkapi dengan sarana MCK Mandi Cuci Kakus) yang cukup dan memadai, tempat wudhu yang nyaman dan bersih, sejadah dari Turki. Sarana perpustakaan, baik digital maupun manual, TV Madani, Radio Daerah,  poliklinik, aula serbaguna, toserba serta ruangan belajar yang dilengkapi dengan akses internet. Sedangkan Pintu Islamic Centre Rokan Hulu, bagian timur, pintu utama babussalam, pintu kanan Khodijah, pintu kiri Aisyah, bagian selatan, pintu utama Aisyah I, pintu kanan Usman bin Affan, pintu kiri Umar bin Khatab, sedangkan pintu bagian utara, pintu uatama Khadijah I, pintu kanan Abu Bakar As Siddiq, pintu kiri Umar bin Khatab, sedangkan bagian Kubah utama diameter 25 M, tinggi 55 M dan didampingi 4 unit menara tinggi 66.66 M. Ditambah dengan menara setinggi 99 M.

Berbagai macam kegiatan dilaksanakan di Masjid Agung Madani Islamic Centre antara lain Sholat Fardu Lima waktu secara berjamaah, ceramah Agama yang dilaksanakan rutin setiap malam Kamis dengan materi dan penceramah yang sudah terjadwal dengan baik, menyelenggarakan buka puasa setiap hari Senin dan Kamis, I’tikaf bersama sekali dalam sebulan serta kegiatan peringatan hari besar Islam, terkhusus bulan Ramadhan disediakan baik sahur atau berbuka untuk 500 orang setiap harinya.


Masjid Agung Madani Islamic Centre (MAMIC) Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau pada Tahun 2015 dinobatkan menjadi Masjid Agung Percontohan Terbaik di Indonesia. Dasar hasil penilaian masjid terbaik yang dilakukan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia, berdasarkan keputusan Dewan Penilai Masjid Agung Percontohan Nomor 01/DPM.MA/XI/2015, tentang penetapan Masjid Agung Percontohan Tingkat Nasional Tahun 2015, diketuai Prof Dr. H. Ahmad Satori, Masjid Agung Madani Rohul menjadi meraih terbaik dari kategori Masjid Agung Percontohan Paripurna di Indonesia dengan nilai 90,28, selanjutnya, di posisi kedua ditempati Masjid Baiturrahman Provinsi Jawa Timur dengan nilai 88,77, dan posisi ketiga ditempati Masjid Agung Dr. Wahidin Soedirohoesodo di Daerah Istimewa Yogyakarta.


Alamat :

Tidak banyak yang mengenal Gua Tujuh Serangkai. Nama Gua Tujuh Serangkai  berawal dari kisah penemuan gua tersebut yang berangkai tujuh dan setiap gua memiliki ciri khas tertentu. Gua-gua tersebut memiliki keunikan sendiri , ada gua yang memiliki gletser dan juga memiliki sungai kecil.




Gua Tujuh Serangkai terletak di  Desa Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu. Untuk menelusuri atau mencari gua ini sebenarnya tidaklah sulit, namun karena tidak adanya rambu ataupun petunjuk arah sehingga Gua Tujuh Serangkai ini menjadi kurang dikenal dan populer bagi Traveller. Selain itu akses jalan menuju gua ini cukup sulit,kita mesti melewati perkebunan Karet dan kelapa sawit milik masyarakat, jalanan berbukit dan sungai menjadi tantangan tersendiri untuk mengunjungi gua ini.
SEJARAH KABUPATEN ROKAN HULU


Istana Kerajaan Rokan
Dahulunya, daerah Rokan Hulu dikenal dengan nama Rantau Rokan atau Luhak Rokan Hulu, karena merupakan daerah tempat perantauan suku Minangkabau yang ada di daerah Sumatera Barat. Rokan Hulu pada masa ini juga diistilahkan sebagai ‘Teratak Air Hitam’ yakni Rantau Timur Minangkabau di sekitar daerah Kampar sekarang. Hal ini mengakibatkan masyarakat Rokan Hulu saat ini memiliki adat istiadat serta logat bahasa yang masih termasuk ke dalam bagian rumpun budaya Minangkabau. Terutama sekali daerah Rao dan Pasaman dari wilayah Propinsi Sumatera Barat. Sementara di sekitar Rokan Hulu bagian sebelah Utara dan Barat Daya, terdapat penduduk asli yang memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan etnis Rumpun Batak di daerah Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara. Sejak abad yang lampau, suku-suku ini telah mengalami Melayunisasi dan umumnya mereka mengaku sebagai suku Melayu.

