Tampilkan postingan dengan label PELALAWAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PELALAWAN. Tampilkan semua postingan

Batik Indonesia
telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada tanggal 2 Oktober 2009, sejak saat itu tanggal 2 Oktober diperingati sebagai hari Batik Nasional. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu, atau biasa dikenal dengan kain batik (Ari Wulandari). Abiyu  Mifzal juga menambahkan batik berasal dari bahasa Jawa yaitu “amba” yang artinya titik atau mantik (kata kerja membuat titik), yang kemudian berkembang menjadi istilah “batik”, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar .
 
Dalam perkembagannya kini Batik tidak hanya berada di jawa saja, tetapi telah merambah ke berbagai daerah di indonesia dan bermunculan Batik batik lokal dengan berbagi kreasi terutama kearifan Lokal. Dan salah satu dari Batik yang bermunculan tersebut adalah Batik Bono yang berasal dari Pelalawan Provinsi Riau. 


Batik Bono  merupakan  pengrajin batik yang tergabung dalam Usaha Kecil Menengah hasil program binaan PT.RAPP, yang diberi nama Rumah Batik Andalan. Rumah Batik Andalan berdiri pada tanggal 1 Desember 2013 yang diketuai oleh Ibu Siti Nurbaya, dan telah memproduksi batik sejak tahun 2015. Batik hasil produksi Rumah Batik Andalan ini diberi nama batik Bono, Bono merupakan objek wisata andalan Kabupaten Pelalawan. Gelombang Bono menjadi  Objek utama yang dituangkan dalam media kain hingga menjadi Batik, tidak hanya Gelombang  Bono saja, Rumah Batik Andalan juga menggunkan motif Flora dan Fauna yang ada di Pelalawan sebagai motif Batik yaitu Daun Akasia, Daun Eukaliptus, Timun Suri,  Lakum. dll.

Batik Bono dari Andalan tidak hanya hadir sebagai Cinderamata Khas Pelalawan, tetpi juga sebagai media promosi atau memperkenalkan Ikon daerah pelalawan melalui media Batik, Gelombang  Bono sebagai objek wisata dan juga flora dan fauna khas Pelalawan dapat lebih dikenal oleh orang banyak melalui Batik Bono.
 
Batik  Bono tidak hanya digunakan oleh warga Pelalawan tetapi telah diekspor  Singapura, Malaysia, Brazil, China, dan Afrika Selatan. Batik Bono cukup nyaman dan mewah jika digunakan, Batik Bono telah digunakan oleh Artis Gita Gutawa, Jenita Janet dll, selain itu  Batik Bono juga pernah digunakan sebagai seragam dari Pasukan Pengamanan Presiden (PASPAMPRES), Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Dalu-Dalu dan tentunya masih banyak instansi lainnya yang menggunakan Batik Bono sebagai Seragam Kerja.

Pemilihan warna cerah menjadi salah satu ciri khas batik Bono , warna  merah, kuning dan hijau mendominasi Batik Bono, Batik Bono ini bisa didapatkan melalui pemesanan Online di Akun Instagram Rumah Batik Andalan dan dijual dengan Harga sekitar Rp.300.000,- hingga Rp.700.000,-.  Hasrinaldi salah satu pengguna Batik Bono mengungkapkan bahwa ia telah memiliki belasan Batik Bono, dan ia sudah langganan sejak dari dulu dan ia juga selalu menghadiahkan Batik Bono kepada teman-temannya yang berada di luar kota. Ia mengungkapkan Bahwa Batik Bono cukup berkelas dengan perpaduan warna, motif dan juga kainnya yang premium.
 
Keberadaan Batik Bono sebagai Cinderamata tidak bisa dipandang sebelah, tercatat Batik Bono Pelalawan merupakan Pemenang Anugrah Pariwisata Riau 2021 Nominasi Cindera Mata Terpopuler dan juga menjadi Nominasi Cinderamata Terpopuler pada API Award 2021 dan berikanlah dukungan pada Bati Bono dengan Vote pada akun IG @ayoalanjalanindonesia dan SMSm di 99386 vote dimulai pada 1 Juli 2021
.
Cagar budaya adalah daerah yang kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dari bahaya kepunahan. Menurut UU no. 11 tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Ada Lima Kategori Cagar Budaya yaitu sebagai berikut :
Benda
Benda cagar budaya adalah benda alami atau buatan manusia, baik bergerak atau tidak, yang punya hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan sekarang.
Bangunan
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding, tidak berdinding dan atau beratap.
Struktur
Struktur Cagar Budaya adalah suatu susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.
Situs
Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.
Kawasan
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

Kabupaten Pelalawan memiliki Banyak Cagar Budaya  ,  berikut kami rangkum Cagar Budaya yang ada di Pelalawan :
Togak tonggol merupakan tradisi menegakkan tonggol kebesaran pebatinan dan suku pada masyarakat adat Petalangan di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau yaitu wilayah yang berada di bawah naungan Datuk Rajo Bilang Bungsu. Tonggol terbuat dari kain persegi empat yang pada bagian bawahnya berjumbai-jumbai. Tonggol dimiliki oleh perangkat adat yaitu batin, penghulu, dan ketiapan (pembantu batin, induk suku). Masing-masing memiliki tonggol dengan warna-warna khas yang membedakan satu dengan lainnya. Hampir semua warna boleh dijadikan warna dasar tonggol, kecuali warna kuning yang merupakan warna kebesaran Sultan.

Pada tonggol-tonggol tersebut dapat dihias dengan warna-warna lain, seperti yang ada pada foto di atas. Warna-warna yang dipakai dalam tonggol antara lain warna-warna yang memiliki makna adat, yaitu: 1) Hitam yang melambangkan adat, 2) Putih yang melambangkan alim ulama (agama), 3) Kuning yang melambangkan raja, 4) Hijau melambangkan rakyat.

Tonggol diwariskan secara turun temurun dan menjadi alat kebesaran bagi pebatinan dan pesukuan. Setiap tonggol disimpan di rumah suku (rumah soko) karena setiap tonggol adalah milik suku. Sebagai alat kebesaran adat, tonggol juga bermakna marwah. Oleh karena itu, tradisi Togak Tonggol tidak hanya bermakna menegakkan alat kebesaran, tetapi juga menegakkan marwah.

Tegaknya tonggol juga menjadi penanda bahwa anak-kemenakan yang berada dalam lindungan datuk adat berada dalam hubungan yang harmonis dan tidak ada ketegangan. Hal ini disebabkan setiap tonggol tidak berada di tangan datuk adat, batin atau ketiapan, melainkan berada di rumah suku (pihak perempuan). Apabila hubungan antara datuk adat dan anak-kemenakan tidak harmonis akan sulit untuk mengeluarkan tonggol dari rumah soko. Seorang batin atau ketiapan yang tidak dapat menegakkan tonggolnya bermakna ia sebagai pemimpin suku tidak dapat melindungi anak-kemenakan dan bagi orang Petalangan sangat memalukan. Tonggol utama yang harus ditegakkan yaitu tonggol Datuk Rajo Bilang Bungsu, pemimpin seluruh pebatinan di wilayah Langgam. Apabila tonggolnya tidak dapat ditegakkan karena satu atau lain hal, maka tradisi Togak Tonggol tidak dapat dilaksanakan.

