Tampilkan postingan dengan label AYOKERIAU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AYOKERIAU. Tampilkan semua postingan
Pulau Rupat yang berada di Kabupaten Bengkalis menjadi surga tersembunyi Riau, pasir putih sepanjang 13km menjadi pesona tersendiri, berikut kami tampilkan keindahan pulau rupat melalui media photo.

















Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bersama Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman me-Launching Calender of Event Riau 2016 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Kamis malam (17/3).

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyambut baik diluncurkan Calender of Event Riau 2016 sebagai wujud tekad Provinsi Riau menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan (selain minyak bumi dan kelapa sawit yang selama ini sebagai sumber utama) sekaligus dalam rangka mendukung program Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia mewujudkan target tahun ini kunjungan 12 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan pergerakan 260 juta wisatawan nusantara (wisnus) di Tanah Air.

Untuk mendukung target pariwisata nasional tersebut, Provinsi Riau telah menetapkan sejumlah event unggulan pariwisata dalam Calander of Event Riau 2016 dengan mengandalkan potensi berupa daya tarik alam (nature), budaya (culture) dan daya tarik wisata buatan (man-made) antara lain festival budaya Pacu Jalur dan Bakar Tongkang serta Festival Bekudo Bono yang telah mendunia.

“Pilihan Riau menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan adalah pilihan yang sangat tepat, karena bila tetap mengandalkan pada minyak dan CPO, yang selama ini menjadi andalan Provinsi Riau, ke depan kedua komoditas ini kenderungannya terus menurun. Tahun 2020 mendatang penghasilan devisa dari minyak trennya akan menuruntajam begitu pula dari CPO trennya hanya mendatar saja, sedangkan pariwisata trennya meningkat dan akan menjadi penghasil devisa terbesar mencapai Rp 240 triliun ,” kata Menpar Arief Yahya.
 
Menpar Arief Yahya menjelaskan, Provinsi Riau memiliki potensi pariwisata berupa daya tarik budaya (culture), alam (nature), dan buatan (manmade). Potensi ini tinggal ditingkatkan dengan strategi pemasaran dan promosinya yang mengacu pada strategi yang dijalankan oleh Kemenpar dengan pendekatan DOT (Destination, Origin, dan Time) serta BAS (Brandidng/PR-ing, Advertising, dan Selling). “Selain itu tiga komponen; aksesbilitas, atraksi, dan amenities yang akan membentuk produk pariwisata di Riau semakin berkualitas dan memiliki daya saing tinggi, harus dibangun dan ditingkatkan,” kata Arief Yahya. 
Bono Sungai Kampar,salah satu andalan wisata riau yang telah mendunia

Menpar Arief Yahya mengatakan, Riau mempunyai atraksi antara lain festival budaya Pacu Jalur dan Bakar Tongkang, sebuah tradisi yang telah berjalan seabad lebih, telah mampu mengundang banyak wisatawan termasuk wisman dari etnis Tionghoa yang mencapai 20 ribu wisman. Riau juga memiliki event wisata petualangan (adventure tourism) dan wisata olahraga (sport tourism) ke depan perlu digencarkan strategi pemasaran dan promosinya. 

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan, Riau yang juga mendapat sebutan sebagai “Bumi Lancang Kuning” selama ini identik dengan minyak bumi, hamparan kebun kelapa sawit atau sebuah kawasan berkembang dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia Bagian Barat. Kekayaan sumber daya alam yang telah memberi berkah itu telah bertemu dengan keinginan kuat dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam menghadirkan terobosan baru .yakni di sektor pariwisata. “Bumi Lancang Kuning kini sedang berbenah mengembangkan layarnya dengan menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menggerakkan roda perekonomian. Kami harapkan sektor ini akan mampu memberikan kontribusi positif terhadap sector lainnya,” kata Arsyadjuliandi Rachman.