Sejarah Kabupaten Rokan Hulu Zaman Penjajahan Belanda
Sebelum kemerdekaan yakni pada masa penjajahan Belanda, wilayah Rokan Hulu terbagi atas dua daerah: 
  •  Wilayah Rokan Kanan yang terdiri dari Kerajaan Tambusai, Kerajaan Rambah dan Kerajaan Kepenuhan.
  • Wilayah Rokan Kiri yang terdiri dari Kerajaan Rokan IV Koto, Kerajaan Kunto Darussalam serta beberapa kampung dari Kerajaan Siak (Kewalian negeri Tandun dan kewalian Kabun)
Kerajaan-kerajaan di atas sekarang dikenal dengan sebutan Lima Lukah. Kerajaan-kerajaan tersebut dikendalikan oleh Kerapatan Ninik Mamak, sementara untuk penyelenggaraan pemerintahan di kampung-kampung diselenggarakan oleh Penghulu Adat. Sering dikenal dengan istilah ‘Raja itu dikurung dan dikandangkan oleh Ninik Mamak’. Pada tahun 1905, kerajaan-kerajaan di atas mengikat perjanjian dengan pihak Belanda. Diakuilah berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut sebagai landscape. Setiap peraturan yang dibuat kerajaan mendapat pengesahan dari pihak Belanda.

Pada masa penjajahan Belanda tersebut, bermunculan tokoh-tokoh Islam yang anti dengan Belanda. Beberapa diantarnya yang cukup fenomenal dan dikenang oleh masyarakat Riau dan nasional adalah Tuanku Tambusai, Sultan Zainal Abidinsyah, Tuanku Syekh Abdul Wahab Rokan dan sebagainya. Perjuangan para tokoh tersebut dibuktikan dengan adanya peninggalan sejarah seperti Benteng Tujuh Lapis yang merupakan benteng yang dibuat masyarakat Dalu-dalu atas perintah dari Tuanku Tambusai. Beberapa bukti sejarah lainnya adalah Kubu jua, Kubu manggis, Kubu joriang dan sebagainya.
 
Sejarah Kabupaten Rokan Hulu Zaman Penjajahan Jepang
Setelah Belanda mengalami kekalahan dengan Jepang, Jepang pun berkuasa di Indonesia termasuk di daerah Rokan Hulu. Pada masa Jepang, pemerintahan berjalan sebagaimana biasanya. Akan tetapi setelah beberapa orang raja ditangkap oleh penjajah Jepang, maka pemerintahan dilanjutkan oleh seorang ‘kuncho’ yang diangkat langsung oleh pihak Jepang.


Sejarah Kabupaten Rokan Hulu Zaman Pasca Kemerdekaan RI
Setelah kemerdekaan, daerah-daerah yang dijadikan landscape oleh Belanda dan Jepang tersebut dijadikan sebagai satu daerah Kecamatan. Sebelum menguatnya isu pemekaran daerah di Indonesia pada tahun 1999, Rokan Hulu tergabung dalam Kabupaten Kampar, Riau. Kabupaten Rokan Hulu resmi didirikan pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan
UU Nomor 53 tahun 1999 dan UU No 11 tahun 2003.



