Tampilkan postingan dengan label KAMPAR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KAMPAR. Tampilkan semua postingan
Sebelum Perang Dunia II pemerintah kolonial Belanda telah membuat rencana pembangunan jaringan jalan rel kereta api yang menghubungkan pantai timur dan pantai barat Sumatera, yang akhirnya akan meliputi seluruh pulau Sumatera. Jalur Muaro ke Pekanbaru adalah bagian dari rencana itu. Tapi hambatan yang dihadapi begitu berat, banyak terowongan, hutan-hutan dan sungai serta harus banyak membangun jembatan. Karena belum dianggap layak, rencana itu tersimpan saja di arsip Nederlands-Indische Staatsspoorwegen (Perusahaan Negara Kereta Api Hindia Belanda).

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942 , Jepang mengetahui rencana Kolonial Belanda. Penguasa militer Jepang melihatnya sebagai jalan keluar persoalan yang mereka hadapi. Pembangunan jalan rel yang menghubungkan Sumatera Barat dan pantai timur Sumatera akan membuat jalur transportasi yang menghindari Padang dan Samudera India yang dijaga ketat kapal perang Sekutu. Jalan kereta api baru itu akan memperluas jaringan Staatsspoorwegen te Sumatra’s Weskust (SSS) sepanjang 215km ke pelabuhan Pekanbaru. Dari sana, melalui Sungai Siak akan mudah mencapai Selat Melaka.

Kabupaten Kampar merupakan Serambi Mekahnya Provinsi Riau yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi Islam yang mengakar. Perpaduan tradisi budaya dan Islam menghampiri hampir seluruh aktivitas kegiatan masyarakat kampar.

Ada sebuah tradisi yang cukup unik di masyarakat Kampar yaitu Hari Rayo Onam " Hari Raya Enam. Hari raya enam merupakan hari raya setelah melaksanakan puasa enam hari di bulan syawal atau tepatnya
pada tanggal 7 syawal. Sebagian besar masyarakat Kampar lebih menganggap dan meriahkan  hari raya enam dibandingkan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawal. Hari raya enam ini menurut ninik mamak setempat merupakan hari raya berbagi dan bersilaturrahmi antar sesama baik itu sesama warga setempat maupun dengan warga perantau yang sudah lama meninggalkan kampung halamannya.

                                      

Pada perayaan Hari Raya Enam,perantau asal kampar  wajib pulang kampung, dan harus membawa semua anggota keluarganya dari rantau untuk memperkenalkan sanak saudaranya di kampung halaman. Setiap pelaksanaan acara hari raya enam ini biasanya selalu diisi dengan acara tradisi dan hiburan. Seperti pelaksanaan tahun ini, dari paginya semua warga tersebut berkumpul di salah satu mesjid kemudian mengarak-arak anak yatim kemudian berkumpul dipinggir sungai kampar sambil melakukan makan bersama anak yatim dan seluruh warga perantau yang datang.

Setelah acara jamuan makan diadakan, selanjutnya diadakan pesta rakyat bagi anak-anak generasi muda untuk mempererat tali persaudaraan diantara mereka dengan acara pacu goni dan panjat pinang serta tarik tambang.

DIbeberapa desa di kecamatan bangkinang Seberang, Kecamatan Tambang, Kecamatan Bangkinang Barat dan tempat lainnya di Kabupaten , di H
ari Raya Enam mereka melakukan tradisi ziarah kubur, dan ziarah kubur ini hanya dilakukan oleh kaum laki – laki, mereka masih mempercayai bahwa orang yang telah meninggal dunia masih mempunyai hubungan dengan orang yang masih hidup terutama orang – orang yang dekat dengannya seperti anak – anak dan keluarganya. Untuk menjalin hubungan tersebut maka terjadilah tradisi Ziarah kubur ini yang bertujuan untuk mendoakan para arwah / roh dari orang – orang yang telah meninggal dunia sehingga jiwanya merasa tenang dan tentram didalam kubur.

Ziarah Kubur ini didasari tradisi agama dan kearifan lokal masyarakat Kampar.  Dari tradisi agama, ziarah kubur merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan
oleh nabi Muhammad SAW, karena dengan memberikan doa kepada orang – orang yang telah meninggal dunia mereka percaya dapat memberikan perlindungan dalam kehidupan mereka, dan dengan berziarah kubur, mereka akan lebih mengingat mati dengan demikian dapat meningkatkan keimanan kepada Allah seolah – olah mereka akan mati besok pagi. Sedangkan dari kearifan lokal atau tradisi adat istiadat ziarah kubur ini merupakan suatu kebiasaan ( tradisi ) yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu tradisi ziarah kubur juga  dapat mempererat hubungan diantara sesama kaum kerabat yang sudah lama terhenti karena kesibukan masing – masing.

