Tampilkan postingan dengan label KAMPAR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KAMPAR. Tampilkan semua postingan
Gunung Djadi merupakan gunung pertama yang ditemukan di Riau yang memiliki pesona dan keindahan alam yang luar biasa. Gunung dengan ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu mempunyai potensi wisata alam yang menarik.



Gunung  Djadi terletak di Kabupaten Kampar, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling.


Gunung Djadi mempunyai dua puncak dan terletak lebih dari ketinggian 600Mdl dengan kemiringan 75 derajat.  Untuk sampai ke Puncak Gunung Djadi,kita mesti melewati 10 puncak bukit.

Sebelum mencapai puncak Gunung Djadi ditemukan sebuah kubangan yang dugaan sementara merupakan Kubangan Badak, dan selain itu juga ditemukan  cakar harimau dan beruang.


Di Kawasan Gunung Djadi banyak ditemukan jenis burung, dan juga potensi vegetasi alami seperti Pinus, Damar, Meranti, Kruing, Anggrek Tebu, Anggrek Hutan, Kantong Semar, Rotan, Manau dan lainnya.


Di lembah gunung banyak air terjun, sedikitnya ditemukan 7 air terjun dengan ketinggian 3 hingga 30 meter.



Kawasan Gunung Djadi sangat berpotensi untuk dijadikan  wisata Sepeda Gunung, Body Rafting dan juga arung  jeram.





















Berita Terkait : 




KREDIT PHOTO : 
HISAM SETIAWAN - Koordinator XPDC 12-12 Part 1 (Media Ekspose Hasil Tim XPDC 12|12 bersama Gurindam12  Jumat, 13 Januari 2012 "Discovery First Mountain In Riau") / Penemuan Gunung Pertama di Riau.






Gunung Djadi, gunung pertama yang ditemukan di Riau ternyata memiliki pesona dan keindahan alam yang luar biasa. Gunung dengan ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu mempunyai potensi wisata alam yang menarik.

Dalam Media Ekspose Hasil Tim XPDC 12|12 (XPDC di 2012 bersama Gurindam12) Part 1 "Discovery First Mountain In Riau" (Penemuan Gunung Pertama di Riau) yang akan dilaksanakan pada Jumat, 13 Januari 2012  Koordinator XPDC 12-12, Hisam Setiawan menjelaskan Gunung Djadi mempunyai dua puncak. Selama menuju puncak gunung, tim juga menemukan ada pepohonan Pinus di sekeliling Gunung Djadi. Di lembah gunung banyak air terjun, sedikitnya selama ditemukan 7 air terjun dengan ketinggian 3 hingga 30 meter.



                              Air terjun di Gunung Jadi

Selain itu, juga ditemukan kubangan yang diperkirakan adalah kubangan badak. "Namun mengenai ini perlu pdilakukan penelitian lebih lanjut. Dan juga ditemukan banyak jenis burung 


Gunung Djadi ini terletak di Kabupaten Kampar yang disebut dengan "Serambi Mekkahnya" Riau. Tepatnya di Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling. Gunung Djadi sudah tidak aktif lagi. Dan kondisinya memang belum terjamah. Karena masih perawan, akses ke puncak gunung sangat sulit. Dibutuhkan waktu sekitar 5 hari mencapai puncak gunung.



Tim perjalanan XPDC 12-12 terdiri dari River Defender, Brimapala Sungkai, Telapak BT Riau, Yayasan Mitra Insani dan Gurindam12 sangat berharap kepada pemerintah dan instansi terkait memberikan perhatian kepada keberadaan gunung ini. Karena selain tidak diketahui keberadaannya, gunung Jadi ternyata memiliki keindahan alam yang bisa dikembangkan untuk kawasan wisata.

LSM River Defender mengklaim, menemukan gunung pertama di Riau. Selama ini, Riau dikenal daerah yang kaya minyak dengan geografis tidak ada gunung.  Gunung yang ditemukan ini diberi nama dengan Gunung Djadi, gunung ini berada di 1.091 meter dari permukaan laut. Gunung yang bernama Djadi tersebut terletak di Kampar, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling.