GEOGRAFIS KABUPATEN ROKAN HULU


Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Riau dengan ibu kotanya terletak di Pasir Pangaraian. Berdasarkan Permendagri No.66 Tahun 2011, Kabupaten Rokan Hulu memiliki luas wilayah sebesar 7.588,13 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 513.500 jiwa. Secara administratif, kabupaten ini memiliki 16 daerah kecamatan, 7 daerah kelurahan dan 149 daerah desa. Kabupaten Rokan Hulu dikenal dengan sebutan  "NEGERI SERIBU SULUK". Kabupaten Rokan Hulu  terletak pada garis lintang 00°25’20-010°25’41 LU 1000°02’56-1000°56’59 BT. Secara geografis, Kabupaten Rokan Hulu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
  • Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara
  •  Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar
  •  Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat
  •  Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir
Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16 kecamatan, yaitu sebagai berikut :
  • Kecamatan Bangun Purba
  • Kecamatan Kabun
  • Kecamatan Kepenuhan
  • Kecamatan Kunto Darussalam
  • Kecamatan Rambah
  • Kecamatan Rambah Hilir
  • Kecamatan Rambah Samo
  • Kecamatan Rokan IV Koto
  • Kecamatan Tambusai
  • Kecamatan Tambusai Utara
  • Kecamatan Tandun
  • Kecamatan Ujungbatu
  • Kecamatan Pagaran Tapah Darussalam
  • Kecamatan Bonai Darussalam
  • Kecamatan Kepenuhan Hulu
  • Kecamatan Pendalian IV Koto

LAMBANG KABUPATEN ROKAN HULU
  • Payung berlajur lima, bermakna Kabupaten Rokan Hulu terdiri lima luhak yang memiliki adat istiadat yang mesti dilindungi oleh PEMKAB Rokan Hulu.
  • Keris memiliki makna semangat juang untuk mencapai cita-cita pembangunan demi tujuan prospek masa depan.
  • Bintang memiliki makna, masyarakat Rokan Hulu berpegang teguh pada ajaran agama.
  • Dua belas butir padi, bunga dan sembilan gundukan bukit dengan sembilan bayangan memiliki makna Kabupaten Rokan Hulu yang makmur, sejahtera dan bersahabat yang berdiri tanggal 12 Oktober 1999.
  • Benteng Tujuh Lapis, memiliki makna semangat juang masyarakat Rokan Hulu dalam membela Marwah seperti perjuangan Tuanku Tambusai.
  • Lingkaran, memiliki makna bahwa masyarakat yang terdiri dari berbagai suku diikat oleh tali persahabatan yang kokoh.
  • Tiga buah anak sungai, memiliki makna bahwa gerak semangat pembangunan yang tak pernah surut.
  • Pita Putih yang bertuliskan Kabupaten Rokan Hulu, memiliki makna kesucian hati dan tenggang rasa masyarakat.
  • Lingkaran Setengah Oval dengan warna dasar hijau melambangkan kemakmuran
Aek Martua is the name of a river in the Village area Bangun Purba Tangun District Rokan Hulu in Riau Province. This river is located in a hilly area which is often also called by local people with the name "Bukit Simalombu". This region is a natural forest Forest Park status. Aek Martua name comes from Mandailing tribal languages meaning "Air Bertuah", which the majority of these villagers are tribal Mandailing.

Taman Nasional Bukit Suligi adalah wisata alam andalan Wisata Riau. Taman Nasional Bukit Suligi memiliki jenis flora dan fauna yang dilindungi oleh pemerintah, ada danau yang indah di dalam taman ini  yang dijadikan sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat yang berkunjung. Selain berekreasi tempat ini dijadikan tempat penelitian biologi yang membuat tempat ini menarik. Terdapat sumber air panas yang tidak terlalu besar serta goa-goa dan seramnya hutan yang lebat. Dan bagi penggemar adventure tourism seperti arung jeram juga ada disini. Bagi para wisatawan yang ingin bermalam ditempat ini disediakan camping ground.