Sebagai alat kebesaran dan marwah, tonggol tidak dapat ditegakkan setiap saat dan harus ditegakkan dengan memenuhi syarat-syarat adat. Oleh karena itu, tradisi Togak Tonggol erat terkait dengan tegaknya marwah, karena di sinilah datuk adat (batin dan ketiapan) sebagai ninik-mamak memperlihatkan dukungan dan kebersamaan anak-kemenakan yang dinaunginya.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan upacara Togak Tonggol dinyatakan dalam dari pepatah adat berikut ini “apobilo kebesaran itu nak naik, balai talintang, agung totangkuik, kambing tabebek, silat tari dimainkan”, artinya ada tiga syarat utama Togak Tonggol yaitu:

Menyediakan balai atau tempat acara gondang ogung,  Menyediakan seekor kambing dan Pencak silat. Menurut kepercayaan setempat, apabila ketiga syarat tersebut tidak dipenuhi akan mengundang bencana. Namun, seiring perkembangan zaman, syarat tersebut dianggap berat sehingga tradisi ini pun mulai jarang dilaksanakan oleh masyarakat untuk keperluan pribadi.

Kini di wilayah naungan Datuk Rajo Bilang Bungsu, tradisi Togak Tonggol telah menjadi acara rutin tahunan yang didukung oleh pemerintah daerah. Waktu pelaksanannya menjelang bulan Ramadhan disejalankan dengan tradisi Balimau Potang Mogang. Pesertanya adalah pebatinan dan ketiapan yang berada di wilayahnya.

Tujuan tradisi Togak Tonggol menurut Datuk Rajo Bilang Bungsu adalah: 1) untuk menjalin silaturahmi antara batin dengan batin, ketiapan dengan ketiapan (pemuka adat Petalangan), beserta seluruh anak-kemenakan; 2) mempererat hubungan antara adat dengan pemerintah; 3) untuk memperlihatkan budaya dan adat di Kecamatan Langgam. Ketiga tujuan ini diterjemahkan di dalam seluruh rangkaian penyelenggaraan Togak Tonggol.

Pada Tahun 2020 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 153 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Tradisi Togak Tonggol Pelalawan menjadi salah satu dari Warisan BudayaTak Benda dengan Nomor Registrasi 202001113.

 

 

Sumber 

(https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/tradisi-togak-tonggol-pelalawan/ oleh  Sita Rohana (Peneliti Madya BPNB Kepri)

Zapin atau Zafin adalah sejenis tarian yang pada dasarnya merupakan bentuk permainan yang menggunakan kaki yang semula hanya dimainkan oleh kelompok laki-laki saja, sekarang bisa ditarikan berpasangan. Dalam bahasa Arabnya Tari Zapin disebut dengan ?Al Raqh Wal Zafn? , yang berarti menari dengan menggunakan kaki. Masuknya Zapin di Asia Tenggara bermula dengan kedatangan pedagang-pedagang rempah yang juga sebagai pengembang Agama Islam. Tari Zapin Pecah Dua Belas telah ada sejak berdirinya kerajaan Pelalawan tahun 1811-1945 yang merupakan tari tradisi Kabupaten Pelalawan tepatnya di desa Pelalawan yang dibawa oleh pedagang atau pengembang ajaran Islam dari Johor.  

Dinamakan Tari Zapin Pecah Dua Belas dikarenakan ragam pertama dipecah menjadi ragam kedua atau berhubungan dengan ragam kedua. Ragam kedua dipecah menjadi ragam ketiga atau berhubungan dengan ragam ketiga, begitu seterusnya sampai dengan ragam ke dua belas yang ditutup dengan Tahtum atau Sembah. Tari Zapin Pecah Dua Belas biasanya ditampilkan pada acara keistanaan, acara peringatan agama Islam serta acara pernikahan yang diiringi gambus dan marwas.

 

Tari Zapin Pecah Dua Belas ditarikan dalam bentuk gerak yang pada umumnya banyak menggunakan gerakan kaki, sedangkan gerakan tangan kurang ditonjolkan. Posisi tangan kiri membentuk siku-siku dan dirapatkan di sisi dada sebelah kiri serta jari tangan digenggam sejajar dengan dada. Posisi tangan kanan bergerak sesuai dengan gerak kaki yang dilangkahkan. Tari ini ditarikan berpasangan dan maksimal 3 ( tiga ) pasang penari yang hanya menggunakan pola lantai sederhana dan tidak menggunakan properti. Pada ragamnya banyak menggunakan gerakan kaki sehingga gerakan tangan akan mengikuti badan karena tumpuannya hanya pada kaki. 

 

Instrumen musik yang digunakan adalah Gambus dan Marwas. Gambus yang dimainkan hanya satu buah, gambus mulai dimainkan dari awal pertunjukkan tari Zapin Pecah Dua Belas hingga akhir pertunjukkan tari tersebut. Gambus terbuat dari batang cempedak, bagian bawah diberi rongga dan ditutup dengan kulit kambing dan memiliki senar. Sedangkan Marwas yang dimainkan dalam mengiringi tari Zapin terdiri dari empat buah marwas, yang dimainkan oleh empat orang pemain. Marwas terbuat dari batang nangka atau batang kelapa serta dilengkapi dengan kulit kambing sebagai penutup kedua sisi yang berfungsi untuk dipukul. 


Pada Tahun 2020 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 153 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Tari Zapin Pecah Dua Belas menjadi salah satu dari Warisan BudayaTak Benda dengan Nomor Registrasi 202001118.

 

(sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6991)

Nyanyi Panjang merupakan jenis sastra lisan bercorak naratif (cerita) yang dipertunjukan oleh tukang nyanyi panjang dengan cara dinyanyikan atau lagukan. Nyanyi Panjang mengandung arti Nyanyi yang bermakna pertunjukan dan Panjang yang bermakna waktu yang diperlukan untuk penyampaiannya. Oleh karena itu, Nyanyi Panjang adalah suatu cerita yang dinyanyikan atau dilagukan dengan penyampaian yang memakan waktu panjang atau lama, biasanya lebih dari satu malam untuk satu cerita. Cerita-cerita tersebut disampaikan oleh tukang cerita (kadangkala dipanggil dengan sebutan tukang Nyanyi Panjang) dengan menggunakan lagu dan irama tertentu yang sesuai dengan judul cerita tersebut.Nyanyi Panjang merupakan cerita tokoh yang mempunyai kekuatan supranatural yang didapatkan melalui berbagai cara. Nyanyi Panjang ini murni hasil kreatifitas masyarakat dan menjadi milik bersama, kemudian diwarisakan secara turun temurun dengan cara berguru pada tukang cerita. Tidak ada buku rujukan yang mereka jadikan pegangan. Karena itu, Nyanyi Panjang termasuk kategori kelisanan primer. Dalam pertunjukan Nyanyi Panjang, ada empat unsur yang saling berkaitan dan mempengaruhi yaitu: tukang cerita, cerita, suasana pertunjukan dan penonton.
 