Gubernur Arsyadjuliandi Rachman mengatakan, peformansi Provinsi Riau di sektor pariwisata pada 2015 yang lalu cukup menggembirakan dengan aktif berpartisipasi di berbagai event pariwisata nusantara dan mancanegara di antaranya berhasil meraih predikat The best untuk penampilan seni dan budaya yang dilombakan pada China ASEAN Expo 12th di Nanning, China mewakili Indonesia.
(sumber : Siaran PersLaunching Calendar of Event Riau 2016/Kemenrian Pariwisata)
Perjalanan panjang Pekanbaru ke Rupat membuat kami cukup kelelahan, setiba di Penginapan kami melepas lelah dengan beristirahat. Baru saja akan beristirahat muncullah sosok yang antusias dan semangat, seraya ia berkata ayo kita akan Berangkat ke Makam Putri Sembilan dan ia juga berkata yang ke makam tidak boleh menggunakan Celana Pendek. Ternyata sosok tersebut merupakan Bapak Eduar Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis,

Timbul pertanyaan bagi kami, Makam Putri Sembilan ? Pasti makamnya ada 9 dan yang dimakamkan pasti putri yang cantik ? Putri Sembilan merupakan cerita yang melegenda di Nusantara, di beberapa daerah menceritakan  putri sembilan merupakan Putri bungsu yang cantik bila dibandingkan 8 (delapan) saudaranya yang lain.

Di Rupat juga terdapat kisah Putri Sembilan, dan tidak hanya menjadi kisah turun temurun ataupun legenda pengantar tidur. Makam Putri Sembilan  dapat kita temui di Desa Kadur. Di makam tersebut terdapat makam kedua orang tua Putri Sembilan serta makam kakek dan neneknya.

Laksamana raja di laut
Bersemayam di Bukitbatu
Ahai hati siapa
Ahai tak terpaut
Mendengar lagu zapin Melayu..

Petikan atas adalah lirik lagu Laksamana Raja di Laut yang dinyanyikan dan dipopulerkan oleh Iyeth Bustami. Laksmana Raja di Laut bukanlah sekedar lagu. Datuk Laksamana Raja Dilaut menjadi legenda seorang penguasa laut yang terkenal. Kabarnya ditangann beliau segala bentuk kejahatan laut takluk padanya. Seperti banyaknya Lanun, yang merompak hasil bumi dan perdagangan di laut. Begitu juga dengan penyerangan-penyerangan dari negeri luar.
Mengutip dari Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan,  Beting Aceh merupakan salah satu Pulau terluar Indonesia, hanya berjarak 48 km ke Port Dickson dan 62 km ke Melaka.

Secara administratif Pulau Beting Aceh berada di Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis. Akses yang paling mudah untuk menuju Beting Aceh adalah melalui Dumai, melalui Pelabuhan TPI Dumai kita menyebrang melalui Kapal Roro menuju Pulau Rupat dengan lama penyeberangan lebih kurang 50menit, kemudian dilanjutkan perjalanan darat lebih kurang 2jam atau bahkan lebih, tidaklah sulit untuk menuju Beting Aceh ini, kita cukup berjalan mengikuti jalan utama atau biasa disebut jalan poros.

Ada sebuah alasan tertentu sehingga Pulau ini dinamakan Beting Aceh, "Beting" berarti tumpukan atau gundukan pasir, dan dulunya cukup banyak saudara kita dari Aceh yang hendak ke Malaysia dan terdampar dipulau ini, demikianlah asal muasal penamaan Beting Aceh. 


Rupat Utara menyimpan kearifan lokal yang unik yang keberadaannya kian tergerus zaman yaitu Zapin Api. Zapin bukanlah hal yang asing bagi kita semua, zapin begitu melekat dengan melayu, namum zapin api adalah sesuatu yang berbeda, zapin ai dimainkan dengan mantra-mantra yang dibacakan oleh seorang khalifah diiringi dengan lantunan musik gambus, marwas dan kompang.

Seorang lelaki tua yang bernama Abdullah bin Husein didaulat menjadi khalifah, diusia senja kakek yang lahir 7hari setelah kemerdekaan RI berupaya menjaga kelestarian zapin api. Awalnya upaya yang dilakukan oleh kakek yang mempunyai 27 cucu dan 3 cicit ini ditentang oleh anakna,  kini Umar (40), Azhar (36) dan Montel (33) mendukung upaya yang dilakukan oleh ayah mereka, khusus Umar dan Montel bahkan sudah dikaderkan untuk menjadi penerus dan khalifah dan saat ini mereka bertugas menjadi pengawas api ketika Zapin Api dilakukan.