"Ini merupakan gunung pertama di Riau. Selama ini warga setempat sudah tahu, tapi tidak terekspos luas. Ketinggiannya mencapai 1.091 meter dari permukaan laut" 

"Gunung tersebut tidak aktif lagi. Dan kondisinya memang belum terjamah. River Defender memasuki awal 2012 ini  mengadakan ekspedisi perjalanan Tim XPDC 12-12 terdiri dari River Defender, Brimapala Sungkai, Telapak BT Riau, Yayasan Mitra Insani dan Gurindam12.

Ekspedisi ini bertujuan melihat lebih jauh gunung tersebut untuk pengembangan potensi wisata alam Riau yang terpendam. "Kegiatan ini dilaksanakan 29 Desember 2011 hingga 4 Januari 2012," papar Amin.

Menurut data yang diperoleh, gunung Djadi ini tergolong tidak aktif. "Diperkirakan akan memerlukan waktu dua hari perjalanan menuju puncak gunung. Sebab, medannya sangat sulit.


Arsitektur Bangunan Candi Muara Takus dapat dikatakan merupakan bangunan yang bersifat Budha karena adanya stupa, Stupa merupakan lambang dari Budha Gautama.  Tetapi jika dilihat dari salah satu Bangunan di Gugusan Candi Muara Takus yaitu Candi Mahligai,maka Candi Muara Takus juga dapat dianggap merupakan Candi di masa peralihan Ciwaitis ke Budha,karena adanya lambang Pallus dan Yoni serta bentuk Candi Mahligai yang seperti Menara.

Arsitektur Bangunan Candi Muara Takus memiliki persamaan dengan Bangunan Candi Acoka di India, dan juga memiliki persamaan dengan Candi yang ada di Myanmar. 

Gugusan Candi Muara Takus terdapat beberapa Bangunan Candi diantaranya Candi Mahligai, Candi Palangka, Candi Bungsu, Candi Tua, dan beberapa bangunan lainnya yang berupa onggokan tanah yang diyakini dulunya merupakan tempat pembakaran jenazah, dan juga terdapat pagar yang mengelilingi Candi seluas 74 meter x 74 meter.

Sekitar 8km, dari Candi Muara Takus terdapat sebuah Desa yang bernama Desa Pongkai,menurut cerita rakyat setempat,batu bata yang digunakan untuk membangun Candi Muara Takus dibat di Desa Pongkai. Desa Pongkai atau Pongkai berasal dari bahasa China yang bermakna Lubang Tanah "Pong" berarti lubang dan "Kai" berari tanah. Di Desa Pongkai terdapat lubang tanah yang luas yang diperkirakan merupakan tempat pengambilan tanah untuk dijadikan Batu Bata Candi Muara Takus Batu bata yang telah dibuat di Desa Pongkai pada awalnya dibawa atau diangkut melalui sungai ke Muara Takus, namun kemudian batu bata ini diangkut secara beranting yaitu menggunakan tenaga manusia yang berbaris dari Pongkai ke Tempat Pembuatan Candi Muara Takus, batu bata ini diangkut secara beranting yang memerlukan tenaga manusia yang banyak mengingat jaraknya 8km. 



CANDI MAHLIGAI
Candi Mahligai ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44M x 10,60M , tingginya sampai kepuncak 14,30M berdiri diatasnya pondamen segi delapan dan bersisikan 28 buah pada alasnya terdapat teratai berganda.
                                            Candi Mahligai

Ditengahnya menjulang menara, diatas puncaknya diperkirakan ada makarel, namun Cornet de Groot sang penemu Candi Muara Takus tidak menemukan makarel tersebut. Pada tahun 1860 Cornet de Groot menatakan disetiap sisin Candi Mahligai terdapat patung singa dengan posisi duduk,disebelah timur terdapat teras bujur sangkar ukuran 5,10 Meter x 5,10 Meter dan didepannya terdapat sebuah tangga.



