Genggong merupakan alat musik jenis harpa mulut
yang banyak tersebar di Indonesia dan Alat musik ini dimainkan sebagai
hiburan pada waktu senggang.
Genggong adalah alat musik yang terbuat dari bambu, pelepahenau, kayu, atau logam, yang dimainkan dengan mendekatkannya ke rongga mulut, kemudian menarik-narik utas (tali) yang dihubungkan dengan lidah getar pada alat musik tersebut, atau memetik lidah getar berupa lamelalogam, sedangkan mulut si pemakai berfungsi sebagai resonator.
Genggong merupakan alat musik khas tradisional Suku Talang Mamak yang
terbuat dari pelepah enau. Umumnya Begenggong (memainkan Genggong)
dilakukan pada saat- saat istirahat menghibur diri sendiri. Dapat juga
dimainkan pada saat menunggu padi masak, acara-acara begawai atau upacara-upacara tradisional lainnya pada Suku Talang Mamak.
Bagi jejaka, begenggong dilakukan pada saat malam hari untuk memanggil
gadis agar turun ke tanah. Begenggong bagi jejaka adalah untuk memikat
anak gadis.
Bagaimana dengan Alunan Suara Genggong, saksikan video berikut :
Kesenian berdah Inhil bukan hanya sekedar Kesenian musik melayu tetapi telah menjadi simbol yang kuat terhadap nilai-nilai
Islam yang telah menyatu kedalam budaya Melayu. Berdah
dimainkan pada acara pesta pernikahan, Perayaan Hari Besar
Islam, Qasidah, barsanji, Tepung Tawar serta acara lainnya.
Berdah berisikan lantunan pujian dan sanjungan untuk Nabi besar Muhammad SAW , berdah dimaikan dengan rebana dan pemain rebana duduk bersila. Di Indragiri Inhil berdah cukup familiar di Masyarakat Mandah, bahkan berdah dijadikan mata pelajaran ekstra kurikuler bagi siswa dengan tujuan
agar kesenian tradisional islami ini tidak punah.
Berdah Inhil pada event wisata religi gema Muharram
1438 Hijriyah lalu telah dicatat sebagai Rekor MURI dengan Rekor Penabuh
berdah terbanyak yaitu 1001 penabuh, tidak hanya itu Berdah Inhil pernah menjadi salah satu ritual pada saat Tepung tawar Bakal Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno.
Salah cara yang dilakukan Riau agar Berdah ini Tetap lestari adalah dengan mengusulkan Berdah Inhil sebagai Warisan Budaya Tak Benda bersama 60 Warisan Budaya lainnya, namun Berdah gagal menjadi Warisan Budaya Tak Benda, selain di Inhil Berdah juga ada di kepulauan Riau, Sumatra Utara, dan Jambi.
Penasaran dengan Berdah, berikut cuplikan Singkat Video Berdah :
Benteng Tujuh Lapis terletak di Dalu-Dalu Lingkungan Benteng Tujuh Lapis Kelurahan Tambusai Tengah Kecamatan TambusaiKabupatenRokanHulu.Bentenginiberadadalam kawasanpemukimanpenduduk,danberadadipinggirsungaisosah.Bentengini berjarak sekitar 30Km dari Pasir
Pangaraian Ibukota
kabupaten Rokan Hulu dan sekitar 210kmdaripekanbaruIbukota ProvinsiRiau.
Sejarah
pendirian benteng ini tidak terlepas dari Tuanku Tambusai, Tuanku Tambusai lahir pada masa zaman
kekuasaan Duli yang dipertuan Besar Radja ke-14 Kerajaan Tambusai. Nama asli Tuanku
Tambusai adalah Muhammad
Saleh, bapaknya
bersamaMaulanaKali,seorangQadhi,alimulama,danImamdalam Kerajaan
Tambuaai. Masa kecil Tuanku Tambusai dihabiskan di tempat-tempat dengan nilai religius karena sering mengikuti
kegiatan bapaknya
yang seorang
Imam Tambusai. Tuanku Tambusai
memiliki sifat yang menarik perhatian orang yaitu pendiam, cepat mengerti dan memiliki pendirian
yangkokoh. Tuanku Tambusai memperdalam ilmu dan pengetahuan agamanya di Minangkabau , ia berguru Kepada Tuanku Imam
Bonjol dan
Tuanku Rao) dan kemudian ia ke Mekkah. Setelah kembali ke kampung halamannya Tuanku Tambusai muda menggantikan kedudukan Ayahnya sebagaiseorangQadhi.