Keberadaaan zapin api sempat menghilang sekitar 40tahun, dahulunya zapi api adalah hiburan favorit di acara pernikahan, kini keberadaan zapin api kian tersingkirkan dengan hadirnya organ tunggal, band serta orkestra lainnya.  Sosok Bapak Edward Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis yang membuat keberadaan zapin api ini mulai muncul kembali. Edward memberi Khalifah kompang dan memberi spirit agar budaya ini terus dilestarikan, hingga akhirnya di Tahun 2013 zapin api kembali dipertontonkan.



 


Iringan kompang dan gambus serta komando dari Khalifah mengawali Zapin Api. Lima orang laki-laki yang merupakan keponakan dari Khalifah Abdullah berjongkok mengelilingi kemenyan sambilmenutup telinga dan berkomat kamit dan khalifah menghampiri mereka satu persatu sambil membisikkan mantradan doa, dan kelima lelaki tersebut menghayati lantunan mantra yang dibacakan khalifah dan mereka akan kehilangan kesadaran lalu menari dengan  mengikuti irama dan seketika mereka bersemangat dan berliuk liuk di bara api.

Sebelum Zapin Api dimulai, khalifah Abdullah memberitahu kepada penonton, selama zapin api berlangsung dilarang untuk merokok ataupun memantik api seperti mancis dan korek api, api dari benda-benda tersebut akan membuat penari zapin api mengarah kesumber api , selain itu kepada penonton yang mengenali pemain zapin api dilarang memanggil atau menyapa mereka.

Khalifah Abdullah sang Komando Zapin Api

Khalifah abdullah merupakan salah satu khalifah Zapin api, khalifah lainnya bernama M. Nur, M.Nur sudah cukup sepuh dan kemungkinan berusia 100tahun lebih, karena M. Nur merupakan teman dari Ayah Abdullah. Ayah dari Khalifah Abdullah merupakan khalifah yang cukup piawai dan cukup dikenal di Bengkalis, dan dari ayahnyalah Abdullah mengenal Zapin Api.


Menutup pembicaraan kami dengan Khalifah Abdullah ia berharap besar kepada Pemerintah untuk dapat membantu menyumbangkan alat musik yang lebih baik lagi terutama dari kualitas suara, maklum saja alat musik yang ia miliki sudah cukup tua.



Pada Tahun 2017 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 150 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Zapin Api menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201700476.



Madu sialang adalah  madu yang diperoleh dari pohon-pohon sialang. Namun sejatinya madu tersebut tidak bersarang di Pohon Sialang saja, tetapi juga di pohon-pohon lain terutama pohon yang memiliki struktur batang yang tinggi dan besarDalam Islam, Al Qur'an menempatkan secara istimewa lebah madu menjadi sebuah judul yaitu An Nahl (Lebah Madu). Dalam salah satu ayatnya (Surah An Nahl ayat 68-69 tertulis: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.

                                                   

Beberapa waktu lalu kami mendapat kesempatan menikmati Ekowisata Madu Sialang di Desa Gunung Sahilan Kecamatan Gunung Sahilan kabupaten Kampar. Dari Pekanbaru Desa Gunung Sahilan ini begitu mudah diakses, perjalanan kesana dapat ditempuh lebih kurang selama 60menit, Jalanan yang beraspal membuat perjalanan terasa begitu cepat. Untuk sampai ke tujuan  desa gunung sahilan kita harus  melewati jalan sejauh 6 km dari simpang desa kebun durian yang berada dilintas antara Pekanbaru dan Telukkuantan. 

Setibanya di Desa Gunung Sahilan, kami disambut oleh Pengurus Kelompok Tani Madu Sailan dan disuguhi Welcome Drink Madu


Setelah menikmati welcome drink ala madu, kami melanjutkan perjalanan ketepian sungai, dipandu
satu kelompok pemanjat pohon sialang kami menaiki sampan mesin untuk menuju hutan kampung seberang. Lebih kurang sekitar 45menit kami menaiki sampan hingga akhirnya tiba dihutan yang masih memiliki banyak pohon besar dan menjulang tinggi.


Di Desa Gunung Sahilan  kegiatan produksi madu dari lebah di hutan-hutan sekitar desa sudah dilakukan secara turun temurun dan menjadi mata pencaharian bagi penduduk Gunung Sahilan jika sebelumnya mereka lebih banyak bermata pencaharian sebagai penebang hutan , bertani dan berkebun serta nelayan.



                          

Kami dan K
elompok pemanjat pohon sialang menggunakan pakaian berlapis dan penutup kepala untuk menimalisir gigitan lebah.
                            