Dibeberapa tempat di Kabupaten Kampar ziarah kubur pada hari raya enam, diawali dengan berkumpul disuatu tempat kemudian  bersama- sama melakukan ziarah, berkeliling dari satu kuburan ke kuburan lainnya. Dan ziarah kubur biasaya ditutup dengan makan bersama “Makan Bajambau” (hidangan ditalam).
Kredit Photo : BBM Faiz Helmi Jopang.




Provinsi Riau tidaklah seindah Provinsi tetangga Sumatra Barat ataupun Sumatra Utara,yang kaya akan objek wisata. Riau hanya menjadi destinasi bisnis, yang mempunyai urusan bisnis ataupun kepentingan lainnya di Riau, cenderung tidak akan bermalam atau menginap, karena mereka tidak menemukan sebuah alasan untuk berlibur ke Bumi Melayu Riau. Seorang pembicara dalam seminar, ataupun pemateri dalam sebuah training, mereka akan datang dari pagi hari jakarta kemudian  pulang sore hari. Tidak ada agenda untuk tujuan wisata sama sekali.

Bagi mereka Riau hanya sebuah tempat yang panas, sumber asap, kaya minyak dan penuh dengan gedung-gedung pemerintahan yang megah dan berarsitektur melayu. Ketika Kepulauan Riau dimekarkan menjadi sebuah Provinsi baru, Riau   kehilangan potensi sektor wisata terutama wisata bahari. Memang Riau, tidak memiliki wisata alam, tapi saya yakin suatu saat nanti akan menjadi salah satu destinasi wisata di Sumatra. Riau sebagai jantung peradaban budaya Melayu setidaknya masih bisa mengembangkan wisata di sektor seni dan kebudayaan.



Makam Syech Burhanuddin merupakan salah satu Wisata Religi yang terdapat di kabupaten Kampar. Makam Syech Burhanuddin berada di Desa Kuntu  Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Makam ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan, terutama menjelang bulan ramadhan,mereka datang dengan tujuan memberi doa kepada Syech Burhanuddin. 


Menyatu dengan alam sembari menikmati eksotisme Hutan di Desa Tanjung Belit kecamatan kampar Kiri Hulu Kabupaten kampar, siapa sangka sebuah desa dengan jarak tempuh lebih kurang 3jam dari Pekanbaru ibukota Provinsi Riau kita akan menikmati indahnya alam dan panorama hutan serta beberapa air terjun dan sungai dengan air yang jernih. Bahkan Desa Tanjung Belit menjadi salah satu tempat alternatif berkemah.

                         
 
Tim Tiger Patrol Unit kerja sama WWF-Indonesia dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau menemukan bunga raflesia merah-putih di kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling, Kabupaten Kampar, Riau. Penemuan ini merupakan suatu hal yang fenomenal. Tim patroli menemukan  lima bunga raflesia.  Satu bunga dalam kondisi mekar sempurna dengan diameter sekitar 50 sentimeter; satu bunga akan mekar, berdiameter 20-25 sentimeter; satu bunga masih berukuran sebesar kembang kol; dan dua bunga lainnya masih sebesar bola tenis. Kelima bunga ditemukan di satu lokasi hutan pada ketinggian 448 meter di atas permukaan laut.

                                  

Raflesia merah-putih (Rafflesia hasseltii) termasuk salah satu spesies tumbuhan langka. Statusnya genting dalam Daftar Merah Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Pemerintah melindungi tumbuhan ini melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Penduduk lokal di sekitar kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling menyebut bunga raflesia ini  dengan sebutan "cendawan muka rimau". Warnanya merah kecokelatan dengan lempeng warna putih yang relatif besar dan bentuknya tidak beraturan. Karena perpaduan warna tersebut, bunga ini mendapatkan sebutan raflesia merah-putih.

Bunga ini merupakan jenis tumbuhan parasit dengan tumbuhan inang Tetrastigma leucostaphyllum. Wilayah penyebarannya meliputi Selat Peninsula Malaysia, Sarawak, dan Pulau Sumatera. Di Sumatera, bunga ini tersebar sangat terbatas, hanya di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Sanglap, Jambi, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Riau.