Meriam Peninggalan Tuanku Tambusai
Bersama Tuanku lmamBonjol dan Tuanku Rao, Tuanku Tambusaimencetuskan pemikiran pembaharuan
di bidang agama Islam (pemberantasan bid'ah serta. hal-hal yang bertentangan
dengan Islam). TuankuImamBonjoldanTuankuRaodidaerahBonjoldanRao,sedangkan Tuanku TambusaididaerahTambusai.
Mereka secara bersama bergabung dalam satu wadah yang dinamakan "Kaum Paderi""yang dipimpin olehPeto Syarif yang kemudian terkenaldengansebutanTuankuImamBonjol.
Sebelum Tuanku imam Bonjol, Tuanku Rao dan Tuanku Tambusai berjuang dengan Gerakan Kaum Paderi, gerakan Paderi telah dirintis mulai Tahun 1803 oleh HajiMiskin,HajiSumanikdan Haji Piobang dan Gerakan ini
ditentang oleh kaumadat danterjadilahperperangan saudara antara keduanya dan kaum Adat dibantu oleh Belanda. Momen ini dimanfaatkan oleh Belanda untukikutcampurdalamtatanan kehidupanmasyarakatminangkabau hingga akhirnya terjadilah Perang antara Kaum Paderi dan Kolonial Belanda.
Salah Satu Lapis Dari Benteng Tujuh Lapis
BentengTujuhLapisDalu-Daluinididirikanpadatahun1835olehTuanku
Tambusaiyangfungsinyasebagaikubuperlahanandalammelawanpenjajah Belanda.PadaawalnyabentenginidinamaiKubuAurDuri,karenaparitdan tanggul pertahanan benteng ini diperkuat
dengan aur berduri.
Benteng inisargat kokoh dan kuat,
benteng terdiri dari
tanggul pertahanan yang berjumlah tujuh lapis dan tiap lapis dilapisi lagi oleh kubu kubu kecil dan ditamai bambu berduri. Bagian belakang benteng langsung berhubungan dengan Sungai Sosah sebagai jalur pelarian untuk menyelamatkan diri,
Benteng Tujuh Lapis berulang kali diserang oleh Belanda namun selalu gagal, Padatanggal27November 1873.KolonelMichielsdiangkatmenjadi Gubernur Militer baru untuk menghadapi Tuanku Tambusai, karenakuatnya pertahanan Benteng Tujuh Lapis , Kolonel Micheils memintabantuan
pasukan dari Batavia. Pasukan bantuan ini terdiri dan empat kompi dari pasukan Batalyon ke-6
dan di bantu pasukan pribumi yang berpihak
kepada Belanda. Selain itu Micheils dibantu Mayor Bethoven yang bergerak dari Lubuk Sikaping dengan 1.500 pasukan dan juga Mayor Weslenberg dengan 2 kompi pribumi.
Gelanggang Silat Tuanku Tambusai
Gelanggang Silat Tuanku Tambusai
Menurut Laporan Micheils kepada atasannya tertanggal 12 Februari 1839 ,bahwa Banyak Korban Jiwa dari Belanda antara lain Mayor Bethoven tewas, dan Kolonel Micheils berhasil merebut Benteng Tujuh Lapis pada tanggal28 Desember 1838 , dan Tuanku Tambusai berhasil melarikan diri dan Hijrah ke Malaysia dan hingga di penghujung hidupnya Tuanku Tambusai wafat dan dimakamkan di Malaysia dan Dulunya sudah ada upaya dari Pemerintah Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau untuk memindahkan Makam Tuanku Tambusai dari Malaysia ke Indonesia, namun usaha tersebut gagal, di Malaysia Tuanku Tambusai di anggap Tokoh dan juga Penyebar Agama Islam.