Metode pemanenan madu sialang ini  sudah tidak lagi menggunakan cara tradisional dengan menggunakan pengasapan, tetapi menggunakan cara yang ekstrem dan ramah lingkungan dan mereka menyebutnya dengan  panen madu lestari. Pemanen madu memanjat pohon yang tinggi dengan tali pengaman seadanya, kemudian pemanen madu mencari sarang madu yang siap untuk dipanen dan sebagian sarang madu tersebut dipotong, kenapa sebagian dan tidak seluruhnya ?  karena dengan cara tersebut menjadikan si lebah yg tadi sarangnya diambil dapat kembali kesarang tersebut dan membangun kembali sarang tersebut, dan sarang yang telah dipanen dapat dipanen kembali 33hari kedepannya.

Masyarakat Gunung Sahilan kabupaten kampar riau mengolah madu secara turun temurun sebagai upaya pemberdayaan ekonomi. Hal ini juga dapat membuat hutan terjaga. Madu dari pohon rengas, sialang atau pohon lainnya di gunung sahilan didistribusikan oleh oriflame dgn kemasan yg lebih menarik, lebih kurang ofiflame mendistribusikan 2000botol madu ukuran 220ml dengan kadar air 18% tiap bulannya. Satu batang pohon sialang,rengas atau pohon lainnya terdapat sekitar 100 sarang lebah atau sekitar 30sarang lebah saat trek. Madu dapat dipanen tiap 33hari. Masih banyak potensi ekonomi yang belum tergali maksimal dari hutan penghasil madu ini. Misalnya saja minimal terdapat 50pohon belum lagi ditambah dengan calon pohon, diikalikan saja minimal 25 sarang lebah perpohon dan dapat dipanen tiap 33hari , hasilnya sungguh luar biasa. Ekonomi masyarakat tumbuh, masyarakat tidak perlu membuka lahan kebun sawit atau karet dengan menebang hutan. Hutan terjaga dan lestari. Bahkan lebih ekstremnya masyarakat disana bernilai tawar lebih, bisa saja bernegoisasi utk menaikkan harga jual kepihak oriflame, jika tidak kita carikan pihak lain yang bersedia mendistribusikan madu ini Hebatnya madu dari gunug sahilan ini diekspor ke swedia. Ini peluang ekonomi dan bisnis. Semoga masyarakat Gunung sahilan, lubuk kembang bungo, mentulik, rantai kasih, ukui dan langgam serta penghasil madu di riau mampu menangkap peluang ini dan tidak menjadi penonton dinegeri sendiri

Madu yang didapat kemudian dikumpulkan dan ditiris dan selanjutnya dilakukan proses pemisahan air dan madu, dan madu-madu yang terbaik akan dijual dan sebagian dikonsumsi oleh Warga Gunung Sahilan.
Berbekal Surat Izin Masuk Konservasi (SIMAKSI) dari Balai Taman Nasional Tesso Nilo, akhirnya kami diizinkan untuk memasuki Taman Nasional Tesso Nilo. Dengan biaya yang cukup murah Rp.1.000/orang kita sudah mendapatkan Surat Sakti (SIMAKSI) untuk memasuki Taman Nasional Tesso Nilo. SIMAKSI ini dapat diurus di Balai Taman Nasional Tesso Nilo Jl. Raya Langgam KM 4 Pangkalan Kerinci. Di sela pengurusan SIMAKSI di Balai Taman Nasional Tesso Nilo, kami bertemu dengan Pemuda Lokal Desa Lubuk Kembang Bungo yang berada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo. Sembari mengulurkan tangan ia menyapa kami sambil menyebutkan Marlin, Tengku Marlin nama lengkapnya. Marlinlah menjadi guide kami selama berada di Taman Nasional Tesso Nilo. Marlin merupakan Ketua dari Kelompok Masyarakat Wisata (Kempas) Tesso Nilo.