                      

Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling memang dikenal sebagai habitat alami harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan beberapa spesies kucing hutan. Pada 2012, perangkap kamera yang dipasang oleh tim monitoring WWF-Indonesia merekam lima dari tujuh spesies kucing hutan di lokasi yang sama dengan penemuan raflesia.
WWF-Indonesia menyatakan penemuan Raflesia Merah Putih membuktikan bahwa kondisi keragaman hayati di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling masih dalam kondisi baik. Namun, sayangnya kawasan tersebut juga semakin terancam oleh aktivitas perambahan dan pembalakan liar. (rls)



Kredit Photo : (c)WWF-Indonesia.

Provinsi Riau merupakan salah satu daerah yang dilewati Garis Equator (Garis Khatulistiwa). Terdapat dua daerah di Riau yang dilewati Garis Equator (Garis Khatulistiwa) yaitu Pangkalan Lesung (Kabupaten Pelalawan) dan Lipat Kain (Kabupaten Kampar). 

Salah satu Tugu Equator (Tugu Khatulistiwa) khatulistiwa berada di Lipatkain yang terletak 79 km ke arah selatan Kota  Pekanbaru. Secara geografis, Lipatkain terletak pada garis lintang 0 derajat. Lipatkain merupakan salah satu ibu kota kecamatan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri.

                        
Sebagai Kota Serambi Mekkah Riau, Kabupaten Kampar mempunyai banyak cerita tentang Islam. Salah satunya adalah Masjid Jami'. Mesjid yang terletak di Jalan Pasar Usang Desa Tanjung Barulak, Air Tiris Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar ini dibangun pada tahun 1901 Masehi atas prakarsa Engku Mudo Sangkal, seorang ulama yang mengonsolidasikan potensi ninik-mamak dan cerdik-pandai dari 20 kampung di kenegerian Air Tiris. Sebagai panitia pembangunannya adalah yang disebut dengan Ninik Mamak Nan Dua Belas yaitu para ninik-mamak dari berbagai suku yang ada dalam seluruh kampung. Mereka mengerjakannya bersama anak kemenakan, termasuk tukang dari Trengganu, Malaysia, yang membuat mimbar yang dikerjakannya di Singapura. Tahun 1904 masjid ini selesai yang diresmikan dengan meriah oleh seluruh masyarakat Air Tiris dengan menyembelih 10 ekor kerbau.

                   

Arsitektur masjid ini menunjukkan adanya perpaduan gaya arsitektur Melayu dan Cina, dengan atap berbentuk limas, seluruh bagian bangunan terbuat dari kayu tanpa menggunakan besi dan paku
melainkan hanya pasak kayu. Masjid dengan bahan konstruksi utama kayu ini terdiri dari bangunan induk yang ukuran aslinya 30meter X 40meter, mihrab 7meter X 5meter, menara, dengan tinggi bangunan 24meter, serta dilengkapi dengan 2 mimbar, 2 bak untuk mengabil wudhu. Atapnya berupa limas tiga tingkat yang meruncing ke atas dengan tiang dan konstruksi kayu yang masih asli terlihat sangat indah. Demikian pula dindingnya yang miring, penuh dengan ornamen atau ukiran yang mirip dengan ukiran yang terdapat di dalam sebuah masjid di Pahang, Malaysia.  Engku Mudo Sangkal juga menukilkan ukiran di depan mimbar dan pada dua tonggak panjang dalam masjid masing-masing basmallah dan dua kalimah syahadat.
                   
Di dalam salah satu bak  air itu terdapat sebuah batu alam yang besar dan bentuknya seperti kepala kerbau tanpa tanduk dan telinga. Konon batu itu bisa berpindah posisi dengan sendirinya sehingga batu berbentuk kepala kerbau ini begitu disakralkan. Banyak yang mengunjungi mesjid ini hanya untuk mandi dengan air yang ada batu kepala kerbau bahkan mereka bernazar untuk meminta suatu keinginan dan kesembuhan penyakit, mereka mencuci muka atau tangan dengan air dari bak yang berisi kepala kerbau dan dipercaya dapat memberi berkah.
Sekitar abad 15, Kerajaan malaka diserang oleh Portugis dan Raja Malaka beserta pengikutnya melarikan diri. Dalam pelariannya Sutan Mahmud Raja Malaka melakukan pelarian ke Penyengat, kemudian menelusuri Sungai Kampar hingga akhirnya ia menetap dan tinggal di kampar serta memerintah dan meninggal di kampar, beliau membentuk Kerajaan baru yang disebut Kerajaan Kampar.