Bukit Suligi National Park is a natural tourist mainstay Riau Tourism. Bukit Suligi National Park has unique flora and fauna that are protected by government. There is a beautiful lake in the park that is used for recreation by the visitors. Apart from recreation this place is also used for biological research. There is also hot spring that is not too big, cave and thick forest for those who one to stay overnight there is a camping ground available 

Kredit Photo : Krishadiawan 
Danau Cipogas terletak di Desa Haiti dan Desa Sialang Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Di Danau Cipogas terdapat Bendungan Kaiti terdapat batu-batuan yang besar dengan aliran sungai dari kaki Bukit Haorpit yang terjal dan berbatu, konon dahulu kala tempat petua-petua melakukan semedi/pertapaan. Daerah ini memiliki cerita/dongeng yang dapat kita tanyakan kepada juru kunci daerah ini. Daerah Cipogas dan Bendungan Kaiti dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua sekitar 4 km dari Pasirpengarayan serta bersimpangan dengan objek Air Panas Pawan dan Goa Huta Sikafir, disamping itu bendungan yang genangan airnya menjadikan tempat ini cocok untuk berekreasi sambil mendayung kereta air yang dapat disewa kepada pemilik kereta air di sekitar danau, kegiatan ini lebih cocok untuk melihat tebing batu-batu sungai sepanjang danau ke hulu Sungai Cipogas, di hulu sungai ini tidak jauh berjalan ada tebing yang terjal untuk kegiatan panjat tebing, di sini selalu dijadikan kegiatan pertandingan panjat tebing alam

DANAU CIPOGAS DI KECAMATAN RAMBAH ROKAN HULU, RIAU
SEPEDA AIR DI OBJEK WISATA DANAU CIPOGAS


Cipogas Lake Village is located in Haiti and the village of beehive Rambah Rokan Hulu District. In Lake Cipogas there   Kaiti Dam. Huge rocks with river flowing from Haorpit hills that is steep and rocky was said to be a place for meditating. This area has a legend that we can ask the guardian of the area. Cipogas area and Kaiti dam is accessible by motorbike. It is about 4 km from Pasirpengaraian. Water releases from the dam make it suitable for recreation. You can rent the water cycle. This activity will allow you to see the rock by the river bank from one end of the river to Cipogas river. You can also do rock climbing


DANAU CIPOGAS DAN BENDUNGAN KAITI DI ROKAN HULU



Kredit Photo : Rilham (Forum Skycrapercity Riau)
Kredit Teks : Riau Tourism Board





































































Istana Rokan (Rumah Tinggi) terletak di Desa Rokan IV Koto kira-kira sekitar 46 km dari Pasirpengaraian. Istana Rokan adalah peninggalan dari kesultanan “Nagari Tuo” berumur 200 tahun. Istana dan beberapa rumah penduduk sekitar ini memiliki koleksi ukiran dan bentuk bangunan lama khas Melayu (Rumah tinggi).


Rokan Palace . It is located in Rokan VI Koto Village about 46 km from Pasirpengaraian. Rokan Palace was left behind from the kingdom “Nagari tuo” about 200 years ago. The palace and a few houses in that area have a unique collection of carving and the design which is uniquely Malay.

Dokumentasi : Krishadiawan (Forum Skycrapercity Riau) 
Makam Raja-Raja Rambah terletak di Desa Kumu sekitar 9 Km dari Pasirpengaraian dan masuk sekitar 100 meter dari jalan propinsi dengan kondisi jalan semenisasi. Daerah ini adalah bekas Kompleks kerajaan Rambah yang terakhir, terdapat beberapa makam Raja Rambah yang terkenal. Masuk ke tempat ini berkesan suasana angker dikarenakan makam-makam telah ditumbuhi kayu-kayu besar, ada salah satu makam raja Rambah yang dilindungi oleh urat-urat kayu ara sehingga makam tersebut seperti terletak di dalam pangkal kayu sehingga para peziarah melihat makam harus merunduk masuk kedalam jalinan urat kayu ara tersebut.
 
Rambah Kings Tomb. It is located in Kumu Village about 9 km from Pasirpengaraian and it is about 100 meters from Jalan Propinsi. This used to be the last King of Rambah Complex. There are a few tombs of the famous of kings of Rambah. This area is quite spooky because the tombs have huge trees growing from

Sumber :
Riau Tourism Board