 
Pada Tahun 2016 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Nyanyian Panjang menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201600310.
 
(Sumber : Buku Warisan Budaya Tak Benda Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 - 2018 Provinsi Kepulauan Riau dan Riau/ Halaman 69)  


Tradisi merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan  secara turun temurun kepada generasi ke generasi yang membuat tradisi tersebut akan selalu ada, tradisi tidak akan hilang telan bumi, tidak menjadi abu karena terbakar, tidak akan hanyut karena ombak, dan tak  lapuk karena hujan.
Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dipertahankan adalah Menumbai, menumbai adalah Ritual mengambil madu di sebagian besar Wilayah Riau, namun yang terkenal adalah tradisi Menumbai Madu Sialang Petalangan Pelalawan. Menumbai Madu Sialang masyarakat Melayu Petalangan merupakan  suatu ritual pengambilan madu lebah yang ada di suatu pohon besar dan biasanya pohon tersebut adalah pohon Sialang.

Berbekal Surat Izin Masuk Konservasi (SIMAKSI) dari Balai Taman Nasional Tesso Nilo, akhirnya kami diizinkan untuk memasuki Taman Nasional Tesso Nilo. Dengan biaya yang cukup murah Rp.1.000/orang kita sudah mendapatkan Surat Sakti (SIMAKSI) untuk memasuki Taman Nasional Tesso Nilo. SIMAKSI ini dapat diurus di Balai Taman Nasional Tesso Nilo Jl. Raya Langgam KM 4 Pangkalan Kerinci. Di sela pengurusan SIMAKSI di Balai Taman Nasional Tesso Nilo, kami bertemu dengan Pemuda Lokal Desa Lubuk Kembang Bungo yang berada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo. Sembari mengulurkan tangan ia menyapa kami sambil menyebutkan Marlin, Tengku Marlin nama lengkapnya. Marlinlah menjadi guide kami selama berada di Taman Nasional Tesso Nilo. Marlin merupakan Ketua dari Kelompok Masyarakat Wisata (Kempas) Tesso Nilo.

Jumat sore waktu sudah  menunjukkan pukul 17.00WIB. Dari Kota Pangkalan Kerinci ibukota Kabupaten Pelalawan kami BERTUAH TV melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Ukui, dengan menempuh perjalanan darat selama 60menit,tibalah kami di Simpang Pulai Ukui. Dari Simpang pulai kami melanjutkan perjalanan ke dalam menuju Tesso Nilo, lebih kurang 35km dan  1jam perjalanan menuju Tesso Nilo, kami melewati Perkebunan Kelapa Sawit dan  Perkampungan Transmigrasi  SP (Satuan Pemukiman) IV, SP III, SP II, dan SP I serta Desa Air Hitam, dan Lubuk Kembang Bunga. SP merupakan Perkampungan Transmigrasi yang sebagian besar dihuni oleh Transmigran asal Jawa sedangkan Desa Air Hitam dan dan Desa Lubuk Kembang Bunga merupakan perkampungan melayu atau penduduk lokal.
                        


Tepat pukul 20.00 tibalah kami di Taman Nasional Tesso Nilo, Tengku Marlin dan
Gapura Selamat Datang Di Flying Squad menyambut kami. Keramahan Mahout (Pawang Gajah) dan Petugas WWF menyambut kami dan mereka mengantar kami untuk beristirahat home stay. Di Taman nasional Tesso Nilo tersedia beberapa Home Stay dengan tarif  dengan satu rumah  Rp.350.000/malam atau sewa kamar (dua orang) Rp.150.000/malam. Rudi salah satu mahout di Tesso Nilo mempersilahkan kami istirahat, karena esok harinya kami akan mengelilingi Hutan Tesso Nilo bersama Flying Squad.



Salah satu upaya penyelesaian konflik adalah mengembangkan Elephant Flying Squad (tim mitigasi dengan 4 ekor gajah untuk sebagai sarana mitigasi konflik gajah liar dengan manusia) atau disebut Pasukan Gajah Reaksi Cepat. Flying Squad ini bentuk pada tahun 2004, kerja sama WWF Riau dengan BKSDA Riau. Elephant Flying Squad mengembangkan teknik patroli, pengusiran dan penggiringan gajah liar melalui gajah flying squad. Salah satu kegiatan penting dari Flying Squad ini juga digunakan sarana ekowisata yaitu dalam Patroli Gajah dan simulasi mitigasi konflik dengan gajah. Wisatawan dibawa ke trek-trek patroli gajah dan trek dibuat sangat alami dan khas hutan hujan tropis Sumatera.

                     

Menurut Marlin, selain berkeliling hutan dengan Flying Suad kita juga bisa memandikan gajah serta memberi gajah makan. Dan tentuya juga dengan paket ekowisata lainnya, seperti berikut : 
Wisata Pengamatan Tumbuhan dan Satwa
Pemantauan kehidupan liar (tumbuhan dan satwa) menjadi hal penting dan menarik di Tesso Nilo. Beberapa trek ekowisata difokuskan dalam pemantauan hidupan liar ini termasuk menggunakan pompong (boat kecil) melewati sungai. Pengamatan burung (Birding) dapat dilakukan di trek Lubuk Balai, Trek Sawan dan Kuala Napu. Primata seperti siamang, wau wau dan kera ekor panjang banyak dijumpai di sungai Nilo dan Lubuk Balai. Di lokasi trek, kita dapat menjumpai jejak-jejak beruang, gajah, tapir dan harimau sumatera. Satu kegiatan ekowisata Tesso Nilo yang sanhgat menarik dan menantang adalah orbservasi Harimau dengan menggunakan jebakan kamera atau Camera Trap. Tujuannya adalah mendapatkan gambar Harimau Sumatera dan satwa lainnya yang tertangkap kamera setelah kamera terpasang.

Wisata Pompong (perahu) Tour
Aktivitas menggunakan pompong atau perahu kecil dengan mesin tempel menyusuri sungai Nilo. Kegiatan ini menarik karena pengunjung dapat menikmati perahu kecil masyarakat dan melihat kiri-kanan sungai yang banyak menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi; burung, primata atau mamalia dan jika beruntung akan melihat berbagai jenis reptil yaitu biawak sungai sampai buaya air tawar atau senyulong. Penelusuran dengan pompong, kita juga dapat melihat berbagai jenis pohon sialang (pohon madu hutan) dan berkunjung ke pohon tersebut, kemudian menyusuri kembali menuju lokasi tujuan. Perjalanan dengan pompong dapat ditempuh satu jam, untuk adventurir bisa sampai ke wilayah Sawan dengan 2 – 4 jam perjalanan.