Ada 2 versi yang menyatakan makam sultan Mahmud malaka. Lokasi  yang terdapat dalam kitab sulatus salatin itu berada di Kampar, ada yang menyatakan makam beliau ada di pekantua  pelalawan. Namun perlu kita ketahui bahwa dulunya Pelalawan merupakan bagian dari kampar. Menurut versi Kerajaan Pelalawan Sultan mahmud merupakan Raja dari Kerajaan Pekantua Kampar.

Topi Kebesaran Datuk Somok (Ninik Mamak) yang telah berusia 200tahun.
Di sini kami sedikit mengulas tanpa ada maksud apapun,maupun tendensi kepada pihak lain, semua yang kami tulis diperoleh langsung dari nara sumber ninik mamak,datuk dan tokoh masyarakat. Tidak banyak bukti ataupun peninggalan dari Kerajaan Kampar peninggalan dari Sultan Mahmud Raja dari malaka. Menurut datuk Somok yang merupakan Ninik Mamak di Koto Perembahan Kampar Timur yang telah berumur 94 tahun, Istana Kerajaan telah dibongkar pada tahun 70an, dan dilokasi kerajaan terdahulu kini dibangun sebuah Sekolah Dasar. Datuk Somok menceritakan Istana tersebut berbentuk rumah lontiok yang ukuran nya besar dengan tiang-tiang yang besar, di dalam istana tersebut banyak tersimpan keris,tombak,meriam, lelo,pedang,peti dll namun ketika istana itu di robohkan barang tersebut ikut raib, catatan – catatan manuskrip juga tidak ada di temukan lagi dan satu-satunya  yang tersisa dan disimpan dengan baik yaitu cap /stempel sultan yang di pegang oleh turun – temurun oleh pemangku dan disimpan di rumah siampu atau rumah suku.



Selain stempel,kiranya bukti lain yang merupakan peninggalan Sultan malaka adalah sebuah mesjid, mesjid yang terletak di Dusun Pd Merbau Barat Desa Koto Perambahan kecamatan kampar Timur Kabupaten Kampar ini dinamakan Mesjid Kubro. Menurut cerita Ninik mamak dan Masyarakat di Desa Koto Perambahan secara turun temurun mesjid ini dibangun pada masa Sultan Mahmud raja dari malaka, mesjid ini telah direnovasi berulang-ulang kali dengan tanpa merubah wujud asli dari mesjid tersebut.

Dalam Mesjid Kubro
Renovasi Terakhir Mesjid Kubro (17-2-74

Kami sempat berbicara dengan Datuk Somok dan datuk majo besar Suku Pitopang, mereka berkisah, ketika itu Melaka di serang oleh bangsa portugis karena sultan Mahmud ini kalah dalam peperangan maka beliau melarikan diri, pelarian pertama nya beliau merapat ke Pulau Penyengat,namun karena masih di kejar oleh pihak portugis sehingga Sultan Mahmud melanjutkan pelariannya dengan menelusuri Sungai Kampar hingga akhirnya ia merapat disuatu tempat yang dinamakan dengan Perambahan. Sultan kemudian menjadi sultan di daerah tersebut, ada 13 sultan yang pernah memimpin. Makam Sultan terakhir terdapat di Desa Koto Perambahan,dan sampai kini makam tersebut masih terawat, saynagnya kami tidak sempat mendokumentasikan gambar makamnya,kami hanya melihat makam tersebut dari kejauhan.

                  
Kubah Mesjid Kubra
Kubah Mesjid Kubra dengan motif melayu
                                      




Saat ini Stadion Tuanku Tambusai dalam pengerjaan renovasi untuk persiapan PON XVIII. Stadion Tuanku Tambusai menjadi salah satu venue Cabang Olahraga Sepak Bola di PON XVIII Riau tahun 2012. 



Stadion Tuanku Tambusai adalah Kandang (home base) dari Klub PSBS Bangkinang dan juga menjadi Markas dari Dubalang Batobo Kelompok Suporter Fanatik PSBS Bangkinang.