Kokohnya pertahanan Benteng Tujuh Lapis ini dapat dilihat dari lamanya waktu pertempuran dalam merebut Benteng , berdasarkan Catatan Kolonel Michels ia dan pasukan bertempur selama 11 hari hingga akhirnya Benteng berhasil dikuasai. Salahsatufaktorpenyebabadanyarasacintatanahairyangtinggidikalangan
parapengikutTuankuTambusaiadalahkarenafaktorwibawa,jiwakepemimpinan yang baik, tidak mau kompromi, sertakecerdasanyangdimilikioleh Tuanku Tambusai, Tuanku Tambusai dapat menyatakan pengikutnya yang berasal dari
kelompok etnis
yang berbeda seperti Melayu,MandailingdanMinangkabauyangmendiamitigawilayahyangberlainan (Minangkabau,
Melayu dan
Mandailing).
Bekas Lokasi pengintaian yang dijadikan Rumah Penduduk
Karena perjuangan dan kehebatannya, oleh pihak Belanda Tuanku
Tambusai di juluki Padriesche Tiger van Rokan' atau Harimau Paderi dari RokanyangbertempurdiRiau,TapanulidanMinangkabaubagianutara.Dan
berkat jasa-jasa dan kepahlawanannya dalam melawan penjajahBelanda , Pemerintah Republik Indonesia Menetapkan Tuanku Tambusai Sebagai Pahlawan Nasional melalui Ketetapan SK. No. 071/TK/Tahun 1995 arggal 7 Agustus 1995 .
Berdasarkan data yang didapat bahwa benteng Tujuh Lapis pada Tahun 1838 berbentuk segi empat yang terdiri dari gundukan tanah (disebut Kubu) dan diantara kubu kubu dialiri air dengan dealaman 7 hingga 10 meter dan disekeliling benteng ditanam bambu berduri dan pintu gerbang benteng dibuat tiga lapis dari kayu dan diberi lubang untuk pengintai dan menembak musuh. Kini kawasan sekitar Benteng dijadikan penduduk sebagai tempat tinggal, dan di sekitar Benteng terdapat sebuah laman silat dan juga sebuah tanah kosong yang luas dan sering dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga, berkemah serta kegiatan sosial masyarakat lainnya.
Kini Kawasan Benteng telah direvitalisasi dengan dibangunnya penerangan disekitar Benteng, kemudian juga dibuat tanggul untuk menghindari abrasi sungai, serta di buat tempat duduk untuk bersantai warga serta wisatawan yang ingin berkunjung dan disekitar Benteng dengan jarak sekitar 2 km dibangun Diorama Perjuangan Tuanku Tambusai.
Cara Menuju Lokasi Benteng Tujuh Lapis
Untuk mengunjungi lokasi Benteng Tujuh Lapis yang berada di
Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan
Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat
maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota
Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan lebih kurang sejauh dua ratus
kilometer , dengan waktu tempuh normal 4 ,5 hingga 5 jam perjalanan.
Perjalanan
dilakukan menuju Tambusai Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat
dilakukan melalui akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta
melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan
perjalanan, Anda bisa
menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang
Anda cari.
Selain itu
untuk memudahkan serta kenyamanan anda juga dapat menggunakan Jasa
Travel Pekanbaru - Tambusai dengan Biaya Rp.120.000,- sekali Perjalanan,
Alam Travel menjadi salah satu Referensi kami untuk Perjalanan
Pekanbaru - Tambusai atau sebailknya Tambusai - Pekanbaru , keramahan
Supir dan juga keamanan dalam mengemudi Kendaraan menjadi Ciri Khas dari
Alam Travel. Untuk menikmati perjalanan bersama Alam Travel dapat
menghubungi Nomor 08217228279.