Wisata Bersepeda
Ada satu trek untuk bersepeda di Tesso Nilo yaitu di hutan akasia dan kawasan pemukiman Lubuk Kembang Bunga. Trek ini sangat menarik dan menantang terutama bagi para petualang sepeda. Di dalam lokasi trek sepeda, selain hutan akasia dan pemukiman masyarakat lokal yang menjadi bagian obyek pemandangan, kita juga dapat melihat kebun karet dan jelutung masyarakat. Trek khusus bisa dilakukan di dalam hutan alam, dengan tantangan tersendiri terutama misalnya trek yang dilalui adalah hutan rawa.

Wisata Tradisi dan Pengetahuan Lokal Masyarakat
Madu hutan Tesso Nilo adalah icon kunjungan ekowisata berbasiskan sumber daya alam dan tradisi lokal masyarakat Tesso Nilo. Madu hutan Tesso Nilo terdapat di atas ketinggian pohon Sialang. Pohon Sialang terdiri dari berbagai jenis pohon termasuk keruing, rengas dan kedondong hutan. Dalam satu pohon sialang, sarang lebah hutan Apis dorsata dapat dihitung antara 10 – 50 sarang dengan rata-rata berat satu sarang 15 kg. Ada sekurangnya 3-4 trek lokasi utuk melihat pohon sialang sekaligus melihat cara pemanenan yang dipersiapkan untuk ekowisata. Waktu pemanenan dapat dipilih yaitu siang hari atau malam hari. Pemanenan sialang adalah salah satu tujuan yang sangat menarik, karena wisatawan dapat melihat tarian atau puji-pujian dan cara memanjat tradisional masyarakat madu hutan sekaligus menyaksikan produk madu hutan alami. Selain itu, lokasi yang menarik pula adalah menginap di Kuala Napu untuk melihat tradisi masyarakat sungai melayu yang masih dipertahankan dan tradisi dalam menangkap ikan.  Untuk berwisata dengan semua paket Ekowisata tersebut diatas dapat menghubungi
Tengku Marlin dari  Kelompok Masyarakat Wisata (Kempas) Tesso Nilo di 081371146867.
Bono merupakan fenomena alam unik yang terjadi di Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.  Bono adalah fenomena alam yang datang sebelum pasang. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. 

Marlon Gerber Peselancar Profesional Asal Indonesia


LEGENDA DAN ASAL MULA KATA BONO
  • Kata Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan (Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka menggunakan tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang yang mereka gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka kembali ke Pelalawan dan melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang mereka kandas dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, tetapi raja Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan omongan warganya, kemudian Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk Embun untuk membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga diikuti oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak  Raja Gunung Sahilan, Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak terbukti omongan Para warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka sang Raja akan memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang . Sesampainya mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan tongkang mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata  kepada juru kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata Benar yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti benar.
  • Menurut cerita masyarakat Melayu lama, ombak Bono terjadi karena perwujudan 7 (tujuh) hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Kuala Kampar. Ombak besar ini sangat menakutkan bagi masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan upacara semah.  Ombak ini sangat mematikan ketika sampan atau kapal berhadapan dengannya. Tak jarang sampan hancur berkeping-keping di hantam ombak tersebut atau hancur karena menghantam tebing sungai. Tak sedikit kapal yang diputar balik dan tenggelam akibanya. Menurut cerita masyarakat, dahulunya gulungan ombak ini berjumlah 7 (tujuh) ombak besar dari 7 hantu. Ketika pada masa penjajahan Belanda, kapal-kapal transportasi Belanda sangat mengalami kesulitan untuk memasuki Kuala Kampar akibat ombak ini. Salah seorang komandan pasukan Belanda memerintahkan untuk menembak dengan meriam ombak besar tersebut. Entah karena kebetulan atau karena hal lain, salah satu ombak besar yang kena tembak meriam Belanda tidak pernah muncul lagi sampai sekarang. Maka sekarang ini hanya terdapat 6 (enam) gulungan besar gelombang ombak Bono.
    Tujuh Hantu adalah 7 ombak Bono dengan formasi 1 di depan dan diikuti dengan 6 gelombang di belakangnya. Karena 1 ombak terbesar telah dihancurkan Belanda sehingga ombak Bono besar hanya tersisa 6 ombak dengan formasi hampir sejajar memasuki Kuala Kampar. Mengenai kapal Belanda dan orang-orangnya tidak pernah diketemukan sampai sekarang. 
    Konon katanya pada zaman Belanda, rakyat Teluk Meranti telah sering ditantang keberaniannya oleh Belanda untuk mengendarai kapal di atas Gelombang Bono dengan imbalan Rp. 5 yang pada masa itu tentunya dianggap berjumlah cukup banyak. Istilah untuk keberanian menaklukkan Bono dikenal oleh masyarakat setempat dengan Bekudo Bono.
  • Konon, Bono di sungai kampar adalah Bono jantan dan Bono betinanya berada di sungai Rokan dekat Bagansiapi-api. Bono di kuala kampar ini berjumlah tujuh ekor, bentuknya serupa kuda disebut induk Bono. Di musim pasang mati, Bono ini pergi ke sungai Rokan menemui Bono betina,kemudian bersantai menuju ke selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, Bono tidak ditemukan kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah Bono ketempat masing-masing, lalu main memudiki sungai Kampar dan sungai Rokan. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira Bono berpacu memudiki kedua sungai itu.

PENYEBAB DAN WAKTU TERJADINYA GELOMBANG BONO.
 
Ombak Bono atau kadang biasa juga disebut Gelombang Bono (Bono Wave) terjadi ketika saat terjadinya pasang (pasang naik) yang terjadi di laut memasuki Sungai Kampar. Kecepatan air Sungai Kampar menuju arah laut berbenturan dengan arus air laut yang memasuki Sungai Kampar. Benturan kedua arus itulah yang menyebabkan gelombang atau ombak tersebut. Bono akan terjadi hanya ketika air laut pasang. Dan akan menjadi lebih besar lagi jika pada saat air laut mengalami pasang besar (bulan besar) diiringi hujan deras di hulu Sungai Kampar. Derasnya arus sungai akibat hujan akan berbenturan dengan derasnya pasang air laut yang masuk ke Kuala Kampar.