Pada PON XVIII nanti Provinsi Riau tergabung dalam Grup C bersama Provinsi SUmatera Barat, Kalimantan Selatan dan Jawa tengah. Pertandingan grup C akan dilakukan di Stadion Tuanku Tambusai Bangkinang.





"KABUPATEN KAMPAR NEGERI BERBUDAYA, BERDAYA DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT AGAMIS TAHUN 2020"

Makna yang terkandung dalam visi ini adalah :
  1. Seluruh komponen Kabupaten Kampar berkomitmen untuk menjadikan masyarakat yang berbudaya, dimana segala perilaku seluruh komponen masyarakat haruslah berlandaskan pemikiran logis yang berakal budi, dan menghormati serta menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat yang dianut dan berlaku dalam masyarakat Kabupaten Kampar. 
  2. Seluruh komponen Kabupaten Kampar memiliki kesungguhan hati untuk menjadikan masyarakat yang berdaya, yaitu dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan guna menjadikan dirinya pesaing yang tangguh menghadapi persaingan global dan terpenuhinya kebutuhan manusia yang layak serta  diperlakukan secara adil.
  3. Seluruh komponen Kabupaten Kampar bertekad untuk menjadikan masyarakat yang agamis dimana dalam segala aspek kehidupan yang dijalankan selalu dilandasi nilai-nilai keagamaan, dengan harapan Kabupaten Kampar dapat menjadi Serambi Mekah di Propinsi Riau.
KANTOR BUPATI KABUPATEN KAMPAR

MISI KABUPATEN KAMPAR


1. MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN NILAI BUDAYA MASYARAKAT KABUPATEN KAMPAR YANG MENJAMIN SISTEM BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL. 

Misi ini bermaksud:  

  1. Menumbuh kembangkan nilai-nilai budaya Kampar yang agamis kedalam etika  bermasyarakat dan bernegara di Kabupaten Kampar.  
  2. Meningkatkan etos kerja, kreativitas dan memberdayakan nilai-nilai gotong royong   ( batobo ) serta usaha-usaha antisipatif menghadapi pengaruh global.  
  3. Menguatkan nilai-nilai musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan konflik yang timbul dalam hidup bermasyarakat dan bernegara di Kabupaten Kampar.


2. MENINGKATKAN MANAJEMEN DAN KEMAMPUAN APARATUR  DALAM MENGELOLA ASET DAERAH DAN PELAYANAN MASYARAKAT.

Misi ini bermaksud:

  1. Membangun e-government berbasis good governance yang amanah dan berkeadilan untuk mensejahterakan masyarakat Kampar.
  2. Mengembangkan sistim manajemen dan kemampuan aparatur dalam mengelola  kekayaan yang dimiliki daerah, baik sumberdaya alam, teknologi, budaya, dan adat istiadatnya secara ekonomis, efisien, dan efektif, dalam upaya mewujudkaan pelayanan kepada masyarakat secara mudah, cepat, terjangkau, tepat waktu, transparan, tepat sasaran dan memenuhi kepastian hukum.
Untuk mewujudkan maksud diatas, perlu didukung oleh Kemampuan individu aparatur pemerintah yang punya motivasi, kepercayaan diri, jujur, dan inovatif melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan tuntutan tugas pokok dan fungsinya dalam organisasi pemerintahan.


3.  MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA YANG SEHAT, MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SERTA BERWAWASAN KEDEPAN.

Misi ini bermaksud mewujudkan:

  1. Sehat jasmani dan rohani yang memiliki mentalitas dan kemampuan dalam mengembangkan diri, dan berperan dalam membangun daerahnya;  
  2. Dapat menguasai dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam tuntutan pembangunan daerah;
  3. Berpikiran maju untuk mengembangkan diri dan memiliki wawasan kedepan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka memajukan daerah.


4. Mengembangkan ekonomi rakyat yang berbasis sumber daya lokal dengan orientasi pada agrobisnis, agroindustri dan pariwisata serta mendorong pertumbuhan investasi secara terpadu dan terkait anatar swasta, masyarakat, dan pemerintah baik berskala local, regional, nasional maupun internasional.  