CANDI PALANGKA

Bangunan ini terdiri dari Batu Bata merah yang dicetak, letaknya 3,85 meter sebelah Timur Candi Mahligai, candi palangka merupakan Candi Terkecil. Candi ini berbentuk segi delapan, dan memiliki tangga, pada saat ditemukan tahun 1860 Candi ini dalam keadaan rusak dan bagian puncaknyapun sudah tidak ada.
                                               Candi Palangka


CANDI BUNGSU

Candi Bungsu terletak di sebelah Barat Candi Mahligai. Bangunannya terbuat dari dua jenis batu yaitu Batu Pasir (tuff) dibagian depan, dan batu bata dibagian belakang. Dulunya di Candi Bungsu ini terdapat 8 buah Stupa Kecil yang mengelilingi Stupa besar.

Candi Tua dan Candi Bungsu pada Gugusan candi Muara Takus.

CANDI TUA

Merupakan candi terbesar di Gugusan Candi Muara Takus, candi ini terletak di sebelah utara Candi Bungsu, candi ini berukuran 32,8M x 21,8M. Pada sisi sebelah timur dan barat terdapat tangga dan dulunya dihiasi oleh stupa dan pada sisi bagian bawah dulunya terdapat patung singa duduk. Saat ini patung singa duduk,maupun stupa kecil serta bangunan lainnya sudah banyak yang hilang.



Sumber :
Wawancara dengan masyarakat Sekitar Candi Muara Takus.
Desa Pulau Belimbing adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Bangkinang Barat Kabupaten Kampar. Desa ini dijadikan sebuah Desa Wisata, di Desa ini banyak dapat kita jumpai Rumah - Rumah Tua yang sudah berumur ratusan tahun, dan sebagian besar rumah tersebut berbentuk Lontiok dan dikenal sebagai Rumah Lontiok yaitu Rumah Adat Kampar.
Desa Wisata Pulau Belimbing ini jaraknya sekitar 70km dari Kota Pekanbaru.  Transportasi umum untuk tujuan Desa Wisata Pulau Belimbing sangatlah banyak ,kita bisa menggunakan transportasi umum yang biasa disebut Superben atau travel. Dari Pekanbaru tepatnya di Daerah Simpang Baru Panam kita bisa menemui Travel atau Superben tujuan Bangkinang ataupun Tujuan Pasir Pengaraian,dengan biaya 15ribu nantinya kita akan diantarkan ke depan pintu Gerbang Desa Wisata Pulau Belimbing. Jarak dari depan Pintu Gerbang Desa Wisata Pulau Belimbing ke Desanya lebih kurang 2km, dan kita bisa berjalan kaki atau menggunakan transportasi ojek dan kita juga bisa  meminta tumpangan kepada masyarakat sekitar. 
Di Desa Pulau Belimbing juga terdapat sebuah Museum yaitu Museum Kandil Kemilau Emas museum ini berbentuk Rumah Lontiok yang menyimpan  berbagai koleksi yang memiliki nilai sejarah seperti Barang tembikar, Alat Pertukangan, Alat Pertanian, Alat-alat penangkap ikan, alat-alat kesenian, Alat-alat pelaminan, Alat-alat perdagangan, Alat pesta dan lain-lain.
Museum Kandail Kemilau Emas yang berbentuk Rumah Lontiok
Dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan maka masyarakat di desa Wisata Pulau Belimbing  Kecamatan Bangkinang menggelar acara yang sudah menjadi tradisi sejak lama yakni lomba pacu tongkang melawan arus Sungai Kampar.
Rumah Lontiok adalah Rumah Adat Kampar,. Lontiok (lentik dalam Bahasa Indonesia) berarti melengkung atau bengkok. Lontiok memiliki bentuk melengkung ke atas yang memiliki  simbol untuk menghormati Tuhan / Allah. Rumah Lontiok memiliki keunikan bentuk, serta memiliki nilai-nilai  simbolik yang terkandung pada rumah tradisional Lontiok. Pengolahan material, pilihan bentuk, penggunaan ragam hias dan maknanya diduga berhubungan erat dengan nilai adat serta nilai sosial masyarakat Kampar.