Awal akan terjadinya ombak Bono diawali dengan bunyi desingan yang diikuti dengan bunyi gemuruh air. Bunyi gemuruh semakin lama akan semakin keras bagaikan dentuman guntur diiringi dengan besarnya gelombang ombak Bono. Kecepatan gelombang ombak Bono mencapai 40 km/jam dan memasuki ke arah hulu berkilo-kilo meter jauhnya biasanya mencapai jarak 60 km jauhnya ke hulu dan berakhir di daerah Tanjung Pungai. Ombak gelombang Bono ini tidak 1 (satu) jumlahnya, tetapi banyak dan beriringan. Kadang berada di kiri dan kanan tepi atau tebing sungai, kadang menyatu di tengah sungai.

Bono biasanya terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu dalam tahun Arab yang biasa disebut penduduk sebagai "Bulan Besar" atau "Bulan Purnama". Biasanya gelombang Bono atau Ombak Bono yang besar terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut. Gelombang yang terjadi biasanya akan berwarna putih dan coklat mengikut warna air Kuala Kampar. Selain itu, Bono juga terjadi pada setiap "bulan mati" yaitu akhir bulan dan awal bulan (tanggal 1) Tahun Arab. 
Bono terbesar biasanya terjadi ketika musim penghujan dimana debit air Sungai Kampar cukup besar yaitu sekitar bulan November dan Desember. Bono mulai terbentuk dan membesar di kanan kiri Pulau Muda, akibat penyempitan alur sungai karena adanya pulau (P. Muda) di tengah-tengah alur sungai. Bono terbesar terjadi di Tanjung Perbilahan, yang terbentuk karena bertemunya Bono yang sudah terbentuk di kanan-kiri Pulau Muda.
Everaldo Pato (Brazilia)




TINJAUAN ILMIAH TERJADINYA GELOMBANG BONO

 
Bono biasanya terjadi pada muara sungai yang lebar dan dangkal kemudian menyempit atau menguncup setelah berada di dalam sungai. Bentuk muara sungai yang menguncup mirip dengan huruf "V" atau corong didukung dengan kondisi sungai yang mendangkal akibat erosi alami menyebabkan pertemuan air laut pasang dengan air sungai akhirnya membentuk Bono atau Tidal Bore. Tetapi tidak semua muara berbentuk V yang dangkal dapat terjadi Tidal Bore. Karena dipengaruhi salah satunya oleh faktor tinggi pasang-surut air laut.

Tidal Bore adalah dianggap sebagai suatu fenomena alam di bidang hidrodinamika yang erat hubungannya dengan pergerakan massa air. Semakin besar Bono atau Tidal Bore tersebut, maka semakin besar pula daya rusaknya.

Dikutip dari Wikipedia :
A tidal bore (or simply bore in context, or also aegir, eagre, or eygre) is a tidal phenomenon in which the leading edge of the incoming tide forms a wave (or waves) of water that travel up a river or narrow bay against the direction of the river or bay's current.

Dikutip dari Bambang Yulistiyanto :
Pasang surut yang ada di Muara Sungai Kampar mempunyai tinggi gelombang sekitar 4 m (Deshidros, 2006). Pasang surut tersebut berupa pasang surut tipe Campuran Condong ke Harian Ganda, dimana dalam 1 hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi pasang surut yang pertama dan kedua berbeda. Periode gelombang pasang surut sekitar 12 jam 25 menit.

Di Sungai Kampar, muara sungai berbentuk seperti huruf "V", massa air masuk melalui mulut teluk yang lebar kemudian tertahan, hingga air laut pasang memenuhi kawasan muara. Massa air yang terkumpul kemudian terdorong kearah hulu yang menyebabkan semacam efek tekanan kuat ketika melewati areal yang menyempit dan dangkal secara konstan di mulut teluk. Keadaan ini memunculkan gelombang yang bervariasi di hulu teluk, dari hanya berupa gelombang-gelombang kecil hingga beberapa meter ketinggiannya.

Di muara Sungai Kampar, kecepatan gelombang dapat lebih rendah dibandingkan kecepatan arus sungai yang berasal dari hulu sungai. Hal ini berakibat pada terhambatnya gerakan gelombang pasang dari laut, yang berakibat pada naiknya muka air dari muara, sehingga terbentuk Tidal Bore ‘Bono’. Gelombang Bono bergerak ke hulu sampai ke Tanjung Pungai yang berjarak sekitar 60 km dari muara.

Bono yang menjalar menuju ke hulu melewati alur sungai yang semakin menyempit. Saat melewati Pulau Muda, gelombang pasang ini terpisah menjadi dua, sebagian lewat alur di sebelah kiri, dan sebagian lagi lewat alur sebelah kanan Pulau Muda. Di Tanjung Perbilahan Bono yang terpisah tersebut saling bertemu, menghasilkan momentum yang mengakibatkan Gelombang Bono semakin besar. Penduduk setempat menyebut peristiwa ini sebagai ‘Bono yang bertepuk’. Di Tanjung Perbilahan, Gelombang Bono terjadi paling besar.




LOKASI OMBAK BONO SUNGAI KAMPAR

untuk mencapai Lokasi Bono Sungai Kampar tidaklah sulit, Lokasi terbaik  dengan fasilitas dan infrastruktur yang lebih lengkap untuk menikmati Ombak Bono ada di Teluk Meranti. Teluk Meranti adalah sebuah kelurahan yang merupakan ibukota Kecamatan Teluk Meranti. Kelurahan Teluk Meranti sebagai Ibu Kota Kecamatan lebih cenderung memiliki infrastruktur dan fasilitas yang lebih lengkap bila dibandingkan desa lainnya. Di Teluk Meranti terdapat penginapan serta rumah penduduk lainnya yang dapat dijadikan penginapan, dan juga terdapat beberapa Warung Makan, dan juga ada pelabuhan sebagai akses ke Kota terdekat yaitu pangkalan Kerinci dan Tanjung Batu (Kepulauan Riau).

Untuk mencapai Lokasi Bono ini (Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan), dari Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau  terlebih dahulu kita menuju Pangkalan kerinci Ibu Kota Kabupaten Pelalawan , perjalanan menuju Pangkalan Kerinci dapat dilakukan melalui jalur darat dengan jarak tempuh sekitar 70km atau  1,5jam perjalanan. Alat transportasi umum yang bisa digunakan adalah Travel atau biasa disebut dengan superben,biaya perjalanan dari Pekanbaru menuju Pangkalan Kerinci sebesar Rp.25.000. Kemudian dari pangkalan Kerinci untuk menuju Teluk Meranti kita bisa menggunakan mobil rental atau mobil sewaan dengan Tarif Rp.60.000/orang dan terminal bayangan mobil rental ini terdapat di Hotel Meranti Pangkalan Kerinci. Perjalanan dari Pangkalan Kerinci ke Teluk Meranti dapat ditempuh dengan waktu 3,5jam. Selain itu perjalanan juga dapat dilakukan menggunakan sarana transportasi air, dari Pangkalan Kerinci (Pelabuhan di jembatan Pangkalan Kerinci) kita bisa menggunakan speedboat ke desa Teluk Meranti dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 3jam dengan biaya perjalanan Rp.150.000. 