Misi ini bermaksud mewujudkan:

  1. Pengembangan usaha produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh masyarakat berskala kecil dan menengah yang berorientasi pasar dan industri pengolahan hasil pertanian  untuk mendapatkan nilai tambah.
  2. Menguatkan lembaga dan organisasi ekonomi masyarakat yang berorientasi pasar yang dikembangkan agar tercipta kemampuan bersaing dan bermitra dengan pesaing pasar lainnya untuk peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat.
  3. Mengembangkan sistem dan jaringan data dan informasi serta promosi potensi unggulan daerah.
  4. Membangun sentra perdagangan dan industri serta pariwisata yang berbasis teknologi
  5. Mendorong pertumbuhan investasi melalui pola kemitraan yang sejajar dan proporsional antar swasta, masyarakat, dan pemerintah dalam bentuk kerja sama yang harmonis dan saling menguntungkan. Untuk itu perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif dalam memacu laju pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasilnya.


5.  MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN KAWASAN SEIMBANG YANG DAPAT MENJAMIN KUALITAS HIDUP SECARA BERKESINAMBUNGAN.

Misi ini bermaksud:

  1. Melakukan penataan ruang atau kawasan sesuai dengan peruntukkannya secara serasi, harmonis, terpadu, dan seimbang diselaraskan dengan daya dukung lingkungannya.
  2. Penataan ruang atau kawasan dalam mengantisipasi perkembangan dan kemajuan daerah harus selalu dalam kendali pemerintah agar keserasian, keharmonisan, keterpaduan, dan keseimbangan dalam kehidupan sosial bermasyarakat dapat terjaga dan terpelihara sehingga tidak berdampak terhadap kerusakan lingkungan.


6.  MEWUJUDKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERIMAN DAN BERTAQWA, SERTA TAAT TERHADAP ATURAN YANG BERLAKU MENUJU MASYARAKAT AGAMIS YANG TERCERMIN DALAM KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA.

Misi ini bermaksud:  

  1. Taat melaksanakan dan mengamalkan ajaran dan aturan agama dan menjadikannya landasan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;  
  2. Menjamin keamanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Kabupaten Kampar;  
  3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik  aparat maupun masyarakat yang berlandaskan iman dan taqwa melalui jalur pendidikan, pelatihan dan pembinaan.  
  4. Menegakkan supremasi hukum yang berkeadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.  
  5. Terciptanya kedamaian hidup umat beragama baik interen umat beragama, antar umat beragama maupun antar umat beragama  dengan pemerintah.  
  6. Menciptakan lingkungan kehidupan yang bernuansa  agamis dalam berbagai aspek pembangunan. 
Bangunan ini terletak di jalan Lintas Pekanbaru Bangkinang, bangunan ini berfungsi sebagai sekretariat Wadah Silaturahmi Lembaga Adat Suku Nan 12 Kenegerian Air Tiris Kampar.




ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA

Pada zaman belanda pembagian wilayah secara Administrasi dan Pemerintahan masih berdasarkan persekutuan hukum adat, yang meliputi beberapa kelompok wilayah yang sangat luas yakni :
 
  1. Desa Swapraja meliputi : Rokan, Kunto Darussalam, Rambah, Tambusai dan Kepenuhan yang merupakan suatu landschappen atau Raja-raja dibawah District loofd Pasir Pengarayan yang dikepalai oleh seorang Belanda yang disebut Kontroleur (Kewedanaan) Daerah / Wilayah yang masuk Residensi Riau.
  2. Kedemangan Bangkinang, memawahi Kenegerian Batu Bersurat, Kuok, Salo, Bangkinang dan Air Tiris termasuk Residensi Sumatera, Barat, karena susunan masyarakat hukumnya sama dengan daerah Minang Kabau yaitu Nagari, Koto dan Teratak.
  3. Desa Swapraja Senapelan/Pekanbaru meliputi Kewedanaan Kampar Kiri, Senapelan dan Swapraja Gunung Sahilan, Singingi sampai Kenegerian Tapung Kiri dan Tapung Kanan termasuk Kesultanan Siak ( Residensi Riau ).
  4. Desa  Swapraja  Pelalawan  meliputi Bunut, Pangkalan  Kuras,  Serapung  dan  Kuala  Kampar  (Residensi Riau )

 
ZAMAN PEMERINTAHAN JEPANG

 
Saat itu guna kepentingan militer, Kabupaten Kampar dijadikan satu Kabupaten, dengan nama Riau Nishi Bunshu (Kabupaten Riau Barat) yang meliputi Kewedanaan Bangkinang dan Kewedanaan  Pasir Pengarayaan. Dengan menyerahnya Jepang ke pihak Sekutu dan setelah proklamasi kemerdekaan, maka kembali Bangkinang ke status semula, yakni Kabupaten Lima Puluh Kota, dengan ketentuan dihapuskannya pembagian Administrasi Pemerintahan berturut-turut seperti : cu (Kecamatan) , gun (Kewedanaan) , bun (Kabupaten), Kedemangan Bangkinang dimasukkan kedalam Pekanbaru bun (Kabupaten) Pekanbaru.