SALAH SATU RUMAH LONTIOK DI DESA WISATA PULAU BELIMBING


Bentuk rumah Lontiok berasal dari bentuk perahu, hal ini tercermin dari sebutan pada bagian-bagian rumah tersebut seperti : bawah, tengah, ujung, pangkah, serta turun, naik. Dinding depan dan belakang dibuat miring keluar dan kaki dinding serta tutup didinding dibuat melengkung sehingga bentuknya menyerupai sebuah perahu yang diletakkan di atas tiang-tiang. Rumah Lontiok berfungsi sebagai rumah adat dan rumah tempat tinggal. Dibangun dalam satu prosesi panjang yang melibatkan masyarakat luas serta upacara. Struktur bangunannya terdiri atas bagian bawah (kolong), bagian tengah dan bagian atas. 
BALAI ADAT KABUPATEN KAMPAR YANG BERBENTUK RUMAH LONTIOK
Pembagian ini dipengaruhi oleh pemikiran kosmologi tradisi masyarakat Indonesia yang membagi alam atas tiga lapisan yaitu : lapisan atas sebagai tempat tinggal dewa, lapisan tengah sebagai tempat tinggal manusia dan lapisan bawah alam kejahatan. Bagian bawah difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat kerja, kayu bakar, hasil kebon, bagian tengah sebagai tempat tinggal manusia yang merupakan harmoni hubungan dunia atas dan dunia bawah, sedangkan bagian atas dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga dan benda-benda pusaka. Ragam hias yang digunakan pada rumah Lontiok terdiri dari bentuk stilasi tumbuh-tumbuhaan, binatang serta bentuk geometris terlihat pada motif bunga kundur,akar pakis, selembayung yang distilasi dari bentuk kepala kerbau, lebah bergantung, pucuk rebung, bintang dan lain-lain. Makna tersimpan dibalik bentuk bangunan, ragam hias, simbol-simbol yang terdapat pada komponen bangunan yang hanya dapat dipahami dalam konteks budaya masyarakat Kampar.
BALAI BUPATI KABUPATEN KAMPAR (RUMAH DINAS BUPATI KAMPAR) YANG BERBENTUK LONTIOK

Pada Tahun 2017 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Rumah Lontiok menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201700481


SUMBER :
Wawancara dengan masyarakat Desa Wisata Pulau Belimbing

Museum Kandil Kemilau Emas berlokasi di Desa Wisata Pulau Belimbing Kecamatan Bangkinang Barat, Kabupaten Kampar. Museum ini diresmikan  pada tanggal 22 Mei 1988. Museum ini adalah sebuah rumah berbentuk Rumah Adat Lontiok Kampar yang dibangun sekitar tahun 1900 oleh almarhum Haji Hamid.


Museum Kandil Kemilau Emas yang berbentuk Rumah Lontiok
Salah Satu Ornamen Bermotif Melayu di Museum Kandil kemilau Emas
Penampakan Dari Samping Museum Kandil Kemilau Emas


Haji Hamid merupakan saudagar kaya pada masa dahulunya.  Kini dalam museum ini tersimpan berbagai barang antik koleksi yang memiliki nilai sejarah seperti Barang tembikar, Alat Pertukangan, Alat Pertanian, Alat-alat penangkap ikan, alat-alat kesenian, Alat-alat pelaminan, Alat-alat perdagangan, Alat pesta dan lain-lain. Disamping alat-alat tersebut tersimpan pula dayung perahu dagang terbuat dari kayu yang sangat kuat berasal dari abad ke 18, serta sebuah kompas yang terbuat dari bambu yang dibuat oleh bangsa China karena angka-angka yang tertulis pada kompas tersebut ditulis dalam aksara China. Ada dua ratus lima puluh (250) macam barang antik koleksi museum Kandil Kemilau Emas yang semuanya merupakan koleksi warisan yang telah turun temurun sebagai barang pusaka.

SEJARAH CANDI MUARA TAKUS

Di Daerah riau banyak terdapat peninggalan Sejarah dan Purbakala,salah satunya terdapat di Muara Takus Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten kamparDesa Muara Takus terkenal baik didalam negeri maupun di luar negeri khususnya di Asia karena adanya Gugusan Candi Muara Takus. Menurut pengembara china I-Tsing  Candi Muara Takus tidak terlepas dari Sriwijaya dan ia menyebutkan bahwa ibukota Sriwijaya berada disuatu tempat dimana pada tengah hari tidak terlihat bayangan seseorang yang berdiri.
Penampakan Candi Tua dan Candi Mahligai di Gugusan Candi Muara Takus