Jumat sore waktu sudah  menunjukkan pukul 17.00WIB. Dari Kota Pangkalan Kerinci ibukota Kabupaten Pelalawan kami BERTUAH TV melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Ukui, dengan menempuh perjalanan darat selama 60menit,tibalah kami di Simpang Pulai Ukui. Dari Simpang pulai kami melanjutkan perjalanan ke dalam menuju Tesso Nilo, lebih kurang 35km dan  1jam perjalanan menuju Tesso Nilo, kami melewati Perkebunan Kelapa Sawit dan  Perkampungan Transmigrasi  SP (Satuan Pemukiman) IV, SP III, SP II, dan SP I serta Desa Air Hitam, dan Lubuk Kembang Bunga. SP merupakan Perkampungan Transmigrasi yang sebagian besar dihuni oleh Transmigran asal Jawa sedangkan Desa Air Hitam dan dan Desa Lubuk Kembang Bunga merupakan perkampungan melayu atau penduduk lokal.
                        


Tepat pukul 20.00 tibalah kami di Taman Nasional Tesso Nilo, Tengku Marlin dan
Gapura Selamat Datang Di Flying Squad menyambut kami. Keramahan Mahout (Pawang Gajah) dan Petugas WWF menyambut kami dan mereka mengantar kami untuk beristirahat home stay. Di Taman nasional Tesso Nilo tersedia beberapa Home Stay dengan tarif  dengan satu rumah  Rp.350.000/malam atau sewa kamar (dua orang) Rp.150.000/malam. Rudi salah satu mahout di Tesso Nilo mempersilahkan kami istirahat, karena esok harinya kami akan mengelilingi Hutan Tesso Nilo bersama Flying Squad.



Salah satu upaya penyelesaian konflik adalah mengembangkan Elephant Flying Squad (tim mitigasi dengan 4 ekor gajah untuk sebagai sarana mitigasi konflik gajah liar dengan manusia) atau disebut Pasukan Gajah Reaksi Cepat. Flying Squad ini bentuk pada tahun 2004, kerja sama WWF Riau dengan BKSDA Riau. Elephant Flying Squad mengembangkan teknik patroli, pengusiran dan penggiringan gajah liar melalui gajah flying squad. Salah satu kegiatan penting dari Flying Squad ini juga digunakan sarana ekowisata yaitu dalam Patroli Gajah dan simulasi mitigasi konflik dengan gajah. Wisatawan dibawa ke trek-trek patroli gajah dan trek dibuat sangat alami dan khas hutan hujan tropis Sumatera.

                     

Menurut Marlin, selain berkeliling hutan dengan Flying Suad kita juga bisa memandikan gajah serta memberi gajah makan. Dan tentuya juga dengan paket ekowisata lainnya, seperti berikut : 
Wisata Pengamatan Tumbuhan dan Satwa
Pemantauan kehidupan liar (tumbuhan dan satwa) menjadi hal penting dan menarik di Tesso Nilo. Beberapa trek ekowisata difokuskan dalam pemantauan hidupan liar ini termasuk menggunakan pompong (boat kecil) melewati sungai. Pengamatan burung (Birding) dapat dilakukan di trek Lubuk Balai, Trek Sawan dan Kuala Napu. Primata seperti siamang, wau wau dan kera ekor panjang banyak dijumpai di sungai Nilo dan Lubuk Balai. Di lokasi trek, kita dapat menjumpai jejak-jejak beruang, gajah, tapir dan harimau sumatera. Satu kegiatan ekowisata Tesso Nilo yang sanhgat menarik dan menantang adalah orbservasi Harimau dengan menggunakan jebakan kamera atau Camera Trap. Tujuannya adalah mendapatkan gambar Harimau Sumatera dan satwa lainnya yang tertangkap kamera setelah kamera terpasang.

Wisata Pompong (perahu) Tour
Aktivitas menggunakan pompong atau perahu kecil dengan mesin tempel menyusuri sungai Nilo. Kegiatan ini menarik karena pengunjung dapat menikmati perahu kecil masyarakat dan melihat kiri-kanan sungai yang banyak menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi; burung, primata atau mamalia dan jika beruntung akan melihat berbagai jenis reptil yaitu biawak sungai sampai buaya air tawar atau senyulong. Penelusuran dengan pompong, kita juga dapat melihat berbagai jenis pohon sialang (pohon madu hutan) dan berkunjung ke pohon tersebut, kemudian menyusuri kembali menuju lokasi tujuan. Perjalanan dengan pompong dapat ditempuh satu jam, untuk adventurir bisa sampai ke wilayah Sawan dengan 2 – 4 jam perjalanan.

