Tampilkan postingan dengan label KUANSING. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KUANSING. Tampilkan semua postingan


Tank Ini adalah peninggalan Belanda saat Agresi Militer Belanda. Tank ini berada di Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi. Tank ini persis berada di perbatasan Kecamatan Inuman dan Kecamatan Cerenti Kabupaten Singingi.

Tank Ini adalah peninggalan masa Perang Dunia Ke II. Berdasarkan bentuk dan jenisnya diperkirakan tank merupakan varian ringan yang didatangkan pada masa Agresi Militer Belanda I dan II pada periode tahun 1947-1949. Pada bagian dinding dalam tank (sisi depan) terdapat tuliskan/cetakan yang tergores pada dinding “1938” yang diperkirakan pertanggalan dari pembuatan tank. Tank ini berada di Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi. Keberadaan tank ini mengindikasikan bahwa Agresi Belanda sampai ke daerah Kuantan Singingi. Sebagai bentuk perlawanan terhadap agresi ini, masyarakat membakar tank tersebut. Kondisi tank pada saat ini sangat memprihatikan, beberapa bagian tank sudah tidak lengkap/utuh akibat vandalism dan berkarat.

.

Pasar Tradisional Teluk Kuantan ini persis berada dipusat Kota Teluk Kuantan, Keberadaan pasar tradisional ini dijadikan sebagai tempat berinteraksi dan komunikasi antar masyarakat dan juga diharapkan keberadaan Pasar Tradisional Teluk Kuantan ini mampu memenuhi kebutuhan pokok warga, serta menjadi alternatif untuk tumbuh kembangnya perekonomian masyarakat Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi

Traditional Markets Teluk Kuantan is in the center of the City Teluk Kuantan, The existence of these traditional markets serve as a place of interaction and communication between the community and also expected the presence of Traditional Markets Teluk Kuantan is able to meet the basic needs of citizens, as well as being an alternative to growth community economy Teluk Kuantan  Regency Kuantan Singingi
Rangkiang atau dikenal juga dengan istilah lumbung padi, Rangkiang ini digunakan sebagai tempat menyimpan beras hasil panen. Rangkiang ini dapat di Jumpai di sebagian besar wilayah Riau.
Rangkiang or also known as rice granary, Rangkiang is used as a place to store rice harvest. Meet Rangkiang can in most areas in Riau.
Istana Rajo KotoRajo ini terletak di Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Istana ini telah mengalami renovasi tetapi kekhasannya masih tetap terjaga sampai sekarang.
Rajo KotoRajo Palace is located in District Hilir Regency Kuantan Kuantan Singingi. This palace has been undergoing renovation but still peculiar to stay awake until now.
ARENA PACU JALUR  TALUK KUANTAN merupakan tempat dilaksanakannya Event Pacu Jalur. ARENA PACU JALUR  TALUK KUANTAN berada di  Tepian Narosa Batang Sungai Kuantan . Di ARENA PACU JALUR  TALUK KUANTAN juga terdapat TUGU DAYUNG TALUK KUANTAN. ARENA PACU JALUR  TALUK KUANTAN ini juga berfungsi sebagai taman kota dan juga tersedia   fasilitas free wiFi  hotspot

ARENA PACU JALUR  TALUK KUANTAN is a place of execution EVENT PACU JALUR. ARENA PACU JALUR  TALUK KUANTAN was in edge narosa Batang Kuantan River. . In the arena of ARENA PACU JALUR TALUK KUANTAN there are also TUGU DAYUNG TALUK KUANTAN The ARENA PACU JALUR  TALUK KUANTAN also serves as city parks and facilities are also available free WiFi hotspots

TUGU DAYUNG TALUK KUANTAN
TUGU DAYUNG TALUK KUANTAN located in Taman Jalur Kota Taluk Kuantan exactly edge Kuantan River. This monument has a philosophy as a symbol of the paddle which is used as a tool to spur JALUR (boat).
pacu jalur
At first Pacu Jalur was held in the villages along the Kuantan River to commemorate the great days of Islam, such as the Mawlid of the Prophet Muhammad, Eid al-Fitr, or the New Year a Muharam. When the Dutch began to enter the area of Riau (ca. 1905), precisely in the area that is now the Taluk Kuantan, they use pacu jalur in celebration of Queen Wilhelmina's birthday which falls on every 31 Agustus.Pacu Jalur  is usually done in the Tepian Narosa Kuantan Singingi 
PACU JALUR SALAH SATU ANDALAN WISATA RIAU.