Candi Muara Takus ditemukan pada tahun 1860 oleh Cornet De Groot, hasil penemuannya dituangkan dalam sebuah tulisan yang berjudul "KOTO CANDI", tulisan tersebut dimuat dalam "Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde".
Candi Tua, merupakan Candi terbesar di Gugusan candi Muara Takus
kemudian setelah ditemukannya Candi Muara Takus dan setelah literatur dari Cornet De Groot dipublikasikan banyak peneliti dari luar negeri yang melakukan penelitian mengenai Muara Takus diantaranya ada G DU RUY VAN BEST HOLLE, W.P. GRONEVELD, R.D.M VERBEEK dan E.TH. VAN DELDEN, J.W. YZERMAN, DR. F.M. SCHNITGER, BOSCH, BENET KEMPERS dan lain lain dan sebagian besar dari hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa sesunggugnya Sriwijaya berada di Muara Takus dan bukan berada di Sumatera Selatan.
Candi Mahligai




ASAL MUASAL NAMA MUARA TAKUS


Muara Takus berasal dari nama sebuah anak sungai yang bermuara ke Batang Kampar Kanan. Menurut Duta Besar Singapura yang pernah berkunjung k Muara Takus pada tahun 1977 menyatakan bahwa Muara takus terdiri dari dua kata yaitu "Muara" dan "Takus", menurut pendapatnya "Muara" berarti tempat dimana sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau sungai yang lebih besar, sedangkan "Takus" berasal dari Bahasa China yang artinya : TA = besar, KU = Tua, SE = Candi. Jadi arti keseluruhannya  adalah Candi Tua yang besar yang terletak di Muara Sungai
Candi Bungsu




LETAK GUGUSAN CANDI MUARA TAKUS


Candi Muara Takus Candi adalah candi Budha yang terletak di Kecamatan XIII Koto kampar Kabupaten kampar Provinsi Riau. Muara Takus ini jaraknya lebih kurang 150kilometer  dari kota Pekanbaru
Candi Palangka
 
Gugusan Candi Muara Takus terletak di garis Khatulistiwa 0"21 Lintang Utara dan 100"39 Bujur Timur. Gugusan Candi ini dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari batu putih yang berukuran 74meter x 74 meter dan terletak di pinggir jalan Desa Muara takus dan Desa tanjung. Dalam kompleks ini terdapat bangunan Candi yaitu Candi
Mahligai,Candi Palangka, Candi Bungsu,  Candi Tua, Tanggul Kuno, dan beberapa bangunan lainnya.

Candi Tua dan Candi Bungsu pada Gugusan candi Muara Takus.




SUMBER :
Penerus Ramli DT. RAJO DUO BALAI

Keberadaan Kampar sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya "tergilas" publikasi. Selama ini publik menyangka pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Sumatera Selatan (Sumsel) karena lebih banyak publikasi mengenai Sriwijaya oleh orang-orang Sumsel. Namun fakta berbicara lain. Keberadaan Candi Muara Takus membuktikan, pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Kampar.

Sebenarnya ada sesuatu yang jauh lebih menarik dari sekadar view yang ditampilkan di kompleks Candi Muara Takus di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Sesuatu yang akan mengubah sejarah.
Tidak hanya sejarah Kampar secara khusus, namun sejarah Melayu di dunia.
Berdasarkan sejarah yang telah disusun di Indonesia, ibukota Kerajaan Sriwijaya berada di Sumsel. Bahkan, menurut sejarah Melayu di Malaysia, pendiri Kerajaan Melaka, yakni Prameswara yang kemudian berganti nama menjadi Muhammad Iskandar Syah berasal dari Sriwijaya yang diyakini berada di Sumsel.

Namun sebagaimana dikatakan Pemerhati dan Peneliti Sejarah Kampar Drs Abdul Latif MM, pandangan tersebut akan berubah. Sebab keberadaan Candi Muara Takus membuktikan lain.  ''Berdasarkan penelitian di dunia, sebuah candi merupakan pusat kerajaan dan pusat keagamaan di kerajaan Hindu/Budha. Jika Candi Muara Takus berasal dari Kerajaan Sriwijaya, dengan demikian pusat Kerajaan Sriwijaya pada zaman dulu berada di Kampar, bukan di Sumsel,'' jelas Latif yang juga seorang budayawan Kampar ini.