Wisata Bersepeda
Ada satu trek untuk bersepeda di Tesso Nilo yaitu di hutan akasia dan kawasan pemukiman Lubuk Kembang Bunga. Trek ini sangat menarik dan menantang terutama bagi para petualang sepeda. Di dalam lokasi trek sepeda, selain hutan akasia dan pemukiman masyarakat lokal yang menjadi bagian obyek pemandangan, kita juga dapat melihat kebun karet dan jelutung masyarakat. Trek khusus bisa dilakukan di dalam hutan alam, dengan tantangan tersendiri terutama misalnya trek yang dilalui adalah hutan rawa.

Wisata Tradisi dan Pengetahuan Lokal Masyarakat
Madu hutan Tesso Nilo adalah icon kunjungan ekowisata berbasiskan sumber daya alam dan tradisi lokal masyarakat Tesso Nilo. Madu hutan Tesso Nilo terdapat di atas ketinggian pohon Sialang. Pohon Sialang terdiri dari berbagai jenis pohon termasuk keruing, rengas dan kedondong hutan. Dalam satu pohon sialang, sarang lebah hutan Apis dorsata dapat dihitung antara 10 – 50 sarang dengan rata-rata berat satu sarang 15 kg. Ada sekurangnya 3-4 trek lokasi utuk melihat pohon sialang sekaligus melihat cara pemanenan yang dipersiapkan untuk ekowisata. Waktu pemanenan dapat dipilih yaitu siang hari atau malam hari. Pemanenan sialang adalah salah satu tujuan yang sangat menarik, karena wisatawan dapat melihat tarian atau puji-pujian dan cara memanjat tradisional masyarakat madu hutan sekaligus menyaksikan produk madu hutan alami. Selain itu, lokasi yang menarik pula adalah menginap di Kuala Napu untuk melihat tradisi masyarakat sungai melayu yang masih dipertahankan dan tradisi dalam menangkap ikan.  Untuk berwisata dengan semua paket Ekowisata tersebut diatas dapat menghubungi
Tengku Marlin dari  Kelompok Masyarakat Wisata (Kempas) Tesso Nilo di 081371146867.
Provinsi Riau tidaklah seindah Provinsi tetangga Sumatra Barat ataupun Sumatra Utara,yang kaya akan objek wisata. Riau hanya menjadi destinasi bisnis, yang mempunyai urusan bisnis ataupun kepentingan lainnya di Riau, cenderung tidak akan bermalam atau menginap, karena mereka tidak menemukan sebuah alasan untuk berlibur ke Bumi Melayu Riau. Seorang pembicara dalam seminar, ataupun pemateri dalam sebuah training, mereka akan datang dari pagi hari jakarta kemudian  pulang sore hari. Tidak ada agenda untuk tujuan wisata sama sekali.

Bagi mereka Riau hanya sebuah tempat yang panas, sumber asap, kaya minyak dan penuh dengan gedung-gedung pemerintahan yang megah dan berarsitektur melayu. Ketika Kepulauan Riau dimekarkan menjadi sebuah Provinsi baru, Riau   kehilangan potensi sektor wisata terutama wisata bahari. Memang Riau, tidak memiliki wisata alam, tapi saya yakin suatu saat nanti akan menjadi salah satu destinasi wisata di Sumatra. Riau sebagai jantung peradaban budaya Melayu setidaknya masih bisa mengembangkan wisata di sektor seni dan kebudayaan.

Melihat orang berselancar di pantai atau laut adalah suatu hal yang sudah biasa. Tetapi melihat orang berselancar di arus sungai adalah suatu hal yang luar biasa. Kegiatan berselancar di sungai hanya ada di beberapa tempat di dunia. Dan salah satu diantaranya terdapat di Muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau yang biasa di sebut dengan Ombak Bono Sungai Kampar. Selain di Muara Sungai Kampar Ombak Bono atau Tidal Bore juga terdapat di Sungai Gangga dan Brahmaputra (India dan Banglades), Sungai hindustan (Pakistan), Sungai Lupar (Malaysia) biasa disebut dengan benak batang Lupar, Australia, Inggris, Perancis yang biasa disebut dengan un mascaret, Inggris, Amerika, kanada, Mexico, Brazilia.