 
 



Desa Wisata Buluh cina adalah sebuah Desa yang berada di Kabupaten kampar, Desa ini berjarak sekitar 20km dari Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau. Perjalanan ke Desa Buluhcina dapat dilakukan melalaui transportasi darat, dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun melalui transportasi angkutan umum, dari Kota Pekanbaru kita dapat menggunakan Bus Sarana Angkutan Umum (SAUM) atau yg lebih dikenal dengan Trans Metro Pekanbaru, dengan menggunakan Trans Metro Kita mengakhiri perjalanan di Perumahan PANDAU , kemudian di Perumahan PANDAU kita melanjutkan perjalanan menggunakan mikrolet atau yang biasa disebut dengan oplet menuju Taman Desa Wisata Buluhcina,dan biaya perjalanan menggunakan oplet ini Rp.10.000. 
PETA EKO WISATA RIMBO TUJUH DANAU BULUHCINA

Warga Desa Buluhcina memiliki kebudayaan kearifan lokal  untuk tidak merusak lingkungan dan hutan.  Di Desa Buluhcina terdapat Hutan Wisata Buluhcina. Hutan Wisata Buluhcina ini luasnya 1.000 hektare. Hutan ini sangat asri dan sangat alami dan sudah terpelihara semenjak ratusan tahun yang lalu, di hutan ini dapat kita jumpai flora dan fauna, seperti rotan, anggrek, monyet,burung,kupu-kupu,harimau dan juga pepohonan yang sangat besar dan tinggi, dikawasan hutan ini terdapat tujuh danau yaitu : Danau Pinang Luar, Danau Pinang Dalam, Danau Tanjung Putus, Danau Baru, Danau Tanjung Putus, Danau Lubuk Siam, Danau Atehutan, dan Danau Tatangah, masing-masing danau memiliki keunikan tersendiri.

HUTAN WISATA DESA BULUHCINA
SALAH SATU POHON BESAR YANG ADA DI HUTAN WISATA BULUHCINA
 

Hutan wisata Buluhcina awalnya berasal dari tanah dan lahan warga Desa Buluhcina yang mereka ikhlaskan untuk dijadikan kawasan hutan wisata alam tanpa diganti-rugi. 1500 penduduk Desa Buluhcina memberikan dengan ikhlas lahan yang mereka miliki tanpa kompensasi materi, mereka cuma mengharapkan bantuan berupa perbaikan dan peningkatan infrastruktur, pengembangan dan peningkatan ekonomi desa seperti pembedayaan pemuda dan masyarakat sekitar, namun sampai saat ini apa yang mereka harapkan belum dapat terwujud. Hutan Wisata Buluhcina ini dikelola oleh masyarakat dan adat secara bersama di bawah koordinasi ninik mamak Desa Buluhcina. dan LMB (Lembaga Musyawarah Besar) yang diketuai oleh Bapak Makmur Hendrik. 



RUMAH PENDUDUK DI SEKITAR HUTAN WISATA BULUHCINA

Desa wisata Buluhcina memiliki potensi wisata yang luar biasa, selain hutan wisata yang menjadi andalan utama, kawasan desa Buluhcina ini juga dapat menjadi pilihan yang terbaik untuk memancing dan menjala ikan, pemandangan yang indah dan alami di hutan buluhcina juga dapat dijadikan sebagai tempat hiking, kemah atau kemping. Masyarakat ataupun pemuda disini sangat welcome terhadap siapapun, mereka akan meyambut kedatangan siapapun dengan ramah, mereka membantu pengunjung sebagai pemandu wisata dan jika kita ingin menikmati kuliner mereka bersedia untuk memasakkan ikan baung yang segar yang langsung diambil dari sungai, asam pedas baung yang khas menjadi kuliner andalan dan juga ada embut rotan beserta belacan ala buluhcina. Selain itu juga di Desa Wisata Buluhcina juga sering diadakan lomba pacu sampan dan biasanya dilakukan pada saat menjelang Bulan Ramdahan dan pada saat setelah lebaran idhul fitri, dulunya tiap tahun ada agenda Pacu Sampan Piala Presiden di Desa Buluhcina,kini agenda pacu sampan Piala Presiden sudah tidak pernah diadakan lagi.