Hal yang paling menguatkan bahwa Candi Muara Takus merupakan pusat kerajaan tertua di Asia Tenggara tersebut adalah adanya istana yang berada di sekitar candi pada zaman dahulu. Saat ini istana yang terbuat dari kayu itu tidak ada lagi, terkikis oleh berjalannya waktu. Latif mengungkapkan, istana Sriwijaya telah lama runtuh. ''Dulu ada istana di sekitar candi. Tapi sudah lama runtuh. Masyarakat sekitar tidak ada lagi yang ingat persis tahun berapa istana runtuh saking sudah lamanya,'' urai Latif yang juga merupakan Guru PPKn di SMA 2 Bangkinang dan sudah 16 tahun berkecimpung dalam kegiatan penelaahan sejarah Melayu, terutama di Kabupaten Kampar ini.

Hanya saja, karena publikasi terhadap Kerajaan Sriwijaya sudah terlebih dahulu dilakukan orang-orang Sumsel, pusat Sriwijaya dianggap berada di wilayah Sumsel. Bahkan buku sejarah yang disusun juga memuat demikian. Padahal di Sumsel sendiri tidak pernah ditemukan bekas istana maupun situs sejarah berupa candi. Hanya di Kampar ditemukan situs peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya berupa candi dan bekas istana yang telah runtuh.
''Daerah Sumsel itu saya kira hanya sebagai daerah perhentian pelabuhan terakhir yang dilakukan orang-orang Kerajaan Sriwijaya,'' ungkap alumni Jurusan PPKn FKIP Universitas Riau ini.

Sebenarnya, Latif sudah memaparkan banyak hal terkait pusat Sriwijaya di Muara Takus pada seminar-seminar kebudayaan di Riau maupun di provinsi lain. Seperti di seminar kebudayaan di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Para akademisi UGM bahkan mendukung pandangan dan fakta yang disampaikan Latif. ''Akademisi UGM mendukung saya. Mereka memberi semangat agar saya terus mempublikasikan mengenai pusat Sriwijaya yang berada di Kampar agar diketahui masyakarat,'' sebut pria kelahiran Kuok 4 Juli 1958 tersebut.  Tidak hanya akademisi UGM yang mendukung pandangan yang menyebutkan pusat Sriwijaya ada di Muara Takus. Sebanyak 16 peneliti dari Belanda yang pernah meneliti di daerah Kampar menyatakan pandangan serupa. ''Hanya saja kurang terekspos ke publik,'' sebut Latif.

Jika hanya diperhatikan sekilas, bagi orang awam, Candi Muara Takus terlihat kurang menarik. Hanya terdapat 3 candi yang dinamakan candi tua, candi bungsu dan candi mahligai yang disebut juga stupa candi. Kompleks candi hanya terlihat berupa onggokan batu warna oranye kemerah-merahan . Di halaman candi yang seluruhnya dipagari besi tipis berwarna silver, ditanami rumput dan tanaman hias berupa bunga asoka. Sedangkan bekas pelabuhan di sekitar candi yang sekarang berupa Sungai Kampar pada tepiannya dibangun panggung sebagai tempat duduk-duduk dan melihat-lihat bagi pengunjung.
Tak jauh dari situ tampaklah bekas-bekas benteng yang dibangun untuk melindungi istana dan Candi Muara Takus. Sebagian benteng sudah tertimbun tanah.

Saat ini bekas benteng yang terlihat hanya berupa tembok-tembok dengan bahan batu yang sama dengan batu candi. Di sekitar lokasi juga terdapat bekas tempat pemandian putri yang sudah berupa onggokan batu. Sedangkan di sekitarnya terdapat tempat berjualan pedagang makanan, minuman dan pakaian bergambar Candi Muara Takus yang dijual kepada pengunjung candi.
Pada sebagian tanah yang diinjak di lokasi kompleks candi menuju bekas tempat pemandian putri didapati batu-batu yang sedikit menyembul ke atas permukaan tanah. Sepertinya batu-batu itu hendak bernafas ke permukaan tanah karena bagiannya yang lain masih tersembunyi di tanah.