Dari Teluk Meranti kita dapat menuju beberapa titik tempat terjadinya Bono, diantaranya Tanjung Sebayang, Pulau Muda dll dengan biaya sewa speedboat Rp.300.000 dengan layanan antar Jenput menuju Lokasi terjadinya Bono (Tanjung Sebayang). Selain itu kita juga dapat menyewa speedboat masyarakat untuk menyaksikan Bono dari dekat dengan biaya sewa speedboat Rp.1.500.000, dengan biaya Rp.1.500.000 kita dapat mengambil photo atau video dengan sangat jelas,namun tentunya sangat beresiko besar bagi keselamatan kita, karena kita dan ombak bono saling kejar mengejar.

Akomodasi di teluk Meranti,tidaklah menjadi problem, setidaknya ada beberapa penginapan dan Wisma dapat kita jumpai di Teluk Meranti, seperti Penginapa Hidup Jaya, Wisma Mega Lestari, Wisma Nusantara dan juga ada rumah penduduk yang dapat disulap menjadi penginapan.





EVENT YANG PERNAH DIADAKAN DI BONO SUNGAI KAMPAR
  • Tirta Bono, diselenggarakan dari tahun 2011 dan berlangsung hingga saat ini.
  • Peselancar Top Dunia dan Perselancar nasional berselancar di Bono SUngai Kampar 
  • Steve King peselancar asal Inggris berhasil memecahkan rekor dunia berselancar terpanjang dan terlama di atas gelombang sungai (tidal bore) di Sungai Kampar. Steve King mampu menaklukkan Ombak bono SUngai Kampar dan mampu memecahkan rekor sebelumnya atas namanya sendiri dengan menaklukkan gelombang Sungai Severn Bore yang berlokasi di Inggris. 
  • Event Selancar pertama di dunia yang dilakukan di Sungai "Bono menyapa Dunia 7 Days for 7 Ghosts, 16-22 November 2013"

The Local Power "Peselancar Lokal Teluk Meranti"


PRESTASI DAN AWARD OMBAK BONO SUNGAI KAMPAR


  •  Dalam festival film pendek dunia yang diselenggarakan di Virginia Amerika Serikat pada awal November 2012, Film Dokumenter Bono menempati juara III.
  •  Steve King peselancar asal Inggris berhasil memecahkan rekor dunia berselancar terpanjang dan terlama di atas gelombang sungai (tidal bore) di Bono Sungai Kampar, Steve King berselancar sejauh 10,82mil.
  •  Bono yang berhasil menjadi juara runner up di gebyar wisata nusantara tingkat nasional yang diikuti oleh seluruh kabupaten se-Indonesia di Jakarta Convention Center, Mei 2013.
  • Ombak Bono Sungai Kampar raih 10 besar Citra Pesona Award (CIPTA) 2013 , September 2013
  • Di Bono Sungai Kampar pertama kali diadakan di Dunia Festival Berselancar di Sungai, "Bono menyapa Dunia 7 Days for 7 Ghosts, 16-22 November 2013"
PERSELANCAR YANG PERNAH BERSELANCAR DI OMBAK BONO SUNGAI KAMPAR                                     
  • Antony Colas (Perancis), Fabriece Colas (Perancis), Patrick Audoy (Perancis), Eduardo Bage’ (Brazilia)  dan Maxance Payras (Perancis), Chris Mauro (Amerika Serikat), Bruno Santos (Brazilia), Dean Brady (Australia), Tyler Larronde (Perancis), Oney Anwar (Indonesia), Tom Curren (Amerika Serikat), Geoffroy Moreno (Perancis), Arthur Moreno (Perancis), David Badalec (Jerman), Lynn Wanie (Jerman), Thomas Schroeder (Jerman), Geraud Biebuyck (Perancis), Edwin Suzor (Perancis), Paulus kennedy (Seladia Baru), Gerry Schlegel (Jerman), Jonas (Jerman) Yoyo Therhorst (Jerman), Simon Stangled (Jerman), Mark Attard (Jerman), Giancarlo Avancini (Italy), Stefan Friedrich Vogel (Jerman) , Tony Copley (Australia), Eddy Morgan (Australia) Jhon Huntington (Australia), Jimmy Visser (Afrika Selatan), Mauricio (Brazilia),Fransisco Zilli (Argentina),  Peter Hoo (Singapura), Steve King Cs (Inggris), Steve Holmes (Inggris), Nathan Maurice (Inggris), Fabrice Colas (Perancis), Dominique Avrilleau (Perancis), Serginho Laus (Brazilia), Everaldo Pato (Brazilia), Mathis Papillon (Perancis), Arya Subiyakto (Indonesia),  Marlon Gerber, Pepen Hendrik (Indonesia), Dedi Gun (Indonesia), Varun Tanjung (Indonesia), Aldino (Indonesia)

TESTIMONI OMBAK BONO SUNGAI KAMPAR

 
Serginho Laus (Peselancar Brazil/Mantan Pemegang Rekor Berselancar terlama didunia)

  • Chris Mauro (Peselancar Amerika Serikat) dalam tulisannya yang  dimuat GrindTV.com :  “A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world (sebuah gelombang impian yang ditemukan di salah satu sungai di Indonesia memukau dunia selancar),” tulis . Tulisan Mauro itu sendiri lantas merujuk pada apa yang ia sebut ‘penemuan luar biasa’ oleh tim (ekspedisi) Rip Curl baru-baru ini, yang menurutnya “mungkin tak tertandingi” (may be unrivaled).
  • Dedi Gun (Perselancar rofesional Indonesia) : Ombaknya luar biasa dan panjang, yang kami takutkan buaya. 
  • Hasrinaldi (Riau Travel Blogger) : Alhamdulillah saya banga menjadi orang Riau, namun Bono ini harus kita jaga dan rawat dengan baik, kita jangan terlena sesaat dengan keberadaan bono, bisa saja nanti bono lenyap. Keberadaan ombak Bono Sungai Kampar sangat bergantung pada kelestarian hutan di sepanjang daerah aliran sungai. Bahkan saya sendiri giat memberitakan dan mempromosikan bono, tempo hari saya buat kontes kecil kecilan dengan menggandeng blogger bertuah, kami buat lomba menulis mengenai Bono SUngai Kampar, tujuannya supaya Informasi mengenai Bono cepat tersiar kemana-mana.
  • Lynn Wanie (Peselancar Jerman) :  "Ini pengalaman luar biasa yang saya rasakan"
  • Irhas Ihsan (Mahasiswa & Fotografer) : Bono itu kejadian alam yang sangat menarik, dimana ombaknya beda dari yang lain. Bagi yang sudah sering surfing di pantai, kurang lengkap rasanya kalau belum ke bono. Jalan menuju k sna pun menarik, perkampungan dan pemandangan sunrise nya sangat bagus bagi pecinta fotografi. Pokoknya nyesal belum coba BONO.
  • Serginho Laus (Peselancar Brazil/Mantan Pemegang Rekor Berselancar terlama didunia) : Crowd into the sumatra jungle ! Galeralocal de bono. Terima Kasih Teman. Terima kasih Bono. 
  • Silvi Marta ( Putri Indonesia Riau 2009 1'st Runner Up | Miss Earth Indonesia Favorite 2013)  : Subhanallah. Great Experience. Ga tau lagi gimana ngungkapin betapa hebat dan kerennya BONO. SAYA BANGGA JADI ORANG RIAU !! 
Di siang yang terik, seorang  remaja Teluk Meranti berperawakan tomboi begitu bersemangat untuk berselancar, ketika kami menghampiri ia berkata lagi latihan Om untuk persiapan besok di Final. Ternyata Si"tomboi" tersebut merupakan salah satu finalis Berselancar Festival Bekudo Bono 2013 untuk kelas amatir (pemula), ia berhasil menyisihkan peserta lainnya dan uniknya lagi si "tomboi" ini menjadi satu-satunya peserta wanita, dan akhirnya ia menjadi pemenang ketiga.
                       