Kesenian Iranon dengan Iringan Musik kelintang merupakan Kesenian masa lalu yang terdapat di Desa Kuala Patah parang Kecamatan Sungai Batang Kabupaten Indragiri Hilir.
Kesenian ini dibawakan oleh Ibu-Ibu, rata-rata mereka berusia lanjut, dan Kesenian ini biasa dilantunkan pada saat acara pernikahan. Kesenian Iranun merupakan kesenian dari Melayu Timur , dan Melayu Timur merupakan Suku Bangsa di Mindanao Filipina Selatan dan kemudian berkembang ke Sabah (malaysia) dan juga Indonesia (Jambi dan Riau)
Kesenian Suku Iranon menggunakan alat musik Agong (gong), Gandang (gendang), Kulintangan/Ghulintangan (Kelintang), Bebendir dan Debak, serama, anduk-anduk dan kudidi (kedidi).
Tradisi
merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun
kepada generasi ke generasi yang membuat tradisi tersebut akan selalu ada, tradisi tidak akan
hilang telan bumi, tidak menjadi abu karena terbakar, tidak
akan hanyut karena ombak, dan tak lapuk karena hujan.
Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dipertahankan adalah Menumbai, menumbai adalah Ritual mengambil madu di sebagian besar Wilayah Riau, namun yang terkenal adalah tradisi Menumbai Madu Sialang Petalangan Pelalawan. Menumbai Madu Sialang masyarakat Melayu Petalangan merupakan suatu ritual pengambilan madu lebah yang ada di suatu
pohon besar dan biasanya pohon tersebut adalah pohon Sialang.
Kerajaan Tambusai merupakan salah satu kerajaan Melayu di wilayah Rokan Hulu. Raja-raja Kerajaan Tambusai ini masih memiliki tali persaudaraan dengan Raja-raja dari Kerajaan Rambah, dimana KerajaanTambusai merupakan cikal bakal Kerajaan Rambah.
Secara umum lokasi ini merupakan kompleks pemakaman dari Raja-raja Tambusai. Dari sekian banyaknya makam yang ada di kompleks pemakaman ini, ketokohan yang bisa diketahui oleh masyarakat hanya makam Tengku Kahar gelar T. H.Mohamad Sutan Ningat T. Acman. Oleh karena penamaan kompleks makam ini dinamai Makam Kahar/Raja Tambusai.
Makam ini berada dalam lahan yang merupakan kompleks pemakaman umum. Pemakaman ini hingga sekarang masih difungsikan sebagai pemakaman umum untuk masyarakat sekitar benteng tujuh lapis dan dalu dalu.
Makam ini berbentuk gundukan tanah setinggi kurang lebih 1,5 m. Di gundukan tersebut terdapat 2 makam yaitu makam Raja Kahar dan makam yang belum dapat diketahui dengan pasti keberadaan tokoh yang dimakamkan.
Makam sudah dapat dikatakan sebagai makam Islam, terlihat dari orientasi nisan makam yang sudah menghadap kiblat. Luas gundukan tanah yangmenjadi jirat makam kurang lebih 4 m x 4 m. Sedangkan, ukuran dan makam adalah 2 m x 1,5 m. Nisan makam terbuat dari batu granit berwarna abu-abu kehitaman. Nisan sudah mengalami pengolahan, berjenis nisan tipe Aceh berbentuk seperti “piala” yang menandakan yang dimakamkan berjenis kelamin laki-laki.
Pada nisan bagiankepala terdapat tulisan arab melayu yang bacaannyaKahar, yang berarti penanda bahwa tokoh yangmakamkan adalah bernama Kahar. Dalam data sejarahnama Kahar lebih dikenal Maruhun Qahar yangmerupakan salah satu Raja Kerajaan Tambusai yang di Dalu-Dalu pada abad ke-XVI Masehi.