Namun bagi pengunjung, candi terlihat kurang menarik sebagai objek wisata. Beberapa pengunjung menyatakan, view candi terlihat kurang menarik. Ahmad Supriadi (31) mengungkapkan, tidak ada sesuatu yang begitu menarik dari candi peninggalan abad 12 Masehi itu. Supriadi mengaku sudah 4 kali mengunjungi candi. Namun yang ia temukan hanya keadaan yang sama, onggokan batu berwarna oranye kemerah-merahan .
''Saya sudah berkali-kali ke sini, tapi terlihat hanya begitu-begitu saja,'' ungkap Supriadi yang ditemui di area candi. Hal yang sama dipaparkan Lina Hardian (27). Lina juga mengungkapkan bahwa candi kurang menarik dari segi view yang ditampilkan. Apalagi candi kurang terkelola dengan baik sebagai objek wisata. ''Kelihatan kurang menarik. Karena tidak dikelola dengan baik,'' tutur Lina.


Labersa Waterpark berada di Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Labersa Waterpark dibangun diatas lahan seluas 6,5hektar oleh Hutahean Grup. Labersa Waterpark merupakan wisata air terbesar dan terlengkap di Riau untuk saat ini. dari Kota Pekanbaru Labersa WaterPark ini dapat diakses melalui Jalan Parit Indah. 



Labersa Waterpark memiliki 5 area kolam yaitu kolam dewasa (adult pool) untuk orang dewasa yang ingin berolahraga berenang atau bermain flip bersama teman temanya, kolam adventure(adventure pool) kolam dengan beragam permain seperti seluncuran, air mancur, ember tumpah dengan 5000 galon, dan masih banyak lagi cocok untuk anak – anak bahkan orang dewasa, kolam arus (lazy river pool) yaitu sungai buatan yang mengelilingi area labersa waterpark dengan panjang 950 m dan merupakan lazy river terpanjang di Indonesia, kolam bayi (baby pool) wahana ini khusus di peruntukan tamu kecil kita sehingga akan mengasah kekreatifannya. dan kolam Buaya (Crocodile river) yaitu  wahana permainan seluncuran , race slide, spiral slide, vertical slide dan big jump slide yang dapat menguji andrenaline pengunjung.

Labersa Waterpark juga memiliki beberapa fasilitas permainan tambahan seperti motor race, water futsal dan bouncy slide. Untuk kenyamanan bersantai bersama keluarga terdapat fasilitas untuk beristirahat sejenak, “GAZEBO” itulah nama yang diberikan Management . Labersa Waterpark yang telah dilengkapi dengan balcony dan kamar bilas pribadi, selain itu tersedia Loker agar para pengujung merasakan aman dan tidak khawatir dengan barang-barang bawaannya ketika bermain dan bergembira bersama keluarga. Dan untuk menghibur para pengunjung.


Jami Mosque is located in the Pasar Usang Desa Tanjung Cape Berulak Air Tiris, Kampar, about 52 km from Pekanbaru. This mosque was founded in 1901 on the initiative Engku Mudo Sangkal, a scholar who consolidate the potential ninik-mamak and cerdik-pandai from 20 villages in Air Tiris. The mosque was completed in 1904 which was inaugurated with great fanfare by the entire community with Air Tiris buffaloes were slaughtered 10.



Kantor Bupati Kabupaten Kampar ini berada di Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Kampar disekitar Kantor Bupati ini juga terdapat beberapa Kantor Dinas, Kantor DPRD Kabupaten Kampar dan juga Gedung Olahraga.
Balai Adat Kabupaten Kampar ini berada di jalan Ring Road Kota Bangkinang, dan tidak jauh dari Kompleks Perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar.
Balai Bupati Kabupaten Kampar ini berfungsi sebagai Rumah Dinas Jabatan Bupati Kabupaten Kampar. Balai Bupati ini berada di Jalan. Prof. M. Yamin Kota Bangkinang





Taman Kota Prof. M. Yamim Bangkinang berada di Pusat Kota Bangkinang, taman ini berada di Jalan Lintas yang menghubungkan Kota Bangkinang dengan Pekanbaru. Taman ini persis berada di jalan Prof. M. Yamin tepatnya berada di sebelah Balai Bupati Kampar.