Si tomboi ini bernama Viki Lestari, ia merupakan pelajar SMPN 1 Teluk Meranti. SI Viki layak disebut dengan Srikandi Bono. Karena ia adalah perempuan lokal pertama Teluk Meranti yang yang berani mengarungi bono dan berselancar di atasnya.

Dalam bincang singkat Vicki dengan Bapak Nizamul kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau, terungkap bahwa Viki telah belajar berselancar semenjak berusia 10tahun, namun saat itu Viki belajar berselancar melalui Papan Kayu dan itu dilakukannya di Perkampungan Teluk Meranti selepas Ombak Bono Pasang menghampiri pemukiman masyarakat. Dan di usia 12 tahun Viki mulai memberanikan diri untuk berselancar di Ombak Bono Sungai Kampar.

                        
Ketika ditanya siapa orang yang berperan dalam mendidik ia berselancar, Viki menjawab David Baladec. Baladec merupakan Perselancar Asal jerman yang mengajarkan Viki berselancar secara teknis, dan kemudian Viki beljar dari perselancar asing lainnya yang berselancar di Teluk Meranti dn Viki juga banyak belajar dari perselancar loka Teluk Meranti yang lebih senior.

Viki bercerita ia ingin menjadi atlet selancar, namun ia juga berharap dapat menyelesaikan pendidikan, bagaimanapun pendidikan yang utama menurut Vicki. Viki berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke luar kota dan ia berharap ada bantuan pendidikan berupa beasiswa. Ayah Viki sehari-hari bekerja sebagai Petani, sementara Ibunya Farida hanya penjual Gorengan di sekitar Wisma Mega Lestari Teluk Meranti. Anak kedua dari tiga bersudara ini berharap dirinya nanti dapat menjadi atlet selancar. Keinginan Viki ini diamini oleh Bapak Nizamul, dan Nizamul berharap Viki nantinya dapat menjadi Atlet selancar, selain itu Nizamul 
juga berharap Ombak Bono Sungai Kampar dapat mencetak Viki Viki lainnya. (he)
Bono Sungai Kampar merupakan rahasia alam dan fenomena alam yang unik yang berada di kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Bono Sungai Kampar memiliki suara menderu yang dasyat . Ombak Bono Sungai Kampar merupakan gelombang yang panjang yang panjangnya mampu mencapai 60km dengan kecepatan rata-rata  40 km per jam dengan ketinggian gelombang mencapai 6meter.


Kini Pemerintah kabupaten pelalawan dan pemerintah pusat melalui kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berusaha mempromosikan Bono Sungai Kampar menjadi Ikon Wisata Alam di Indonesia. Bahkan pemerintah Pusat dan daerah khususnya Kabupaten pelalawan  berkomitmen untuk mewujudkan Wisata Bono menjadi Wisata Tujuan Internasional.

Dalam sebuah acara Focus Discussion Grup (FGD) dengan tema Membangun Kesepahaman dan Kesepakatan Bersama dalam Upaya Pengembangan Wisata Bono menjadi Ikon Wisata Internasional, yang diselenggarakan di Hotel Pangeran Pekanbaru pada tanggal 31 Mei 2012 lalu dicapai suatu kesepakatan dan komitmen untuk menyegerakan pengembangan pariwisata bono sebagai kawasan wisata dunia dari Riau. Termasuk diantaranya pembentukan tim nasional di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. dan WISATA BONO DIHARAPKAN MENJADI WISATA FENOMENA ALAM YANG LANGKA DIDUNIA DAN DAPAT MENJADI IKON WISATA DUNIA PADA TAHUN 2015.
                    


Berbagai upaya promosi telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten pelalawan diantaranya dengan mengundang surfer Indonesia dan Asing untuk datang ke Wisata Bono Sungai Kampar dan mendokumentasikan aktivitas peselancar tersebut. Tiap tahunnya Pemerintah Kabupaten pelalawan juga rutin menyelenggarakan event budaya Tirta Bono. Bahkan baru-baru ini Pemkab Pelalawan mengadakan sebuah acara Bono Offroad Extreme 2013. Melalui Bono Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan menyapa Indonesia dan Dunia untuk hadir menyaksikan dan merasakan dasyatnya ombak di Sungai Kampar.

Tidak hanya itu saja, di Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Pelalawan juga menyelenggarakan Acara Festival Bekudo Bono 2013, Festival Bekudo Bono 2013 merupakan edisi perdana, dan selanjutnya Festival ini akan dilaksanakan secara rutin tiap tahunnya.



Festival Bekudo Bono 2013 ini mengambil tajuk 7 Days for 7 Ghosts, Festival Bekudo Bono 2013 tidak hanya berselancar,tetapi juga ada kegiatan lain seperti lomba memancing, Selancar Bono, Bekudo Bono (Arung Bono), Photo Contest, Pameran Produk Lokal dan Bazar serta Pergelaran Seni dan Budaya (Tirta Bono).