Ombak Bono Sungai Kampar menurut masyarakat tempatan di Teluk Meranti, Kuala Kampar, Pulau Muda tingginya mencapai 6-10meter, dari kejauhan suara deru bono sungai kampar sudah terdengar. Menurut cerita Melayu lama berjudul Sentadu Gunung Laut, setiap pendekar Melayu pesisir harus dapat menaklukkan ombak Bono untuk meningkatkan keahlian bertarung mereka, mereka biasa menyebut dengan "bekudo bono", dengan bekudo bono atau mengendarai bono para pendekar melayu dapat menjaga keseimbangan badan mereka.

                        
 
Bekudo bono memiliki nuansa mistis, sebelum dilakukan ritual bekudo bono terlebih dahulu dilakukakn upacara “semah” yang dilakukan pagi atau siang hari. Upacara dipimpin oleh bomo atau Datuk atau tetua kampung dengan maksud agar pengendara Bono selalu mendapat keselamatan dan dijauhkan dari segala marabahaya.


GELOMBANG BONO OMBAK TUJUH HANTU
Menurut cerita masyarakat Melayu lama, ombak Bono terjadi karena perwujudan 7 (tujuh) hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Kuala Kampar. Ombak besar ini sangat menakutkan bagi masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan upacara semah.

Ombak ini sangat mematikan ketika sampan atau kapal berhadapan dengannya. Tak jarang sampan hancur berkeping-keping di hantam ombak tersebut atau hancur karena menghantam tebing sungai. Tak sedikit kapal yang diputar balik dan tenggelam akibanya. Menurut cerita masyarakat, dahulunya gulungan ombak ini berjumlah 7 (tujuh) ombak besar dari 7 hantu.

Ketika pada masa penjajahan Belanda, kapal-kapal transportasi Belanda sangat mengalami kesulitan untuk memasuki Kuala Kampar akibat ombak ini. Salah seorang komandan pasukan Belanda memerintahkan untuk menembak dengan meriam ombak besar tersebut. Entah karena kebetulan atau karena hal lain, salah satu ombak besar yang kena tembak meriam Belanda tidak pernah muncul lagi sampai sekarang. Maka sekarang ini hanya terdapat 6 (enam) gulungan besar gelombang ombak Bono.
Tujuh Hantu adalah 7 ombak Bono dengan formasi 1 di depan dan diikuti dengan 6 gelombang di belakangnya. Karena 1 ombak terbesar telah dihancurkan Belanda sehingga ombak Bono besar hanya tersisa 6 ombak dengan formasi hampir sejajar memasuki Kuala Kampar. Mengenai kapal Belanda dan orang-orangnya tidak pernah diketemukan sampai sekarang.
GERBANG  ISTANA SAYAP PELALAWAN
PRASASTI PERESMIAN ISTANA SAYAP PELALAWAN

BANGUNAN INDUK ATAU RUANG UTAMA ISTANA SAYAP PELALAWAN
ISTANA SAYAP PELALAWAN

BAGIAN SAYAP ISTANA SAYAP TAMPAK DARI SAMPING


BAGIAN SAYAP ISTANA SAYAP TAMPAK DARI DEPAN

LAMBANG KEBESARAN KERAJAAN PELALAWAN


PENDOPO ISTANA SAYAP PELALAWAN
SALAH SATU JENDELA DI ISTANA SAYAP

STEMPEL BULAT KERAJAAN PELALAWAN (ALAT PENGESAHAN/LEGALITAS SURAT MENYURAT DALAM ADMINISTRASI KERAJAAN PELALAWAN)


SILSILAH KERAJAAN PELALAWAN



TENGKU SAID USMAN (RAJA PELALAWAN MEMERINTAH PADA TAHUN 1925-1940)
TENGKU SAID HARUN, RAJA TERAKHIR PELALAWAN (1941-1946)
SINGGASANA KEBESARAN KERAJAAN PELALAWAN
TEKTAWAK (GONG) PENINGGALAN KERAJAAN PELALAWAN
MERIAM PENINGGALAN KERAJAAN PELALAWAN
TEMPAT TIDUR PERADUAN SANG RAJA
ALAT TENUN YANG BIASA DIGUNAKAN OLEH PUTRI MAHKOTA
SALAH SATU SUDUT RUANGAN ISTANA SAYAP PELALAWAN
PEWARIS SULTAN KERAJAAN PELALAWAN
GRAMAPHONE MILIK ISTRI RAJA TERAKHIR KERAJAAN PELALAWAN

ARTIKEL TERKAIT :