Makam ini merupakan Salah Satu Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Rokan Hulu yang telah mendapat pengakuan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Register : 05/BCB-TB/B/05/2007
Sumber Daftar Cagar Budaya Tidak Bergerak Kabupaten Rokan Hulu Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat (Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau dan kepulauan Riau)
Koba merupakan salah satu tradisi lisan masyarakat Melayu yang tinggal
di daerah pesisir Sungai Rokan (sekarang menjadi Rokan Hulu dan Rokan
Hilir) serta di daerah Mandau (sekarang masuk daerah Bengkalis). Koba
disampaikan dengan gaya bernyanyi, baik oleh laki-laki maupun perempuan.
Orang yang menyanyikan koba disebut tukang koba. Koba di daerah Sungai
Rokan menggunakan bahasa logat Rokan, sementara yang di daerah Mandau
menggunakan logat sakai. Pertunjukan koba biasanya dilakukan di
acara-acara perhelatan kampung seperti pernikahan, khitan dan
sebagainya. Penyampaian koba oleh tukang koba dapat menggunakan music
maupun tidak. Bagi yang menggunakan musik, alat musik yang digunakan
biasanya menggunakan babano atau rebana dan gendang.
Koba dalam Bahasa Rokan berarti Kabar sedangkan Bakoba berarti Memberikan Kabar, Koba ataupun Bakoba berisi nasihat kehidupan, cerita alam, hewan,
makhluk halus, manusia, dewa, kayangan,
kecantikan, ketampanan, kegagahan dan kadang diselingi dengan
kisah-kisah lucu dan mengandung unsur edukasi dan nilai sejarah dan juga keagamaan.
Di Rokan Hulu, di Pasir Pengaraian , Kecamatan Tambusai, Rambah serta daerah lainnya KOBA ataupun BAKOBA dijadikan sebuah tontonan ataupun pertunjukan dalan sebuah acara Pernikahan, Koba dibacakan di malam hari baghda Isya dan pembacaanya dilakukan selama beberapa malam dengan cerita bersambung, dan ritual tersebut diawali dengan mensucikan diri atau mengambil wudhu oleh Tukang Koba kemudian tukang koba akan makan sirih lalu ia
membacakan pantun singkat tentang proses perjalanannya hingga sampai ke
tempat berkoba, dengan menyampaikan ungkapan terimakasih kepada
Tuan Rumah yang memiliki hajat.
Beberapa waktu lalu kami (riaudailyphoto) berbincang dengan Pak Taslim yang didaulat menjadi Maestro Koba oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menurut Penuturan Pak Taslim yang bergelar Datuk Mogek Intan, Koba merupakan salah satu sastra Lisan yang ada di Rokan Hulu yang terancam punah, di usianya yang senja Pak Taslim cukup risau karena hingga saat ini belum banyak penerusnya yang mampu menjadi Peng-Koba.
Cerita-cerita yang disajikan tukang koba, umumnya adalah pengembaraan
tokoh atau pahlawan-pahlawan rekaan lokal, dengan bentang-ruang
horisontal yang terbatas pada selat-selat, teluk, tanjung,
sungai-sungai, dan daratan pesisir. Sedangkan bentang-ruang vertikalnya
mencakup bumi hingga kayangan. Sebagian kecil dari korpus cerita koba
dianggap sakral, karena menceritakan tokoh yang dikeramatkan oleh tukang
koba. Untuk cerita yang demikian, penceritaannya tidak memerlukan
perlakuan khusus. Namun saat menamatkannya, tukang koba melakukan ritual
tertentu, dengan berdoa dan menyembelih ayam atau kambing pada petang
sebelum cerita itu ditamatkan. Orang yang punya hajat juga harus
menyediakan seperangkat persembahan kepada tukang koba, yang terdiri
dari pisau belati, sekabung kain putih, dan limau purut.
Koba-koba yang terkenal misalnya Koba Panglimo Awang, Koba Gadih Mudo Cik Nginam, Koba Panglimo Dalong, dan Koba Dang Tuanku.
Sumber :
Wawancara Langsung Dengan Pak Taslim
Menonton Langsung Pertunjukan Koba di Lancang Kuning Art Festival dan di Acara Pernikahan di Tambusai
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/koba/
Penasaran apa itu Koba, bisa menyaksikan di video berikut :