                      

Festival bekudo bono 2013 diawali dengan Lomba Memancing pada tanggal 16 November 2013, dan pada tanggal 17 November pembersihan dan penghijauan di sekitar lokasi wisata Boo sungai kampar dan juga diadakan pameran produk lokal dan bazar yang bertempat di SMPN 1 Teluk Meranti dan malam harinya bertempat di salah satu rumah makan di Pekanbaru diadakan Konferensi Pers dan gala Dinner bersama ,panitia, juri, perselancar dan media peliput festival bekudo 2013, keesokan harinya diadakan Ritual Adat Semah Sungai dan Doa Bersama serta dimulai pelaksanaan Photo Contest, dan pada Tanggal 19 November 2013 Festival ini secara Resmi dibuka oleh Wakil menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Dr. Sapta Nirwandar, dan Pada tanggal 19 juga telah dilangsungkan Lomba Selancar yang dibagi dalam 2 kelas yaitu Kelas Pemula (amatir) yang diikuti oleh 38 Perselancar Lokal Teluk Meranti dan Kelas Profesional yang diikuti Peselancar nasional seperti Marlon Gerber, Pepen Hendrik, Dedi Gun, Varun Tanjung dan Aldino, selain lomba berselancar juga dilakukan Lomba Bekudo Bono (Arung Bono), lomba bekudo ini dilakukan oleh 2 orang dengan menggunakan sampan, pendayung sampan berusaha mendahului ombak bono dan yang lebih dahulu sampai di finish dialah menjadi pemenang, dahulu bekudo bono ini sering dilakukan warga Teluk Meranti, kini sudah jarang dilakukan, diharapkan dengan dilakukannya Festival Bekudo Bono ini, tradisi lama Bekudo Bono tetap terjaga. Jika pada siang hari kita bisa menyaksikan Berselancar dan Bekudo Bono,maka pada malam harinya Pegelaran Tirta Bono (Seni dan Budaya) menjadi suguhan yang menarik untuk dapat disaksikan sembari membeli produk-produk lokal Teluk Meranti

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk keempat kalinya menyelenggarkan Citra Pesona Award (CIPTA) 2013. Kompetisi ini merupakan bentuk apresiasi pemerintah sekaligus penganugerahan kepada pengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata buatan, serta wisata berwawasan lingkungan yang ada di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata dan mendorong wisata berwawasan lingkungan. Selain itu, juga untuk mendukung program empat pilar pembangunan nasional berkelanjutan dalam Triple Track Strategy Plus (pro-growth, pro-job, pro-poor dan plus pro environment).
                   

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan sembilan destinasi wisata di Indonesia.  Setelah melalui seleksi ketat terhadap 144 daya tarik wisata dari 27 provinsi, akhirnya terpilih 9 daya tarik wisata yang mendapatkan penghargaan Citra Pesona Wisata (Cipta Award) 2013 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
 

Di Propinsi Riau terdapat 4 sungai yang sumber airnya berasal dari Bukit Barisan yang membentang di sepanjang Pulau Sumatera dan bermuara di pantai timur  Sumatra. Ke-4 sungai tersebut adalah Sungai Rokan,  Sungai Siak,  Sungai  Kampar,  dan  Sungai Indragiri. Dari  keempat sungai yang ada di Riau Daratan tersebut salah satunya memiliki potensi yang unik  yang  bisa dikembangkan  untuk  kepentingan Pengelolaan Sumber  Daya   Air dan   ataupun kepentingan penelitian, dimana peristiwa yang sering disebut orang setempat sebagai Bono, sering terjadi di muara sungai  Kampar dan telah menelan korban jiwa  dan  harta  benda  akibat  hempasan  gelombang Bono. 
 
Bono merupakan fenomena alam yang karena kondisi  di  muara  sungainya terjadi  pendangkalan sehingga ketika air pasang datang dari laut, air pasang tidak dapat bergerak ke hulu dengan lancar namun  tercegah  oleh  endapan dan  bentuk muara sungai yang menguncup. Bono merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh gelombang pasang surut yang bertemu dengan arus Sungai Kampar. Kondisi muaryang berbentuk Vmemungkinkan pertemuan kedua  macam  arus  tersebut,  yaitu  arus pasang dan arus sungai dari hulu, membangkitkan terbentuknya Bono. Gelombang   Bono   termasuk dalam  kategorTidal    Boreyaitfenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan massa air  dimana gelombang pasang menjalar menuju ke hulu dengan kekuatan yang bersifat merusak. Tidak semua muara  sungai ataupun teluk bisa membangkitkan  gelombang pasang semacam Bono. Catatan  yang pernah  ada  sebagaimana  dilaporkan TBRS  (Tidal  Bore  Research Society), Bore  yang terjadi di buy of Fundy Canada adalah tertinggi dari lebih seratus kejadian  bono  yang  di  pantau  di  60 tempat di seluruh dunia.  Beberapa fenomena yang pernah terjadi di negara lain Seperti di Batang Lumpar (Malaysia), Sungai Siene (Perancis), Sungai Shubenacadidan  Sungai Stewacki (Canada), Sungai  Yang   Tse-Kiang   dan  Sungai  Hangzhou (Hangchow) di China, Bore di Sungai Amazon (pororoca) di Brazil, tidal bore di Sungai Seine (mascaret) di Perancis, dan Tidal Bore Hoogly di Sungai Gangga.

Pasang surut yang ada di Muara Sungai Kampar mempunyai tinggi gelombang sekitar 4 m (Deshidros, 2006). Pasang surut tersebut berupa pasang surut tipe Campuran Condong ke Harian Ganda, dimana dalam 1 hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi pasang surut yang pertama dan kedua berbeda. Periode gelombang pasang surut sekitar 12 jam 25 menit.


Di Sungai Kampar, muara sungai berbentuk seperti huruf "V", massa air masuk melalui mulut teluk yang lebar kemudian tertahan, hingga air laut pasang memenuhi kawasan muara. Massa air yang terkumpul kemudian terdorong kearah hulu yang menyebabkan semacam efek tekanan kuat ketika melewati areal yang menyempit dan dangkal secara konstan di mulut teluk. Keadaan ini memunculkan gelombang yang bervariasi di hulu teluk, dari hanya berupa gelombang-gelombang kecil hingga beberapa meter ketinggiannya. 

Gambar berikut memberikan skema terjadinya ‘Bore Bono’, yang merupakan interaksi antara arus air pasang di muara Sungai Kampar dengan arus air Sungai Kampar.
Skema terbentuknya Bore Bono di muara Sungai (Chanson, H, 2003)
Di muara Sungai Kampar, kecepatan gelombang dapat lebih rendah dibandingkan kecepatan arus sungai yang berasal dari hulu sungai. Hal ini berakibat pada terhambatnya gerakan gelombang pasang dari laut, yang berakibat pada naiknya muka air dari muara, sehingga terbentuk Tidal Bore ‘Bono’. Gelombang Bono bergerak ke hulu sampai ke Tanjung Pungai yang berjarak sekitar 60 km dari muara.

Di Provinsi Riau, fenomena Bono dapat ditemukan di samping di muara Sungai Kampar, juga di Sungai Kubu, Kabupaten Rokan Hilir.  Menurut masyarakat ditepi Sungai Rokan dan Sungai Kampar  bagian muara, tinggi Bono di sungai ini bisa mencapai 4‑6 meter. Kejadian bono ini merupakan gelombang pasang yang amat kencang dan secara mendadak meningkatkan permukaan air sungai.