Berdasarkan Tambo Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal, Kerajaan Koto Alang adalah pengembangan dari Kerajaan Kandis, “Pada masa jayanya Kerajaan Kandis banyak terjadi perebutan kekuasaan dari orang-orang yang merasa mampu, mereka ingin merebut kekuasaan dan akhirnya memisahkan diri dari Kerajaan Kandis,” . Maka berdirilah Kerajan Koto Alang pada tahun ke 2 M, Rajanya bergelar Aur Kuning, ia mempunyai Patih (Wakil Raja) dan Temenggung (Penasehat Raja).

“Berdirinya Kerajaan Koto Alang maka terjadilah perebutan kekuasaan antar kerajaan,” Maka pada tahun 6 M Kerajaan Kandis menyerang Kerajaan Koto Alang. Dimenangkan Kerajaan Kandis. Raja Aur Kuning melarikan diri ke Jambi, ”Itulah asal usul nama Sungai Salo yang berarti Raja bukak selo—buka sila, di Dusun Botuang.” Karena tidak mau tunduk dibawah pemerintahan Kerajaan Kandis, Patih dan Temenggung melarikan diri ke arah Barat menuju Gunung Merapi (Sumatra Barat) dan mereka berganti nama, Patih menjadi Datuk Perpatih nan Sebatang dan Temenggung menjadi Datuk Ketemenggungan, ”Kedua tokoh inilah yang menjadi tokoh adat legendaris Minangkabau.”.

Peninggalan Raja Aur Kuning saat ini masih bisa ditemukan yaitu berupa Mustika Gajah sebesar bola pingpong, yang ditemukan Raja Aur Kuning didalam kepala Gajah Tunggal sewaktu Raja Aur Kuning mengalahkan Gajah Tunggal—karena mempunyai satu gading, dibunuh dengan menggunakan Lembing Sogar Jantan. ”Tempat Raja Aur Kuning membunuh Gajah Tunggal itu kini bernama Lopak Gajah Mati yang terdapat disebelah selatan Pasar Lubuk Jambi, Mustika Gajah dan Gading Tunggal,

AIR TERJUN GURUH GEMURAI located about 25 km from the Gulf in the village of precisely Kasang District Kuantan Mudik Mudik, en route to the location of the waterfall through the streets occasionally climbing through the twisting streets with majestic Bukit Barisan natural. Thunder Name Gemurai taken from the local language, which means thunder rumble (sound of the waterfall is); while the spark Gemurai strewn water. So waterfalls waterfalls thunder Gemurai means that the sound of the sparks rumble

Kerajaan Kandis  diperkirakan berdiri pada 1 Sebelum Masehi, mendahului berdirinya Kerajaan Moloyou atau Dharmasraya di Sumatera Tengah. Dua tokoh yang sering disebut sebagai Raja Kerajaan Kandis  adalah Patih dan Tumenggung.

Maharaja Diraja  pendiri kerajaan Kandis  membangun sebuah istana yang megah di Bukit Bakau yang dinamakan dengan Istana Dhamna. Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal . Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.

Kehidupan ekonomi kerajaan Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti damar, rotan, dan sarang burung layang-layang, dan dari hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya akan emas, sehingga Rajo Tunggal memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan tambang titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja. Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan tambang titah.

Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Melayu oleh Mentri Perdagangan Dt. Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu. Dari Malaka ke Kandis membawa barang-barang kebutuhan kerajaan dan masyarakat. Demikianlah hubungan perdagangan antara Kandis dan Malaka sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya. Mentri perdagangan Kerajaan Kandis yang bolak-balik ke Semenanjung Malaka membawa barang dagangan dan menikah dengan orang Malaka. Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis dengan Istana Dhamna kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu.
Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada puncak kejayaannya terjadilah perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya berdirilah kerajaan Kancil Putih di Bukit Selasih tersebut.

Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin banyak yang timbul. Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak/Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).
Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan wilayah kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi kerajaan Kancil Putih, setelah itu kerajaan Kandis memerangi kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung pindah ke Merapi.

Kepindahan Raja Aur Kuning ke daerah Jambi menyebabkan Sungai yang mengalir di samping kerajaan Koto Alang diberi nama Sungai Salo, artinya Raja Bukak Selo (buka sila) karena kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari ke Gunung Marapi (Sumatera Barat) di mana keduanya mengukir sejarah Sumatra Barat, dengan berganti nama Patih menjadi Dt. Perpatih nan Sabatang dan Temenggung berganti nama menjadi Dt. Ketemenggungan
.
Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja Sintong dari Cina belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah kalah perang pemuka kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar, kecemasan akan serangan musuh, maka mereka sepakat untuk menyembunyikan Istana Dhamna dengan melakukan sumpah. Sejak itulah Istana Dhamna hilang, dan mereka memindahkan pusat kerajaan Kandis ke Dusun Tuo (Teluk Kuantan sekarang).

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kandis