SAMPAN MILIK NELAYAN DESA BULUHCINA
TRANSPORTASI PENYEBERANGAN WARGA DESA BULUHCINA KE HUTAN WISATA BULUHCINA

Bagi siapapun yang ingin menikmati perjalanan keliling desa buluhcina , pemuda setempat bersedia mengantarkan anda berkeliling ria menikmati liburan dengan sampan ataupun pompong yang tentu cukup terjangkau dengan kantong anda. Anda berminat dapat menghubungi M. RALIS T atau biasa disapa dengan bang Toro di nomor telepone 081371559313
Gunung Djadi merupakan gunung pertama yang ditemukan di Riau yang memiliki pesona dan keindahan alam yang luar biasa. Gunung dengan ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu mempunyai potensi wisata alam yang menarik.



Gunung  Djadi terletak di Kabupaten Kampar, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling.


Gunung Djadi mempunyai dua puncak dan terletak lebih dari ketinggian 600Mdl dengan kemiringan 75 derajat.  Untuk sampai ke Puncak Gunung Djadi,kita mesti melewati 10 puncak bukit.

Sebelum mencapai puncak Gunung Djadi ditemukan sebuah kubangan yang dugaan sementara merupakan Kubangan Badak, dan selain itu juga ditemukan  cakar harimau dan beruang.


Di Kawasan Gunung Djadi banyak ditemukan jenis burung, dan juga potensi vegetasi alami seperti Pinus, Damar, Meranti, Kruing, Anggrek Tebu, Anggrek Hutan, Kantong Semar, Rotan, Manau dan lainnya.


Di lembah gunung banyak air terjun, sedikitnya ditemukan 7 air terjun dengan ketinggian 3 hingga 30 meter.



Kawasan Gunung Djadi sangat berpotensi untuk dijadikan  wisata Sepeda Gunung, Body Rafting dan juga arung  jeram.





















Berita Terkait : 




KREDIT PHOTO : 
HISAM SETIAWAN - Koordinator XPDC 12-12 Part 1 (Media Ekspose Hasil Tim XPDC 12|12 bersama Gurindam12  Jumat, 13 Januari 2012 "Discovery First Mountain In Riau") / Penemuan Gunung Pertama di Riau.






Gunung Djadi, gunung pertama yang ditemukan di Riau ternyata memiliki pesona dan keindahan alam yang luar biasa. Gunung dengan ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu mempunyai potensi wisata alam yang menarik.

Dalam Media Ekspose Hasil Tim XPDC 12|12 (XPDC di 2012 bersama Gurindam12) Part 1 "Discovery First Mountain In Riau" (Penemuan Gunung Pertama di Riau) yang akan dilaksanakan pada Jumat, 13 Januari 2012  Koordinator XPDC 12-12, Hisam Setiawan menjelaskan Gunung Djadi mempunyai dua puncak. Selama menuju puncak gunung, tim juga menemukan ada pepohonan Pinus di sekeliling Gunung Djadi. Di lembah gunung banyak air terjun, sedikitnya selama ditemukan 7 air terjun dengan ketinggian 3 hingga 30 meter.



                              Air terjun di Gunung Jadi

Selain itu, juga ditemukan kubangan yang diperkirakan adalah kubangan badak. "Namun mengenai ini perlu pdilakukan penelitian lebih lanjut. Dan juga ditemukan banyak jenis burung 


Gunung Djadi ini terletak di Kabupaten Kampar yang disebut dengan "Serambi Mekkahnya" Riau. Tepatnya di Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling. Gunung Djadi sudah tidak aktif lagi. Dan kondisinya memang belum terjamah. Karena masih perawan, akses ke puncak gunung sangat sulit. Dibutuhkan waktu sekitar 5 hari mencapai puncak gunung.



Tim perjalanan XPDC 12-12 terdiri dari River Defender, Brimapala Sungkai, Telapak BT Riau, Yayasan Mitra Insani dan Gurindam12 sangat berharap kepada pemerintah dan instansi terkait memberikan perhatian kepada keberadaan gunung ini. Karena selain tidak diketahui keberadaannya, gunung Jadi ternyata memiliki keindahan alam yang bisa dikembangkan untuk kawasan wisata.